Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lima Puisi tentang Pancasila

1 Juni 2022   09:17 Diperbarui: 1 Juni 2022   09:18 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PANCASILA HARGA HIDUP

Pancasila harga hidup

menghidupi setiap kehidupan

membagi udara kesegaran

dalam setiap nafas manusia Indonesia.

Pancasila memang harga hidup

bukan mati tak berguna

lantaran darinya terus berkembang

kebaikan segala rupa.

Pancasila tetaplah harga hidup

tiada henti memberi semangat

bangkit bersama membangun masa

menuju masa depan yang jaya.

Pancasila harga hidup.

Bintaro Sektor IX, 1 Juni 2022

Berthold Sinaulan

SEJATINYA PANCASILA

Sejatinya Pancasila adalah

cerminan peradaban dunia

utopia yang dicitakan semua

warga siapa pun dia.

Keinginan hidup dalam takwa

berperikemanusiaan dan jalinan persatuan

bersama dalam kerakyatan penuh musyawarah

serta berkeadilan sosial, ke sana tujuan.

Maka bangkitlah bersama

bangkitlah lebih kuat

membangun peradaban dunia

berlandaskan Pancasila.

Sejatinya Pancasila

Pancasila sejatinya

begitulah memang

jelas tak terbantah.

Bintaro Sektor IX, 1 Juni 2022

Berthold Sinaulan

BUKU HIDUP PANCASILA

(I)

Terngiang terus menyeruak kata

memasuki pembuluh otak

dicerna lantas ke pikiran

tanpa henti menggaung menggema.

Tergiang terus berhari-hari sudah

kadang pagi, siang, pun malam

terbawa mimpi juga pernah

kata dan kalimat mengalir lancar.

Pancasila

Pancasila

Pancasila

terus menguar dalam hirupan napas.

Buku hidup Pancasila

bukalah lembar demi lembarnya

sejak halaman pertama

terkagum sudah.

Nama Soekarno ada di sana

ditulis Sukarno pun Bung Karno kadang pula

bukan pencipta seperti diungkapnya

penggali Pancasila itu tepatnya.

Tidak kukatakan aku penciptanya

hanya menggali tradisi jauh ke dasarnya

sampai keluar lima butir mutiara indah,

kisah Soekarno di suatu ketika.

Digalinya

muncul ke permukaan

lima butir dasar negara

Pancasila itulah dia.

(II)

Satu Juni sembilanbelas empatlima

BPUPKI* berkumpul di sana

Soekarno lantang berucap:

bukan Panca Dharma, tetapi Pancasila.

Sila artinya asas atau dasar

dan di atas kelima dasar itulah

kita dirikan negara Indonesia

kekal dan abadi selamanya.

Maka bergulirlah catatan sejarah

sehari setelah kemerdekaan negara tercinta

semua hadir seia sekata

dasar negara adalah Pancasila.

Delapanbelas Agustus sembilanbelas empatlima

permufakatan para pemimpin bangsa

debat berakhir jabat tangan bersahabat

sepakat Pancasila jadi dasar negara.

(III)

Resmilah kini sudah

jadi bagian tak terpisahkan

Undang Undang Dasar Sembilanbelas Empatlima

Pancasila tertera dan termaktub jelas.

Sejak awal diungkapkan

dalam pembukaan disebut terang

tidak remang dan bukan sekadar tersirat

tersurat, jelas, dan nyata.

Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat

dengan berdasar kepada:

Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, dan

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan,

serta dengan mewujudkan

suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Itulah dasarnya

negara kita bersama

Republik Indonesia tercinta

dasar kuat tak tergantikan.

Pondasi kokoh penopang

bangunan negara kesatuan kita

yang besar dan jaya

Pancasila selamanya.

(IV)

Begitulah kita baca

buku hidup Pancasila

berisi berbagai bukti nyata

kesaktian tak terkalahkan.

Ketika bangsa hendak terpecah

oleh beragam racun hasutan

kebohongan juga ujaran kebencian

Pancasila penawar racunnya.

Ketika bangsa hampir terkoyak

oleh keinginan berkuasa

dibalut sentimen agama, suku, dan ras,

Pancasila kembali menyatukan.

Berkali sudah

berulang pernah

Pancasila tampil ke depan

menguatkan rasa kebangsaan kita.

Indonesia merdeka

Indonesia jaya

Indonesia berkembang

berdasar Pancasila.

(V)

Belum habis juga

masih berlembar-lembar

kubaca buku hidup Pancasila

semangat pun bertambah-tambah.

Buku hidup yang memang menghidupkan

berisi pelajaran menambah wawasan

serta pendidikan untuk semua kita

penuh kebijakan melengkapi kearifan.

Buku hidup Pancasila

sekali membuka halamannya

tak ingin henti kita membacanya

mengeja dan mendalami setiap kata.

Tak jemu dan tak pernah bosan

membaca buku hidup Pancasila

teruslah belajar kita

menjaga tegaknya negara bersama.

Merdeka

berjaya

Republik Indonesia

berdasar Pancasila.

Jakarta, 15-16 April 2022

Berthold Sinaulan

Catatan kaki:

*BPUPKI = Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidato mengenai rumusan lima dasar negara yang dinamakan Pancasila.

pancasila-2-jpg-6296cc09ce96e52fa65ffe58.jpg
pancasila-2-jpg-6296cc09ce96e52fa65ffe58.jpg
PANCASILA JAWABANNYA

Makin mendesak

tak lagi bisa diabaikan

Pancasila terbukti sudah

membela semua warga.

Apa pun dan siapa pun

Pancasila adalah tameng ampuh

menghalau segala ancaman

mematikan segenap rintangan.

Dulu sudah

sekarang juga

Pancasila jawabannya

berbangsa dan bernegara kita.

Bintaro Sektor IX, 5 April 2022

Berthold Sinaulan

BUKAN SEKADAR TULISAN

Bukan sekadar tulisan

pun tidak hanya hafalan

Pancasila sejatinya diwujudkan

sehari-hari dalam setiap tarikan nafas.

Membangun ketakwaan

membina kemanusiaan

mengikat persatuan

menjalin permusyawaratan

agar keadilan sosial jadi nyata.

Pancasila bukan segalanya

tapi tanpanya

segalanya jadi hilang arti

tak lagi punya harga diri.

Bersama membangun

bersama maju

berdasarkan Pancasila

tak ada yang tertinggal.

Bintaro Sektor IX, 1 Maret 2022

Berthold Sinaulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun