Nama Basoeki Abdullah pasti sudah amat dikenal di Indonesia, dan juga di mancanegara. Apalagi bagi penggemar, pencinta, dan kolektor seni rupa, khususnya lukisan. Selain terkenal dengan lukisan pemandangan dan wanita-wanita cantik, Basoeki Abdullah adalah seorang pelukis yang amat terkenal dengan lukisan para kepala negara dan tokoh-tokoh terkemuka dari seluruh dunia.
Hal tersebut diungkapkan kembali oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, saat peresmian pengembangan Museum Basoeki Abdullah yang sekaligus disertai pameran karya para pemenang dan nominator “Basoeki Abdullah Art Award #2” (BAAA #2) di bekas rumah kediaman pelukis terkemuka itu di Jakarta Selatan, pada Selasa, 29 November 2016.
Basoeki yang dijuluki juga sebagai salah satu maestro seni lukis modern Indonesia, rupanya telah menyiapkan surat warisan sebelum beliau meninggal dunia. Dia menyerahkan bangunan rumah dan lukisan-lukisannya kepada negara. Sebenarnya yang bertindak sebagai pelaksana atau istilah Wardiman sebagai “eksekutor” pelaksanaan warisan itu adalah Prof. Dr. Fuad Hassan, yang merupakan Mendikbud sebelum masa jabatan Wardiman. Namun, Fuad Hassan menyatakan tak bisa mengerjakan, sehingga diambil alih oleh Wardiman.
Saat itu, sempat terjadi silang pendapat antara negara yang diwakili Mendikbud dengan istri Basoeki Abdullah, Nataya Nareerat. Perempuan asal Thailand itu meminta haknya juga sebagai istri. Mengingat sepeninggal pelukis terkenal itu, Nataya masih tinggal di rumah yang berada di Cilandak itu, maka Nataya meminta rumah itu dan sejumlah lukisan karya Basoeki Abdullah yang ada di rumah tersebut.
Wardiman kemudian memanggil Nataya ke kantornya. Akhirnya, disepakati uang deposito milik Basoeki Abdullah yang berjumlah Rp 210 juta – jumlah yang cukup besar pada 1990-an mengingat saat itu kurs dollar AS hanya sekitar Rp 2.500 – diberikan kepada Nataya. Tetapi rumah di Cilandak menjadi milik negara. Demikian pula lukisan-lukisan yang diwariskan Basoeki diberikan kepada negara.
Proses renovasi berjalan cukup lama, dan baru pada 2001 diresmikanlah Museum Basoeki Abdullah yang menempati bekas rumah kediaman pelukis terkenal itu. Saat itu, bidang Kebudayaan disatukan dengan Pariwisata, sehingga peresmiannya pun dilakukan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardika.
Kini, selain bangunan asli bekas rumah kediaman Basoeki Abdullah, telah ada gedung baru tepat di sampingnya. Proyek pengembangan Museum Basoeki Abdullah itu dikerjakan sejak 2014. Prasasti pengembangan dan perluasan museum itu ditandatangani oleh Mendikbud saat ini, Dr. Muhadjir Effendy. Namun karena kesibukan negara, Mendikbud tidak dapat hadir, dan diwakilkan dengan kehadiran Direktur Jenderal Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid.
Secara umum, kehadiran gedung baru itu memang menambah ruang museum tersebut. Lebih penting lagi, dengan adanya ruang lebih luas, memungkinkan bukan hanya menampilkan karya-karya Basoeki Abdullah, tetapi juga karya-karya para pelukis muda seperti para pemenang BAAA #2, sehingga masyarakat luas dapat melihat alur kesinambungan sejarah seni rupa, khususnya seni lukis Indonesia, dari karya tokoh maestro yang amat senior ke karya generasi yang jauh lebih muda.
Tampaknya ini yang memang diinginkan oleh Basoeki Abdullah ketika dia membuat surat warisannya. Menghibahkan rumah untuk dijadikan museum lengkap dengan lukisan-lukisan karyanya kepada negara, membuat karya-karya luar biasa itu tetap terjaga keberadaannya. Kini dengan adanya gedung baru tersebut, Pemerintah pun sepakat untuk tetap menjaga warisan Basoeki Abdullah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H