Harian Kompas edisi Minggu, 13 Maret 2022, menurunkan laporan utama bertajuk "Gaung Sumbang dari Paris". Bila Anda seperti saya sempat salah membaca kata pertamanya sebagai "gaun", sebenarnya tak apa. Ini memang berita yang terkait gaun juga. Tepatnya peragaan gaun dan busana lainnya yang berlangsung di Paris, Prancis.
Acara tahunan Paris Fashion Week (PFW) memang selalu menarik perhatian, terutama para penggemar mode dari seluruh dunia.Â
DIsebut-sebut sebagai pagelaran pekan mode internasional pertama, PFW memang menjadi daya tarik tersendiri. Para perancang busana maupun perancang aksesoris, berlomba-lomba untuk dapat tampil dalam pekan mode itu.Â
Meskipun selain Paris, ada pekan mode internasional lainnya yang tak kalah terkenalnya, seperti di New York (Amerika Serikat), Milan (Italia), dan London (Inggris), tetap saja PFW dianggap yang paling utama.
Tak heran bila banyak yang ingin "nebeng" keterkenalan PFW itu. Begitulah juga yang diungkapkan oleh laporan utama Kompas. Berita yang diturunkan setelah viralnya perhelatan PFW itu di Indonesia.Â
Sayangnya, berita viral yang meluas di berbagai akun media sosial itu justru menyindir keikutsertaan perancang busana Indonesia dalam pagelaran di Paris. Alih-alih tampil di PFW, peragaan busana para perancang Indonesia ternyata diadakan di tempat lain.
Sebenarnya biasa saja menyelenggarakan acara peragaan busana dengan "nebeng" nama besar PFW. Memang, bersamaan dengan PFW banyak juga diadakan peragaan busana lainnya di Paris.Â
Namun, sepanjang pengetahuan banyak orang, tidak ada yang memberi nama peragaan itu sebagai bagian dari PFW. Saat jumpa pers awal saja, di spanduk backdrop sudah tertulis besar-besar "Gekraf Paris Fashion Show during Paris Fashion Week".
Panitia yang mengadakan peragaan busana Indonesia itu berkilah, bebas-bebas saja menamakan PFW asal tidak membawa logo penyelenggara PFW yang asli.Â
Entahlah dari segi hukum apakah hal itu dapat dibenarkan, tetapi secara etika -- paling tidak ini pendapat pribadi -- seharusnya tidak perlu membawa-bawa nama PFW dan menuliskannya besar-besar juga. Orang dapat salah paham, mengira acara itu memang bagian dari PFW.
Maka, netizen pun ramai-ramai mengritik penamaan acara peragaan busana Indonesia yang dilakukan di Paris itu, karena membawa dan menuliskan nama PFW, walaupun tidak menyertakan logo penyelenggara PFW. Keramaian itu semakin meluas, bahkan yang tadinya tidak menaruh perhatian pada dunia mode, ikut pula berkomentar.
Namun, ramai-ramai ini sebenarnya kesempatan emas bagi SU, inisial nama Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang kementeriannya menyelenggarakan peragaan busana perancang Indonesia di Paris itu.Â
Daripada sibuk membela diri atau tidak menjelaskan apa adanya, ini kesempatan emas bagi SU untuk menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang baik.
Akui saja kesalahan itu dan ucapkan permintaan maaf. "Saya akui ada kesalahan, dan untuk itu saya minta maaf atas kegaduhan yang terjadi. Ini menjadi pembelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi ke depan, dalam upaya untuk terus meningkatkan kualitas dan kreativitas perancang busana sebagai bagian dari kegiatan ekonomi kreatif nasional, sehingga bisa menembus pasar internasional," begitu kira-kira ucapan yang mungkin dapat disampaikan SU.
Sebagai bangsa yang pemaaf, ucapan semacam itu bakal meredakan ribut-ribut soal peragaan busana tadi. Sekaligus SU dapat dianggap sebagai orang yang benar-benar sportif, dan tidak menafikan kritik serta masukan dari masyarakat luas.Â
Mestinya demikian, karena SU memang selama ini dikenal mau menerima kritik dan masukan yang disampaikan kepadanya. Maju terus Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H