Dibangun di lahan seluas 6 hektare, IPN memiliki perpustakaan teknis, tiga blok ruang kelas, dan dua bengkel besar. Juga tersedia tiga area simulasi tambang bawah tanah dalam skala penuh, sehingga mereka yang belajar di IPN berkesempatan melakukan praktik lapangan dengan baik.
Setidaknya ada lebih dari 300 instruktur di IPN yang telah terakreditasi secara internasional. Mereka inilah yang membantu pendidikan para siswa, yang juga berkesempatan mencoba 10 simulator dan 20 truk serta alat berat, yang nantinya harus mampu dikuasai dan dikendalikan mereka yang bekerja di bidang pertambangan.
Hal lainnya yang dibangun adalah Lapangan Terbang Mulu. Terletak di Tsinga, lapangan terbang itu terletak di ketinggian 1950 meter di atas permukaan laut. Bila sebelumnya orang harus berjalan dari Tsinga ke Timika dan memerlukan waktu empat hari, dengan adanya lapangan terbang itu waktu tempuh diperpendek hanya 15 menit saja dengan menggunakan pesawat terbang.
Tersedia dua kali penerbangan tiap minggunya, rute Tsinga-Timika dilayani oleh pesawat Pilatus Porter milik Susi Air. Harga tiketnya pun sampai saat ini masih disubsidi oleh PT Freeport Indonesia, sehingga setiap penumpang cukup membayar Rp 175.000.
Ini hanya sedikit dari contoh-contoh upaya perusahaan pertambangan dan dunia pertambangan umumnya, dapat membantu kehidupan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Suatu upaya yang perlu terus dikembangkan, sehingga “tambang untuk kehidupan (dan kemakmuran) rakyat” bukan sekadar slogan, tetapi terbukti nyata bagi seluruh lapisan anak bangsa di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H