Ada juga swasensor lain dilakukan pimpinan redaksi suatu media massa, misalnya tidak memberitakan tentang hal-hal dari orang, kelompok, organisasi yang berseberangan dengan pemikiran dan organisasi medianya. Sebaliknya, kalau dari orang, kelompok, atau organisasi yang didukungnya, beritanya akan dimuat besar-besaran. Contoh ini dapat dengan mudah dilihat.
Sedangkan swasensor dari diri pewarta sendiri, misalnya saya. Sejak dulu saya tidak suka merokok, bahkan dengan asap rokok pun sudah terbatuk-batuk. Itulah sebabnya, kalau diundang melakukan peliputan yang disponsori perusahaan rokok, saya seminimal mungkin menulis merk rokok atau perusahaannya. Walaupun ini memang beresiko, tidak diundang lagi di kemudian hari, karena dianggap kurang mampu mempublikasikan perusahaan bersangkutan.
Swasensor juga bisa terjadi karena latar belakang seseorang. Contohnya saya yang aktif di Gerakan Pramuka sejak kecil. Ketika meliput suatu peristiwa tabrakan antara sepeda motor dan bus di sebuah jalan, karena yang mengemudikan sepeda motor adalah remaja yang mengenakan seragam Pramuka (walaupun tidak lengkap, karena tidak memakai kacu atau setangan lehernya), bisa saja pewarta lain mungkin memberi judul “Pramuka Tabrakan dengan Bus”. Namun saya memilih menulis “Seorang remaja pengendara XXXXX (merek motor) dengan nomor polisi B-XXXX-XX mengalami luka yang cukup parah setelah motor yang dikendarainya bertabrakan dengan Bus XXXXX (nama perusahaan bus) B-XXXX-XX”. Judulnya pun mungkin cukup saya tulis “Pengemudi Motor Remaja Luka Parah, Tabrakan dengan Bus”.
Memang benar si remaja mengenakan seragam Pramuka walaupun tidak lengkap, mungkin baru pulang dari latihan karena kepramukaan sudah menjadi bagian ekstrakurikuler di banyak sekolah. Tetapi dia mengalami peristiwa naas itu tidak sedang berkegiatan Pramuka. Jadi mengapa saya harus menulis “Pramuka Tabrakan dengan Bus”?
Begitulah, sedikit cerita tentang swasensor. Namun kali ini, seperti di bagian awal tulisan saya, saya menghapus sendiri tulisan di Kompasiana, bukan dengan alasan swasensor seperti yang saya kemukakan. Namun untuk menghormati sahabat saya tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H