4.
‘Beberapa Permasalahan di Gerakan Pramuka” adalah tulisan yang diunggah oleh Thirman Putu Sali di Rubrik Humaniora pada 18 September 2017. Tulisan yang menjadi artikel “Pilihan” itu sampai saat ini telah dibaca 2.573 kali, dengan 3 penilaian dan 4 komentar. Isinya mengungkapkan beberapa permasalahan yang ada dalam tubuh organisasi yang telah diperkuat keberadaannya dengan UU No. 12 Tahun 2010. Di antara permalahan itu adalah, minat peserta didik yang menurun, jumlah Pembina dan Pelatih yang kurang memadai, masih ada sekolah yang tidak mempunyai nomor Gudep, sarana dan prasarana yang kurang memadai, citra Gerakan Pramuka, dan belum adanya sumber pembiayaan yang jelas di Gudep. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/kvinlsvtm/59bff0b52bb4bf7ad84f6712/beberapa-permasalahan-di-gerakan-pramuka
3.
“Pramuka Sebagai Ekstrakurikuler Wajib’ adalah tulisan yang diunggah oleh Isar Dasuki Tasim di Rubrik Humaniora pada 13 Agustus 2017. Dimuat sehari menjelang peringatan Hari Pramuka yang biasanya dirayakan setiap 14 Agustus, membuat tulisan ini banyak dibaca orang walaupun tidak dipilih sebagai artikel “Pilihan”, apalagi “Artikel Utama”. Sampai saat ini tulisan itu telah dibaca sebanyak 2.674 kali, namun tak ada yang memberikan penilaian atau pun komentar. Isinya mengenai kegiatan kepramukaan yang menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/isardasukitasim/599074fa9178b24ca03a6f43/pramuka-sebagai-ekstrakurikuler-wajib
2.
“Pramuka Garuda, Syarat yang Dipaksakan?” adalah tulisan yang diunggah Berty Sinaulan di Rubrik Humaniora pada 5 Januari 2017. Tulisan yang menjadi artikel “Pilihan’ tersebut, sampai saat ini telah dibaca sebanyak 5.205 kali, dengan 4 penilaian dan 2 komentar. Isinya membahas tentang syarat Pramuka Garuda bagi mereka yang ingin ikut serta Raimuna Nasional XI, yang akan diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, 14-21 Agustus 2016 (ada typo yang dilakukan penulis, seharusnya ditulis 2017 dan bukan 2016). Bila sebelumnya, syarat untuk mengikuti Raimuna (semacam kegiatan jambore) hanyalah Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun), maka menjelang akhir pendaftaran tiba-tiba dikeluarkan informasi bahwa syaratnya ditambah, yaitu harus yang sudah mencapai Pramuka Garuda, tingkatan tertinggi dalam tiap golongan peserta didik Pramuka, yang boleh ikut. Banyak yang menilai syarat ini dipaksakan, karena tidak pernah disosialisasikan sebelumnya. Lengkapnya baca di sini: https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/pramuka-garuda-syarat-yang-dipaksakan_586e57df759373f61f58ad28
1.
“Syarat Pramuka Garuda untuk Peserta Raimuna Nasional 2017 Dikoreksi’ adalah tulisan yang diunggah Berty Sinaulan pada 24 Februari dan menjadi tulisan “Pilihan” di Rubrik Humaniora. Sampai saat ini, tulisan tersebut telah dibaca sebanyak 6.687 kali, tetapi tanpa penilaian dan komentar apa pun. Tulisan ini merupakan perkembangan dari tulisan di peringkat kedua tadi yang berjudul “Pramuka Garuda, Syarat yang Dipaksakan?”. Setelah dikritik banyak pihak, akhirnya panitia mengubah syarat ikut serta Raimuna Nasional XI. Kalau sebelumnya seluruh peserta harus sudah mencapai tingkatan tertinggi yaitu Pramuka Garuda, maka dalam persyaratan baru syarat untuk peserta adalah telah mencapai tingkatan Pramuka Penegak Laksana dan Pramuka Pandega saja. Lengkapnya bisa dibaca di sini: https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/syarat-pramuka-garuda-untuk-peserta-raimuna-nasional-2017-dikoreksi_58afebb7f77e6136187fc6f2
Tulisan di peringkat pertama dan kedua tadi bisa jadi banyak dibaca orang, karena isinya tentang suatu yang menimbulkan “pro dan kontra”. Bagi mereka yang sering menulis artikel atau pun berita, menampilkan tulisan yang isinya “pro dan kontra” memang salah satu resep yang bisa menarik perhatian pembaca.
Apakah pada 2018 akan banyak tulisan Pramuka yang berisikan “pro dan kontra”, apalagi menjelang Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka yang akan memilih Ketua baru Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka? Ketua Kwarnas saat ini, Kak Adhyaksa Dault, masih bisa dipilih kembali karena baru satu periode dari maksimal dua periode memimpin sesuai Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
Saya pribadi pada 2018 ini lebih ingin mengisi Kompasiana dengan tulisan-tulisan bertema Pramuka yang isinya aktivitas kepramukaan positif, termasuk bakti para Pramuka pada masyarakat di segala tempat. Akankah tulisan-tulisan semacam itu disukai pembaca Kompasiana? Mampukah menembus angka dibaca lebih dari 10.000 kali? Kita tunggu dan amati saja bersama.