Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalung Bermata Berlian untuk Winda

17 Februari 2017   18:58 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seusai tugas, keduanya bergandeng tangan ke Plaza Indonesia. Di situ, di sebuah restoran khas makanan Jepang, Wanda bercerita bahwa suaminya sudah lama meninggalkan dirinya dan anak mereka, sang gadis kecil yang bernama Winda. Sepulang dari restoran, melewati toko-toko perhiasan, Benyamin mengajak Wanda masuk ke salah satu toko yang ada.

Dia membeli seuntai kalung dengan mata berlian dua setengah karat. Ketika Ben hendak memberikan kalung itu kepada Wanda, perempuan itu menolaknya. “Kita ‘kan baru bertemu kembali, Ben,” ujar Wanda, “Jangan terburu-buru”.

Pertemuan itu berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Beberapa kali Benyamin ingin memberi kalung itu, tetapi Wanda belum mau menerimanya. Tetapi dalam dirinya, Benyamin yakin bahwa jalinan asmaranya dengan Wanda akan kembali pulih.

Sampai akhirnya Desember 2004, tubuh Wanda terbawa gelombang tsunami di Aceh, dan sampai kini tak ditemukan lagi. Maka kepada Winda, sebagai hadiah ulang tahunnya ke-22, Benyamin memberikan kalung bermata berlian itu.

“Ini buatmu, hadiah buatmu, hadiah yang Paman Ben siapkan untuk ibumu, yang pernah dan selalu mendapat tempat tersendiri di hati paman.”

Winda terisak menerimanya. “Jadi inilah lelaki itu, Paman Ben, yang menyimpan cinta hanya untuk ibuku seorang,” ucap Winda dalam hati sambil memeluk sang paman.

Neneknya, ikut membelai rambut Wanda. Sang nenek yang juga tahu kisah asmara Benyamin dan anaknya, Wanda, kisah asmara yang tiada terwujud.

Bintaro Sektor IX, 17 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun