Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

"Cosplay", Bermain-main dengan Kostum yang Tumbuhkan Industri Kreatif

12 November 2016   14:59 Diperbarui: 13 November 2016   03:34 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menata rias wajah dan tubuh juga merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan para (dokumentasi pribadi)

Bermain-main dengan kostum atau cosplay adalah salah satu aktivitas yang saat ini makin digemari di Indonesia. Terutama di kalangan kaum muda di segala penjuru Tanah Air. Bukan hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung, tetapi telah merambah juga sampai ke kota-kota kabupaten dan menjangkau seluruh pelosok. Istilah cosplay sendiri merupakan gabungan dari kata costume (kostum atau pakaian dan aksesorisnya) serta play (bermain). Jadi seperti sudah disebutkan, cosplay bisa dibilang sebagai aktivitas bermain-main dengan kostum dan aksesorisnya.

Meski lebih populer di kalangan kaum muda, mereka yang telah cukup dewasa bahkan lanjut usia pun, tak sedikit yang juga menyukainya. Penggemar cosplay inilah yang disebut dengan istilah cosplayer, atau orang yang senang mengenakan kostum dan aksesorisnya, meniru tokoh-tokoh dalam cerita bergambar, novel, film, animasi, bahkan meniru penyanyi dan musisi idola, sampai meniru olahragawan terkenal.

Cosplay adalah istilah yang awalnya berasal dari Jepang. Itulah sebabnya, tak sedikit cosplayer yang juga menampilkan kostum bergaya tokoh-tokoh dalam anime, manga, dan kisah-kisah fiksi dari Jepang. Walaupun demikian, kegiatan yang kini tercatat sebagai salah satu hobi atau kegemaran mendunia itu, sebenarnya bisa dikatakan telah dimulai di Amerika Serikat (AS) pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.

Para (dokumentasi pribadi)
Para (dokumentasi pribadi)
Setelah sukses film fiksi ilmiah Star Trek dan kemudian Star Wars, di AS mulai digelar konvensi film fiksi ilmiah  yang dalam Bahasa Inggris disebut science fiction convention atau sci-fi convention. Pada saat itu, para pengunjung datang menggunakan kostum dan aksesoris seperti yang dipakai para pemeran film-film fiksi ilmiah. Untuk memeriahkan acara, sejumlah pemeran dalam film-film tersebut juga didatangkan panitia, agar pengunjung dapat berfoto bersama, meminta tanda tangan, atau sekadar menyalami dan bercakap-cakap dengan mereka.

Tradisi ini kemudian berkembang di Jepang pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Sama seperti di AS, para pengunjung konvensi juga hadir dengan kostum-kostum unik meniru kostum dalam film dan cerita bergambar yang terkenal di Jepang. Paling tidak tercatat digelarnya konvensi fiksi ilmiah Nihon SF Takai di Ashinoko, Prefektur Kanagawa, pada 1978. Saat itu kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita A Fighting Man of Mars karya Edgar Rice Burroughs. Direktur perusahaan animasi Gainax, Yasuhiro Takeda, juga tampil dengan  kostum dari film Star Wars.

Para (dokumentasi pribadi)
Para (dokumentasi pribadi)
Juara Dunia

Bila awalnya, bermain-main dengan kostum atau cosplay hanya dilakukan sekadar bersenang-senang saja, maka belakangan aktivitas itu juga menjadi kompetisi. Apalagi dengan semakin banyaknya kegiatan-kegiatan semacam konvensi yang dikemas dalam bentuk pameran dan penjualan mainan (toys fair) dan sejenisnya.

Di Indonesia sendiri, kebanyakan cosplayer memang “berkiblat” ke Jepang. Apalagi awalnya, aktivitas cosplay dilakukan saat kegiatan yang dilaksanakan para mahasiswa studi Jepang Universitas Indonesia pada awal 2000-an. Tetapi selain bergaya Jepang, tidak sedikit pula yang tampil dengan kostum dari cerita bergambar atau pun film-film yang berasal dari AS dan Eropa. Belakangan, muncul pula sejumlah cosplayer yang berusaha menampilkan kostum-kostum yang diangkat dari kisah-kisah pewayangan maupun cerita bergambar karya penulis dan komikus Indonesia sendiri.

Tak heran bila tokoh-tokoh cerita bergambar dari Indonesia, seperti pahlawan perempuan Sri Asih, atau pendekar Si Buta dari Gua Hantu serta Jaka Sembung, dan pahlawan super seperti Gundala Putera Petir dan Godam, juga menjadi rujukan para cosplayer untuk menampilkan kostum-kostum mereka. Belum lagi kostum-kostum orisinal, dalam arti diciptakan sendiri oleh cosplayer bersangkutan, dengan menciptakan tokoh yang mereka angankan.

Kelompok (dokumentasi pribadi)
Kelompok (dokumentasi pribadi)
Selain perorangan, kini cosplayer juga membentuk kelompok-kelompok. Dalam penampilan di atas panggung misalnya, tak jarang dilakukan secara berkelompok. Memainkan adegan tertentu dalam tempo 1 sampai 5 menit, diiringi musik dan koreografi yang sudah dilatih sebelumnya. Jadi mereka bermain-main dengan kostum tak ubahnya suatu pertunjukan singkat seni panggung.

Contohnya, kelompok yang menamakan dirinya Machipot yang baru-baru ini tampil di acara Hellofest 2016 pada 24-25 September lalu. Menampilkan kisah “Garudayana” yang diangkat dari karya anak muda Indonesia sendiri, kelompok tersebut meraih penampilan terbaik Kostumasa tema Indonesia.

Keterampilan anak-anak muda Indonesia dalam aktivitas cosplay bukan hanya di dalam negeri. Tak sedikit yang pernah tampil di luar negeri. Bahkan, mereka pun beberapa kali memenangkan penghargaan dalam kompetisi cosplay di luar negeri. Seperti dalam acara World Cosplay Summit yang baru-baru ini digelar di Nagoya, Jepang.

Dua cosplayer Indonesia, Rian Cahyadi dan Marchella, meraih penghargaan bergengsi dalam acara yang disebut-sebut “kejuaraan dunia” cosplay tersebut. Padahal selain Indonesia dan tuan rumah Jepang, banyak negara lain yang mengirimkan cosplayer-nya ke ajang tingkat dunia tersebut. Setidaknya ada 30 negara, termasuk negara-negara “terkemuka” dalam aktivitas bermain-main dengan kostum itu seperti AS, Tiongkok, Inggris, Hong Kong, Australia, dan banyak lagi.

Selain di Jepang, cosplayer Indonesia telah pula memenangkan penghargaan di Australia, Singapura, dan beberapa negara lainnya. Budaya pop yang disukai generasi muda Indonesia terbukti menghasilkan prestasi yang cukup membanggakan dan membawa nama Indonesia menjadi lebih terkenal di mancanegara, terutama di kalangan kaum muda dunia.

Mengasah Keterampilan

Menata rias wajah dan tubuh juga merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan para (dokumentasi pribadi)
Menata rias wajah dan tubuh juga merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan para (dokumentasi pribadi)
Walaupun aktivitas itu sering disebut hanya bermain-main dengan kostum, namun justru selama berproses itulah mereka mengasah keterampilan masing-masing. Mulai dari keterampilan membuat sendiri atau memodifikasi kostum dan aksesoris yang sudah ada, menata rias wajah dan tubuh sesuai karakter yang diinginkan, sampai keterampilan seni panggung agar dapat menghayati peran sesuai kostum yang digunakan.

Sejumlah cosplayer bahkan berlatih khusus aksi panggung, seni bela diri, tarian, dan sebagainya, agar tampil mirip dengan yang dibayangkan orang banyak, sesuai dengan tokoh dalam cerita bergambar atau film yang ada. Mereka juga berlatih berbicara disesuaikan dengan tokoh yang diperankan, mulai dari penggunaan bahasa asing bahkan bahasa luar angkasa seperti tokoh-tokoh berbahasa Vulcan atau Klingon dari film Star Trek, sampai mengucapkan dialek dengan logat atau gaya bertutur yang mirip dengan tokoh yang diperankan.

Figurine-figurine sejumlah tokoh komik. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Figurine-figurine sejumlah tokoh komik. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Kegiatan tersebut jelas merupakan kegiatan positif dalam menumbuhkembangkan keterampilan, kreativitas, dan sikap persaudaraan antarcosplayer di Tanah Air. Walaupun harus diakui ada sejumlah cosplayer yang terkadang bersaing sampai saling berusaha “menjatuhkan” lawan, namun pada umumnya cosplayer-cosplayer Indonesia merupakan satu komunitas yang saling mendukung dan berusaha bersama-sama membangkitkan minat masyarakat luas pada aktivitas tersebut.

Aktivitas (dokumentasi pribadi)
Aktivitas (dokumentasi pribadi)
Suatu upaya mengisi waktu luang dengan kegiatan positif yang bila dikembangkan dengan baik, bukan tak mungkin akan menumbuhkan pula industri dalam negeri. Mulai dari industri pengerjaan kostum-kostum, aksesoris, tata rias, aktivitas event organizer yang menyelenggarakan acara-acara itu, sampai industri lain yang mendukung, seperti industri makanan dan minuman. Termasuk pula industri komik dan film yang terkait dengan kisah-kisah yang diperankan para cosplayer itu dan industri pembuatan figurine atau patung dan boneka-boneka dari tokoh-tokoh yang banyak ditiru para cosplayer.

Jadi bila Badan Ekonomi Kreatif bentukan Pemerintah RI yang saat ini dipimpin Triawan Munaf mencari-cari program yang akan dijalankan, tak salah bila melirik pula aktivitas para cosplayer ini. Kegiatan yang menumbuhkan banyak industri kreatif di dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun