Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Tulisan Pramuka Terbaik di "Kompasiana" pada 2017

2 Januari 2018   14:29 Diperbarui: 2 Januari 2018   15:15 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kegiatan kepramukaan, di tengah berlangsungnya Konferensi Sedunia ISGF, para pandu senior dari seluruh dunia yang diadakan di Bali, Oktober 2017. (Foto: Indonesia Scout Journalist)

Selama 2017, cukup banyak tulisan dengan tema “Pramuka” yang diunggah oleh berbagai penulis di Kompasiana. Tulisan-tulisan itu dimasukkan ke berbagai rubrik yang ada. Selain rubrik Humaniora yang paling banyak dipilih, tulisan tentang Pramuka juga dimuat di rubrik Muda, Jakarta, Hiburan, sampai puisi-puisi dengan tema Pramuka yang dimuat di rubrik Puisi.

Namun, dibandingkan tulisan-tulisan dengan tema politik, ekonomi, atau hiburan – lebih khusus lagi tentang film populer atau gosip artis – tulisan dengan tema Pramuka masih belum begitu banyak peminatnya. Pembacanya rata-rata hanya sekitar 500 sampai 1.000 orang, bahkan ada sejumlah tulisan yang dibaca di bawah 100 orang saja.

Pembaca yang memberikan penilaian atau komentar juga terbatas sekali. Lebih banyak yang sekadar membaca, lantas meninggalkan begitu saja. Tanpa memberikan penilaian atau komentar sama sekali.

Mengenai hal ini sebenarnya bisa dipertanyakan. Bila benar jumlah anggota Gerakan Pramuka di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 20 juta orang dan 90 persen adalah kaum muda, tentunya mereka termasuk golongan “melek internet”. Jangkauan internet juga telah meluas di Indonesia, sehingga tulisan-tulisan di Kompasiana seharusnya dibaca lebih banyak Pramuka.

Namun dalam kenyataannya, tak banyak yang membaca, memberi penilaian, dan berkomentar terkait tulisan-tulisan Pramuka di Kompasiana. Apalagi yang menulisnya, walau pun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya makin banyak penulis menampilkan tema Pramuka, jumlahnya juga masih terbatas.

Ada beberapa hal yang bisa diasumsikan. Pertama, Pramuka malas membaca dan menulis. Suatu hal yang tentu akan segera dibantah oleh banyak Pramuka, mengingat aktivitas membaca dan menulis merupakan bagian dari kegiatan kepramukaan. Kedua, Kompasiana belum begitu dikenal di kalangan Pramuka, sehingga yang membaca apalagi menulis di platform dari Group Kompas Gramedia itu masih terbatas.

Masih ada kemungkinan lagi. Misalnya, tulisan tentang Pramuka kalah menarik dibandingkan tulisan dengan topik lainnya. Bisa juga karena judulnya kurang menarik, terlalu “spesialisasi” yang berarti hanya dimengerti oleh Pramuka saja, dan masyarakat umum sulit mengikutinya. Masih banyak kemungkinan lainnya yang bisa dijadikan pembahasan bersama.

Apa pun itu, saya berhasil mengumpulkan lima tulisan pilihan dengan tema Pramuka di Kompasiana selama 2017.  Pemilihannya dilakukan dengan cara termudah, yaitu melihat jumlah pembaca, ditambah dengan berapa yang menilai, dan berapa yang memberikan komentar. Berdasarkan cara yang saya pikir cukup objektif itu, ternyata tulisan-tulisan saya sendiri masih mendominasi lima tulisan dengan tema Pramuka yang paling banyak dibaca di Kompasiana.

Kelima tulisan itu adalah:

5.

“Mashudi, Nama yang Diabadikan di Bumi Perkemahan Pramuka” adalah tulisan yang diunggah oleh Berty Sinaulan di Rubrik Humaniora pada 8 November 2017 dan menjadi “Artikel Utama” hasil pilihan Kompasiana. Sampai saat ini tulisan tersebut telah dibaca sebanyak 2.458 kali, dengan 4 penilaian dan 1 komentar.  Tulisan tersebut menceritakan tentang rencana kegiatan Raimuna Daerah XIII Kwartir Daerah Jawa Barat, suatu kegiatan untuk Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Perkemahan yang diadakan 7 sampai 14 November 2017 itu diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Letjen TNI (Purn) Dr (HC) Mashudi yang terletak di kawasan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Bila sebelumnya Bumi Perkemahan hanya dikenal dengan nama Bumi Perkemahan Kiarapayung, maka sejak 2006 diberikan nama Mashudi, salah satu tokoh penting dalam sejarah Gerakan Pramuka yang juga pernah menjadi Gubernur Jawa Barat. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/5a0290898dc3fa39da6a52f3/mashudi-nama-yang-diabadikan-di-bumi-perkemahan-pramuka

4.

‘Beberapa Permasalahan di Gerakan Pramuka” adalah tulisan yang diunggah oleh Thirman Putu Sali di Rubrik Humaniora pada 18 September 2017. Tulisan yang menjadi artikel “Pilihan” itu sampai saat ini telah dibaca 2.573 kali, dengan 3 penilaian dan 4 komentar. Isinya mengungkapkan beberapa permasalahan yang ada dalam tubuh organisasi yang telah diperkuat keberadaannya dengan UU No. 12 Tahun 2010. Di antara permalahan itu adalah, minat peserta didik yang menurun, jumlah Pembina dan Pelatih yang kurang memadai, masih ada sekolah yang tidak mempunyai nomor Gudep, sarana dan prasarana yang kurang memadai, citra Gerakan Pramuka, dan belum adanya sumber pembiayaan yang jelas di Gudep. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/kvinlsvtm/59bff0b52bb4bf7ad84f6712/beberapa-permasalahan-di-gerakan-pramuka

3.

“Pramuka Sebagai Ekstrakurikuler Wajib’ adalah tulisan yang diunggah oleh Isar Dasuki Tasim di Rubrik Humaniora pada 13 Agustus 2017. Dimuat sehari menjelang peringatan Hari Pramuka yang biasanya dirayakan setiap 14 Agustus, membuat tulisan ini banyak dibaca orang walaupun tidak dipilih sebagai artikel “Pilihan”, apalagi “Artikel Utama”. Sampai saat ini tulisan itu telah dibaca sebanyak 2.674 kali, namun tak ada yang memberikan penilaian atau pun komentar. Isinya mengenai kegiatan kepramukaan yang menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/isardasukitasim/599074fa9178b24ca03a6f43/pramuka-sebagai-ekstrakurikuler-wajib

2.

“Pramuka Garuda, Syarat yang Dipaksakan?” adalah tulisan yang diunggah Berty Sinaulan di Rubrik Humaniora pada 5 Januari 2017. Tulisan yang menjadi artikel “Pilihan’ tersebut, sampai saat ini telah dibaca sebanyak 5.205 kali, dengan 4 penilaian dan 2 komentar. Isinya membahas tentang syarat Pramuka Garuda bagi mereka yang ingin ikut serta Raimuna Nasional XI, yang akan diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, 14-21 Agustus 2016 (ada typo yang dilakukan penulis, seharusnya ditulis 2017 dan bukan 2016). Bila sebelumnya, syarat untuk mengikuti Raimuna (semacam kegiatan jambore) hanyalah Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun), maka menjelang akhir pendaftaran tiba-tiba dikeluarkan informasi bahwa syaratnya ditambah, yaitu harus yang sudah mencapai Pramuka Garuda, tingkatan tertinggi dalam tiap golongan peserta didik Pramuka, yang boleh ikut. Banyak yang menilai syarat ini dipaksakan, karena tidak pernah disosialisasikan sebelumnya. Lengkapnya baca di sini: https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/pramuka-garuda-syarat-yang-dipaksakan_586e57df759373f61f58ad28

1.

“Syarat Pramuka Garuda untuk Peserta Raimuna Nasional 2017 Dikoreksi’ adalah tulisan yang diunggah Berty Sinaulan pada 24 Februari dan menjadi tulisan “Pilihan” di Rubrik Humaniora. Sampai saat ini, tulisan tersebut telah dibaca sebanyak 6.687 kali, tetapi tanpa penilaian dan komentar apa pun. Tulisan ini merupakan perkembangan dari tulisan di peringkat kedua tadi yang berjudul “Pramuka Garuda, Syarat yang Dipaksakan?”. Setelah dikritik banyak pihak, akhirnya panitia mengubah syarat ikut serta Raimuna Nasional XI. Kalau sebelumnya seluruh peserta harus sudah mencapai tingkatan tertinggi yaitu Pramuka Garuda, maka dalam persyaratan baru syarat untuk peserta adalah telah mencapai tingkatan Pramuka Penegak Laksana dan Pramuka Pandega saja. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/syarat-pramuka-garuda-untuk-peserta-raimuna-nasional-2017-dikoreksi_58afebb7f77e6136187fc6f2

Tulisan di peringkat pertama dan kedua tadi bisa jadi banyak dibaca orang, karena isinya tentang suatu yang menimbulkan “pro dan kontra”. Bagi mereka yang sering menulis artikel atau pun berita, menampilkan tulisan yang isinya “pro dan kontra” memang salah satu resep yang bisa menarik perhatian pembaca.

Apakah pada 2018 akan banyak tulisan Pramuka yang berisikan “pro dan kontra”, apalagi menjelang Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka yang akan memilih Ketua baru Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka? Ketua Kwarnas saat ini, Kak Adhyaksa Dault, masih bisa dipilih kembali karena baru satu periode dari maksimal dua periode memimpin sesuai Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. 

Saya pribadi pada 2018 ini lebih ingin mengisi Kompasiana dengan tulisan-tulisan bertema Pramuka yang isinya aktivitas kepramukaan positif, termasuk bakti para Pramuka pada masyarakat di segala tempat. Akankah tulisan-tulisan semacam itu disukai pembaca Kompasiana? Mampukah menembus angka dibaca lebih dari 10.000 kali? Kita tunggu dan amati saja bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun