Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Anak-anak SD Belajar Arkeologi

14 April 2018   20:23 Diperbarui: 14 April 2018   20:56 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama di akhir acara. (Foto: Victory Plus)

Arkeologi berasal dari kata archaeo (arkeo) yang berarti kuno atau masa lalu dan logos (logi) yang berarti ilmu. Jadi arkeologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang kuno atau masa lalu. Hal apa yang kuno atau masa lalu yang dipelajari arkeologi? Segala sesuatu tentang manusia, kehidupan, dan lingkungannya di masa lalu

Di kalangan masyarakat umum gampangnya disebut ilmu purbakala, arkeologi biasanya merupakan jurusan atau  program studi (prodi) di perguruan tinggi. Ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang membuka jurusan atau prodi arkeologi, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Udayana, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Jambi.

Para siswa SD Victory Plus tekun mendengar dan mencatat. (Foto: Victory Plus)
Para siswa SD Victory Plus tekun mendengar dan mencatat. (Foto: Victory Plus)
Tapi bagaimana kalau anak-anak Sekolah Dasar belajar arkeologi? Ternyata seru juga. Paling tidak itu yang terlihat ketika para siswa kelas VI Sekolah Dasar Victory Plus di bilangan Bekasi, Jawa Barat, mengundang seorang sarjana arkeologi ke sekolah mereka. Di sana, mereka dengan asyiknya belajar arkeologi.

Diawali dengan perkenalan apa itu arkeologi dan siapa yang disebut arkeolog. Makin seru ketika para siswa diajak berkenalan dengan para detektif. Bukan detektif kasus-kasus kejahatan, tetapi detektif untuk membuka misteri dari masa  lalu.

Arkeolog itu seperti detektif, tapi dia tidak melacak kasus kejahatan. Arkeolog melacak atau mencari tahu tentang kehidupan manusia di masa lalu. Misalnya dengan mempelajari prasasti atau tulisan-tulisan yang diukir pada batu, lempengan logam, daun lontar, dan bahan lainnya,  yang merupakan peninggalan dari masa lalu. 

Di prasasti itu diukir kalimat-kalimat yang menerangkan tentang isi prasasti dan raja yang mengeluarkan prasasti tersebut.

Sebagian siswa SD Victory Plus maju ke depan mempresentasikan jawaban mereka. (Foto: Victory Plus)
Sebagian siswa SD Victory Plus maju ke depan mempresentasikan jawaban mereka. (Foto: Victory Plus)
Prasasti atau naskah-naskah kuno juga dapat menjadi petunjuk bila ditemukan suatu peninggalan bersejarah seperti candi dan bangunan kuno lainnya. Mempelajari isi prasasti dan naskah kuno akan membantu  untuk lebih mengenal keberadaan candi atau bangunan kuno yang ada.

Dijelaskan juga, benda bersejarah itu ada yang mudah dilihat, seperti bangunan-bangunan besar. Begitu pun benda-benda berukuran kecil, seperti piring keramik atau jam kuno yang masih digunakan atau disimpan dengan baik.

Namun banyak pula benda-benda bersejarah yang masih belum diketahui, ada yang tersimpan di dalam tanah dan ada juga yang di dalam perairan, sungai atau laut. Nah, untuk benda-benda semacam ini, Arkeolog juga menyelidiki tempat  yang diduga terdapat benda bersejarah, misalnya yang tersimpan di dalam tanah. Lokasi tanah itu kemudian diukur dan dipetakan secara khusus lokasi yang akan digali atau dalam istilah arkeologi disebut "ekskavasi".

Dalam ekskavasi, semua harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai benda yang dicarinya rusak. Ekskavasi atau penggalian arkeologi dilakukan dengan teliti, sedikit demi sedikit. 

Pada saat itu juga, arkeolog melakukan dokumentasi kegiatannya, dengan memotret dan mencatat segala sesuatu di kotak galian yang ada.  Bila menemukan benda yang diduga benda bersejarah, diangkat hati-hati dan dibersihkan dengan sikat, kuas, atau ayakan. Bahkan ada arkeolog yang menggunakan kaus tangan agar keringat pada kulit tangan tidak terkena benda yang ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun