Para penggemar filateli atau hobi mengoleksi prangko dan berbagai benda pos lainnya, mungkin tak lupa tanggal hari ini. Ya, betul. Tanggal 29 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Filateli Indonesia, mengacu pada tanggal berdirinya perkumpulan penggemar prangko yang pertama di Indonesia, yang ketika itu masih bernama Hindia-Belanda (Nederlands Indie).
Pada 29 Maret 1922 berdirilah secara resmi Postzegelsverzamelaars Club Batavia atau bisa diterjemahkan sebagai Klub Penggemar Prangko Batavia (Batavia adalah nama Kota Jakarta pada masa Hindia-Belanda).
Disebut secara resmi, karena memang sebenarnya kolektor-kolektor prangko telah bermunculan cukup lama sebelum 1922 atau 98 tahun lalu itu.
Di Tanah Air kita, prangko pertama diterbitkan pada 1 April 1864 bergambar siluet wajah Raja Willem III, Raja Belanda saat itu. Sementara di dunia, prangko pertama terbit pada 1 Mei 1840 bergambar siluet Ratu Victoria, Ratu Inggris saat itu. Namun prangko ini lebih dikenal dengan nama Penny Black, karena berharga satuan (nominal) 1 penny dan latar belakang prangkonya didominasi warna hitam.
Sejak saat itu, selain makin banyak prangko yang diterbitkan. Maka sejumlah penggemar dan kolektor prangko di Hindia-Belanda yang kebetulan bertempat tinggal di Batavia, sepakat mendirikan perkumpulan pada 29 Maret 1922. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Filateli Indonesia oleh Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) sebagai organisasi kolektor prangko di Indonesia.Â
Penegasan tanggal itu sebagai Hari Filateli Indonesia semakin dikuatkan dengan perayaan khusus pada 29 Maret 2006 ketika berlangsungnya pertemuan para pimpinan organisasi filateli se-Asia-Pasifik (Federation of Inter-Asia Philately) yang diadakan di Yogyakarta, dan PFI menjadi tuan rumahnya.
Jumlah Cetak Berkurang
Itulah sebabnya, jumlah cetak prangko juga sudah berkurang jauh. Kalau pada masa Orde Baru jumlah cetak prangko minimal 1 juta keping -- bahkan bisa sampai 3 juta dan 5 juta keping -- setiap ada prangko baru terbit, saat ini jumlah cetak hanya maksimal 300.000 keping saja tiap prangkonya.
Namun bukan hanya karena pengguna prangko untuk berkirim surat berkurang jumlahnya, penyebab lain adalah karena kebijakan PT Pos Indonesia sebagai instansi yang melaksanakan kegiatan pos di Indonesia.Â
Bila di negara lain, bahkan untuk surat tercatat (registered mail) dan bahkan layanan surat ekpress (EMS, express mail service) ke luar negeri masih menggunakan prangko, di Indonesia justru pihak PT Pos Indonesia tidak melayani kiriman itu dengan prangko. Konsumen harus membayar tunai di kantor pos, dan tidak lagi menggunakan prangko.
Suatu hal yang sangat disayangkan para filatelis, karena justru PT Pos Indonesia seolah-olah tidak membantu mempromosikan prangko Indonesia, dengan meminta konsumen menggunakannya. Padahal dengan menempelkan prangko pada kiriman surat pos dan kemudian dikirim ke luar negeri, dapat membantu promosi dan publikasi hal-hal baik tentang Indonesia.
Penerima surat pos di luar negeri itu dapat melihat keindahan alam, budaya, flora, fauna, pembangunan, dan hal-hal positif lainnya di Indonesia yang tergambar dalam desain prangko itu. Bukan tidak mungkin hal itu akan membuat sang penerima surat tertarik mengunjungi Indonesia atau semakin mengapresiasi keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak Akan Punah
Meski pun saat ini penggunaan prangko sudah berkurang, namun banyak pihak -- bahkan di luar filatelis atau kolektor prangko -- yang beranggapan bahwa hobi filateli tidak akan punah. Bisa jadi suatu saat nanti prangko dalam bentuk sudah tidak digunakan lagi, sehingga bisa jadi pula prangko tak dicetak lagi.
Namun hal itu tak membuat filatelis punah. Hobi itu akan terus berkembang. Sebagai contoh misalnya, keramik-keramik kuno yang sekarang sudah tak diproduksi lagi, penggemarnya tetap bertambah. Justru menjadi semakin seru dan mengasyikkan, mencari benda-benda langka semacam itu.
Di luar itu, ada pula yang menganggap prangko -- seperti juga uang -- akan tetap dicetak dan diterbitkan oleh suatu negara. Hal itu disebabkan prangko dan uang adalah bukti kedaulatan suatu negara. Hanya negara yang berdaulat yang boleh menerbitkan prangko dan uang sendiri. Tak heran bila "negara sempalan" atau kelompok yang mencoba mendirikan negara, berusaha mencetak dan menerbitkan prangko dan uang dengan desain dan tulisan negara mereka sendiri.
Justru bila nanti jumlah cetak prangko semakin sedikit, katakanlah hanya 50.000 keping setiap prangko baru, akan serta merta "diburu" para filatelis. Jumlah filatelis yang banyak dengan prangko yang sedikit, akan membuat prangko menjadi langka dan bernilai koleksi yang tinggi.
Hobi Tergoranisir
Hal lain yang membuat banyak pihak meprediksi filateli atau hobi mengoleksi prangko tak akan punah adalah bila dibandingkan hobi mengoleksi lainnya, hobi ini terhitung cukup terorganisir.Â
Ada organisasi atau perkumpulan filatelis yang tumbuh dan berjenjang, mulai dari tingkat cabang, daerah, nasional, sampai tingkat regional -- Indonesia tergolong ke dalam regional Asia-Pasifik  yang tergabung dalam FIAP -- dan bahkan tingkat dunia yang bersatu dalam Federation Internationale de Philatelie (FIP).
Pameran-pameran filateli pun kerap kali diadakan. Ada yang hanya pameran tingkat kota, tingkat daerah, pameran nasional, sampai pameran regional dan pameran tingkat dunia. Pameran ini ada yang hanya sekadar eksibisi saja, tetapi sering pula pameran yang sifat kompetisi, melombakan koleksi-koleksi terbaik milik para filatelis.Â
Pemenangnya akan mendapat hadiah medali emas besar (large gold) yang tertinggi sampai yang terendah medali perunggu (bronze), atau sekadar sertifikat keikutsertaan (certificate of participation).
Pameran semacam ini biasanya dibarengi pula dengan bazaar, penjualan benda-benda filateli, sampai lelang yang menawarkan koleksi-koleksi filateli langka untuk dibeli.
Untuk tahun ini, PFI merencanakan menyelenggarakan Pameran Filateli Sedunia "Indonesia 2020" yang langsung di bawah bimbingan FIP. Tadinya direncanakan akan diadakan di Jakarta pada Agustus 2020, namun karena kondisi wabah virus corona, diundur menjadi 5 sampai 10 November 2020.
Saat ini, justru karena adanya imbauan untuk tetap di rumah, para filatelis menjadi lebih banyak waktu untuk membuka dan merapikan kembali koleksi masing-masing. Semoga wabah COVID-19 segera menghilang, dan pameran jadi diadakan November mendatang.
Selamat Hari Filateli Indonesia 29 Maret 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H