Jambore Nasional (Jamnas) X Gerakan Pramuka baru saja usai. Perkemahan besar yang diikuti para Pramuka Penggalang (11-15 tahun) dari 34 provinsi di Indonesia, ditambah dengan perwakilan organisasi nasional kepanduan negara-negara sahabat, diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, 14-21 Agustus 2016. Tercatat sekitar 25.000 orang yang terdiri dari Pramuka Penggalang, Pembina Pendamping, Pimpinan Kontingen, dan panitia pelaksana berbaur bersama dalam perkemahan sepekan penuh itu.
Lokasi acara itu terletak di bagian timur Jakarta, tepat di pintu keluar gerbang tol Cibubur. Tanah seluas 210 hektare itu, disulap menjadi suatu kota berisi ribuan tenda besar dan kecil dari beragam bentuk dan warna. Dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai, termasuk ratusan unit bangunan mandi, cuci, kakus, lokasi tersebut memang merupakan salah satu bumi perkemahan terbesar dan terbaik. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, bahkan mungkin juga menjadi bumi perkemahan terbesar di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
Sebenarnya, Jamnas yang merupakan agenda rutin Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka itu diadakan setiap lima tahun sekali, biasanya diadakan pada akhir Juni. Bulan Juni dipilih karena biasanya saat itu siswa telah memasuki libur sekolah, serta cuaca juga cukup bersahabat. Tidak banyak hujan, tetapi juga tidak terlalu panas.
Namun, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan dan kemudian Hari Raya Idul Fitri, untuk Jamnas kali ini dipilih pada Agustus 2016. Sekaligus untuk memperingati Hari Pramuka ke-55 yang dirayakan pada 14 Agustus 2016. Pembukaannya pun dihadiri oleh Presiden Joko Widodo selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, yang bertindak sebagai Pembina Upacara.
Benarlah, sore menjelang malam, hujan turun cukup deras. Begitu pula beberapa hari kemudian, hujan dan panas silih berganti dirasakan seluruh yang terlibat dalam Jamnas kali ini. Termasuk saya, karena kali ini saya dipercaya sebagai salah satu anggota panitia di bidang kegiatan. Bahkan sejak persiapan Jamnas, yaitu beberapa hari sebelum Jamnas secara resmi dibuka, bersama para anggota panitia pelaksana lainnya, saya telah berada di Cibubur. Saat itu pun, hujan dan panas berganti-ganti menghiasi bumi perkemahan tersebut.
Saya pun merasa berkali-kali kehujanan, mulai dari gerimis kecil sampai hujan deras yang membuat celana basah walaupun bagian atas tubuh saya tertutup jaket hujan yang mempunyai penutup kepala. Untuk kepala, selain penutup dari jaket hujan, saya juga melengkapi dengan topi yang memang dibagikan kepada semua anggota panitia pelaksana.
Itulah yang membuat saya cukup sering berjalan ke sana ke mari. Dari lokasi lapangan upacara utama di bagian depan perkemahan, sampai ke lokasi Perkemahan Putra (Kempa) V yang terletak di bagian belakang, dan untuk mencapainya perlu berjalan kaki sekitar 15-20 menit. Saya memang bertugas di di lapangan Kempa V, tempat diadakannya kegiatan Global Development Village (GDV), suatu kegiatan yang memberi tambahan pengetahuan dan wawasan para peserta Jamnas tentang isu-isu terkini, baik di Indonesia maupun di dunia. Mulai dari isu-isu yang menyangkut perdamaian global, hak asasi manusia, lingkungan hidup, sampai isu-isu kesehatan.
Berjalan kaki di tengah cuaca panas, kadangkala saat hujan turun, menjadi aktivitas rutin yang saya lakukan saat berlangsungnya Jamnas. Sampai-sampai saya terkagum-kagum dengan kemampuan diri saya. Sebagai orang yang bisa dibilang sangat jarang berolahraga dan kondisi tubuh yang agak rawan terhadap penyakit lambung serta sering pula terkena influenza, ternyata saya mampu mengatasi aktivitas selama di Cibubur sepekan penuh.
Padahal pula, saat hari pertama, kami – saya bersama teman-teman – sempat terlambat makan, karena kiriman makanan terlambat datang. Padahal pula, saat cuaca panas dan sehabis beraktivitas, saya cukup sering kehausan. Untung saya ingat, dan berusaha menjaga diri untuk tetap minum cairan agar tubuh tidak dehidrasi.
Saya pun sering larut ikut bergerak bersama peserta menari berbagai macam tarian. Mulai dari Messengers of Peace (MoP) dance yang bisa dibilang merupakan tarian “wajib”di kegiatan GDV, sampai tarian yang mengikuti gerak lagu Gemufamire, bahkan Pinguin dance. Ada-ada saja. Saat diputar lagi ketika istirahat kegiatan, para peserta serempak mengatur barisan dan mulai menari. Saya pun ikut-ikutan menari.