Film tersebut akhirnya menjadi Juara II kategori mahasiswa. Sedangkan Juara I diraih oleh film I Love Medan Juara III dimenangkan oleh Merengguk Asa di Teluk Jakarta. Dari sisi sinematografi, para mahasiswa Institut Kesenian Jakarta yang menggarap I Love Me, memang berhasil. Apalagi ditunjang dengan kekuatan akting para pemerannya.
Pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang telah membantu menyediakan rumah susun, tetapi hanya untuk yang mempunyai KTP DKI Jakarta. Sedangkan mereka yang tak punya KTP DKI Jakarta, terpaksa hidup di tempat-tempat kumuh, dan bahkan tak sedikit yang menjadi “manusia perahu”, menggunakan perahu mereka untuk bekerja mencari ikan, dan sekaligus menjadi tempat tinggal.
Sungguh menggembirakan mendapat kesempatan menyaksikan 10 film finalis yang telah terpilih dari 276 karya film yang diterima panitia. Kegembiraan bahwa lewat film-film itu, tampaknya terbuka harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah. Para pelajar dan mahasiswa yang menjadi sineas tersebut sudah mengerti arti toleransi, semangat kesetiakawanan sosial, menolong orang susah, serta menumbuhkan empati kepada mereka yang terpinggirkan, lewat film-filmnya dapat membantu generasi muda sebayanya mendapatkan pengertian dan pemahaman pentingnya hal-hal tersebut.
Pada gilirannya, seperti dikatakan Pak Jakob Oetama, melalui tayangan di KompasTV, film-film tersebut dapat juga menumbuhkan harapan untuk bangsa ini, harapan untuk semakin berkembangnya semangat toleransi, kesetiakawanan sosial, dan empati kepada yang terpinggirkan. Selamat kepada semua sineas muda Indonesia yang berparitisipasi dalam FFPI 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H