Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Organisasi Sosial, Pramuka Tetap Berbakti Sosial

25 Juli 2020   15:36 Diperbarui: 25 Juli 2020   15:27 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pramuka atau pernah disebut Pandu atau di luar negeri dikenal dengan nama Scout adalah sebutan bagi anggota suatu organisasi. Apakah namanya Gerakan Pramuka atau Gerakan Kepanduan atau bahkan Scouting Movement, apa pun itu namanya. Organisasi ini adalah organisasi pendidikan nonformal, melengkapi pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat, serta pendidikan formal di sekolah.

Organisasi ini bukanlah organisasi sosial, dalam arti organisasi yang memberikan bantuan sosial. Namun dalam kegiatannya, para Pramuka banyak melakukan kegiatan bakti sosial atau bakti kemasyarakatan. 

Sebagai contoh nyata, baru-baru ini Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Kalimantan Timur dipimpin Ketuanya, Hatta Zainal, membagikan pelindung wajah (face shield) kepada para pelaku usaha kecil dan menengah, pedagang sayuran, pedagang kue, dan lainnya di Kota Samarinda dan Tenggarong.

Sementara di Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang daerahnya baru saja dilanda banjir, Satuan Reaksi Cepat Pramuka Peduli Kwarda Sulsel, juga melakukan aksi bantuan sosial. Termasuk membantu upaya pemulihan kondisi psikis (trauma healing) bagi anak-anak korban banjir, dengan mengajak mereka bermain dan belajar bersama, untuk melupakan tragedi banjir tersebut.

Aksi-aksi bantuan sosial dilakukan Pramuka, karena kegiatan seperti itu memang merupakan bagian dari kode kehormatan yang harus ditaati seorang Pramuka. 

Kode kehormatan berbentuk Dwi Satya (untuk Pramuka Siaga 7-10 tahun) dan Tri Satya untuk golongan lainnya, serta Dwi Darma (untuk Pramuka Siaga) dan Dasa Darma untuk golongan lainnya, dengan tegas menyebutkan bahwa seorang Pramuka harus siap memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkannya. "Menolong sesama hidup" dan "mempersiapkan diri/ikut serta membangun masyarakat", menjadi kalimat-kalimat kunci dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan yang bersifat bakti sosial.

Kegiatan "trauma healing" untuk anak-anak korban banjir di Luwu. (Foto: Kwarda Sulsel)
Kegiatan "trauma healing" untuk anak-anak korban banjir di Luwu. (Foto: Kwarda Sulsel)
Terkait dengan hal itu juga, maka di saat pandemi Covid-19 saat ini, para Pramuka di seluruh dunia juga tak berdiam diri. Masing-masing melakukan aksi berbentuk bakti sosial semampu mereka. 

Ada yang menyebarkan informasi cara menjaga kesehatan termasuk cara mencuci tangan yang baik, ada yang membuat masker kain maupun larutan pencuci tangan untuk dibagi-bagikan kepada yang memerlukan, sampai ikut dalam aksi penyemprotan desinfektan. Bahkan ada pula yang tergabung dalam gugus tugas penanganan Covid-19.

Bakti sosial semacam itu juga sudah sejak lama dilakukan para Pramuka. DI lingkungan Gerakan Pramuka misalnya, tema besar tahun ini yang digunakan adalah "Peranan Gerakan Pramuka Ikut Membantu Dalam Penanganan Bencana Covid-19 dan Bela Negara". 

Sesungguhnya, berbagai aksi bakti sosial termasuk membantu penanganan pandemi Covid-19 juga merupakan bagian dari bela negara yang dilakukan para Pramuka. 

Sejalan dengan kode kehormatan Gerakan Pramuka yang antara lain berbunyi, "Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, ...".

Bakti Masyarakat

Larutan pencuci tangan (hand sanitizer) buatan Pramuka Tangerang Selatan yang dibagikan gratis dalam aksi bakti sosial. (Foto: Pramuka Tangsel)
Larutan pencuci tangan (hand sanitizer) buatan Pramuka Tangerang Selatan yang dibagikan gratis dalam aksi bakti sosial. (Foto: Pramuka Tangsel)
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan keterpurukan ekonomi di banyak kalangan. Bagi mereka yang berada dalam garis kemiskinan, wabah penyakit ini semakin menyebabkan kehidupan mereka terdesak. Untuk itu, baik Pemerintah maupun berbagai kalangan berusaha membantu mereka. Termasuk pula Gerakan Pramuka melalui kegiatan-kegiatan bakti masyarakat.

Khusus untuk anak-anak jalanan, sudah cukup lama pula diperhatikan para Pramuka. Sejak 2006 misalnya, dalam lingkungan kepramukaan atau kepanduan di kawasan Asia-Pasifik, anak-anak jalanan telah menjadi fokus perhatian. Bermula dengan suatu lokakarya tentang anak jalanan yang dilakukan di Manila, Filipina. Saat itu, sejumlah perwakilan organisasi kepramukaan di kawasan Asia-Pasifik mengirimkan wakil untuk mengikutinya.

Dari Indonesia yang ikut serta adalah Kak Berthold dan Kak Rohmah. Setelah mengikuti lokakarya, masing-masing peserta berusaha membentuk satu kelompok anak jalanan yang dibina melalui latihan-latihan kepramukaan. 

Tujuannya, agar anak-anak jalanan itu mendapatkan kesempatan ikut pendidikan kepramukaan, yang kelak diharapkan dapat membantu memperkuat mental dan semangat mereka untuk mengubah hidup. Dari anak jalanan menjadi manusia berkreasi yang lebih produktif.

Di Indonesia, dimulai dengan dua kelompok, satu di Jakarta Timur dan satu di Jakarta Pusat. Sayang, dalam pelaksanaannya, agak kurang dukungan yang diterima. 

Belakangan, karena kesibukan tugas sehari-hari di luar Pramuka, Kak Berthold akhirnya menghadap pimpinan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang waktu itu diketuai Kak Azrul Azwar. Beberapa kali baik lisan maupun tertulis melalui surat, Kak Berthold mengharapkan agar kegiatan itu dapat diambil alih oleh yang mempunyai waktu luang lebih banyak.

Sayangnya, ada yang menyebarkan isu bahwa Kak Azrul kurang puas dengan kinerja Kak Berthold dan Kak Rohmah, lalu diambil alih dan diberikan pada orang lain. 

Padahal jelas kenyataannya, justru Kak Berthold sendiri yang meminta agar dirinya tak lagi jadi kordinator dan lebih baik diberikan kepada orang lain yang waktu luangnya lebih banyak.

Suku Bumi

Logo tiga kegiatan bakti lingkungan hidup gerakan kepanduan sedunia. (Foto: WOSM)
Logo tiga kegiatan bakti lingkungan hidup gerakan kepanduan sedunia. (Foto: WOSM)
Di luar itu semua, aksi bakti sosial yang dilakukan para Pramuka tetap berkembang sampai saat ini. Melalui program Pramuka Peduli, kegiatan-kegiatan bakti dalam berbagai bidang terus dilaksanakan. Apalagi setelah kegiatannya bersinergi dengan instansi atau lembaga lain yang sepemahaman, maka kegiatannya makin meluas.

Kegiatan bakti masyarakat bukan hanya dalam soal tolong-menolong sesama manusia, tetapi juga dalam membantu menangani lingkungan hidup. Upaya pelestarian lingkungan dan penyelamatan planet bumi, makin mengemuka juga sejak Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2020, ketika organisasi kepramukaan sedunia meluncurkan program yang disebut Earth Tribe (Suku Bumi).

Program yang bekerja sama dengan WWF (World Wildlife Fund for nature) itu merupakan sebuah komunitas global untuk untuk melindungi dan merawat alam. 

Seperti kita lihat sendiri, dunia kita berubah dengan kecepatan yang luar biasa. Esensi dari semua kehidupan di bumi dan alam semesta, berada di bawah ancaman besar. Kita menyaksikan pola cuaca yang tidak teratur, meningkatnya bencana alam, meningkatnya kebiasaan konsumsi, dan hilangnya habitat dan spesies alami.

Suku Bumi mempersatukan kaum muda dalam komunitas global untuk menjadi juara dalam melestarikan dan melindungi planet kita. Suku Bumi juga memungkinkan kita untuk melindungi dan menyembuhkan planet bumi.

Melalui Suku Bumi, kita akan memahami dampak pribadi masing-masing terhadap lingkungan, mempelajari cara mengambil tindakan di komunitas kita untuk meningkatkan kesehatan planet ini, dan berpartisipasi dalam serangkaian tantangan yang menarik.

Di antara aktivitas yang dilakukan antara lain yang saat gencar dilaksanakan adalah upaya membersihkan bumi dari limbah plastik yang berlebihan. Melalui program Plastic Tide Turner, para Pramuka diajak membersihkan limbah plastik di perairan, pantai, dan daratan. 

Ini adalah upaya meminimalisir penggunaan plastik. Cara yang paling kecil bisa dimulai dari diri sendiri, dengan mengurangi pemakaian plastik, termasuk untuk wadah makanan dan minuman. Gunakan wadah yang bisa dipakai berkali-kali setelah dicuci dan dibersihkan, daripada wadah yang hanya sekali pakai lalu dibuang.

Masih banyak lagi aksi bakti sosial yang dilakukan para Pramuka, walau pun secara organisasi, Gerakan Pramuka bukanlah organisasi sosial tetapi merupakan organisasi pendidikan. 

Melalui berbagai aksi bakti sosial itu, diharapkan dapat memberikan pendidikan bagi setiap Pramuka untuk lebih peduli terhadap sesama maupun peduli terhadap lingkungan dan planet bumi yang kita diami bersama ini. Sejalan dengan motto gerakan kepramukaan sedunia, yaitu Scouts, creating a better world atau "Para Pramuka, (membantu) menciptakan dunia yang lebih baik".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun