Kafe ini disediakan oleh Bank BCA untuk para blogger yang ingin duduk santai. Dilengkapi jajanan dan minuman segar, yang semuanya disediakan secara gratis. Tambah pun tidak dilarang. Saya pun akhirnya ikut bergabung bersama para Kompasianer yang telah ada di situ. Perut kenyang, semangat untuk menulis kembali membara.
Kemudian saya memuatnya pada pukul 13:20:13, dan menjadi tulisan “Pilihan” Kompasiana. Sahabat Kompasianer dari Manado, Johanis Malingkas, mengomentari dua kali dan memberi ucapan salam sukses untuk saya.
Setelah empat tulisan, saya pun berkeliling lagi di arena Kompasianival. Saya menuju booth PT. Freeport Indonesia karena tertarik keberadaan seorang perajin yang sedang menyelesaikan seni kriya khas Papua. Cukup lama saya memperhatikan keterampilan jemari tangannya mengolah karya yang sedang dibuatnya.
Saya juga sempat melihat-lihat dan membaca beberapa brosur yang disediakan perusahaan pertambangan itu. Hasilnya adalah tulisan “flashblogging” kelima yang berjudul “Dari Papua untuk Kompasianival 2016”, yang bisa dibaca di sini: Dari Papua untuk Kompasianival 2016
Saya masih terus berkeliling di arena Kompasianival 2016. Bercakap-cakap dengan sesame Kompasianer, dan mampir pula di beberapa booth di sekeliling ruang penyelenggaraan acara itu. Saya sempat mampir ke booth Pertamina dan booth Cap Lang. Hasilnya adalah tulisan “flashblogging” saya keenam berjudul “Kompasianival 2016, dari Baju, Makanan, sampai Minyak Kayu Putih” yang bisa dibaca di sini; Kompasianival 2016 dari Baju Makanan Sampai Minyak Kayu Putih
Setelah tulisan “flashblogging” keenam ini, saya berhenti cukup lama. Saya pun memutuskan untuk lebih bersantai menikmati sajian yang ada. Maka tampillah pertunjukan kesenian dari Suku Kamoro, Papua. Betapa indah, saya sangat menikmatinya dan saya melihat para pengunjung Kompasianival 2016 lainnya juga begitu bersemangat menyaksikan dan mengabadikan lewat telepon seluler maupun kamera masing-masing.
Tulisan itu saya lengkapi dengan dua foto dan saya muat pada pukul 17:14:16. Setidaknya ada tiga Kompasianer yang menilai tulisan itu, ada yang menyebut sebagai tulisan inspiratif, dan ada juga yang mengatakan tulisan itu aktual.