Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cinta, Senang, dan Sehat

1 September 2016   14:01 Diperbarui: 1 September 2016   14:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kegiatan di Kampung Global Development Village (GDV) pada Jambore Nasional X Gerakan Pramuka, baru-baru ini. (Foto: ISJ)

Jambore Nasional (Jamnas) X Gerakan Pramuka baru saja usai. Perkemahan besar yang diikuti para Pramuka Penggalang (11-15 tahun) dari 34 provinsi di Indonesia, ditambah dengan perwakilan organisasi nasional kepanduan negara-negara sahabat, diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, 14-21 Agustus 2016. Tercatat sekitar 25.000 orang yang terdiri dari Pramuka Penggalang, Pembina Pendamping, Pimpinan Kontingen, dan panitia pelaksana berbaur bersama dalam perkemahan sepekan penuh itu.

Lokasi acara itu terletak di bagian timur Jakarta, tepat di pintu keluar gerbang tol Cibubur. Tanah seluas 210 hektare itu, disulap menjadi suatu kota berisi ribuan tenda besar dan kecil dari beragam bentuk dan warna. Dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai, termasuk ratusan unit bangunan mandi, cuci, kakus, lokasi tersebut memang merupakan salah satu bumi perkemahan terbesar dan terbaik. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara, bahkan mungkin juga menjadi bumi perkemahan terbesar di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
 Sebenarnya, Jamnas yang merupakan agenda rutin Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka itu diadakan setiap lima tahun sekali, biasanya diadakan pada akhir Juni.  Bulan Juni dipilih karena biasanya saat itu siswa telah memasuki libur sekolah, serta cuaca juga cukup bersahabat. Tidak banyak hujan, tetapi juga tidak terlalu panas.

Namun, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan dan kemudian Hari Raya Idul Fitri, untuk Jamnas kali ini dipilih pada Agustus 2016. Sekaligus untuk memperingati Hari Pramuka ke-55 yang dirayakan pada 14 Agustus 2016. Pembukaannya pun dihadiri oleh Presiden Joko Widodo selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, yang bertindak sebagai Pembina Upacara.

Saya dengan pakaian seragam Pramuka lengkap saat upacara pembukaan Jamnas X-2016. (Foto: ISJ)
Saya dengan pakaian seragam Pramuka lengkap saat upacara pembukaan Jamnas X-2016. (Foto: ISJ)
Saat upacara pembukaan berlangsung, cuaca cerah. Peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian upacara dengan baik. Namun anomali cuaca yang terjadi tahun-tahun belakangan ini, membuat kewaspadaan terhadap turunnya hujan harus tetap diperhatikan. Bulan Agustus bukan berarti bulan kering atau telah memasuki musim kemarau.

Benarlah, sore menjelang malam, hujan turun cukup deras. Begitu pula beberapa hari kemudian, hujan dan panas silih berganti dirasakan seluruh yang terlibat dalam Jamnas kali ini. Termasuk saya, karena kali ini saya dipercaya sebagai salah satu anggota panitia di bidang kegiatan. Bahkan sejak persiapan Jamnas, yaitu beberapa hari sebelum Jamnas secara resmi dibuka, bersama para anggota panitia pelaksana lainnya, saya telah berada di Cibubur. Saat itu pun, hujan dan panas berganti-ganti menghiasi bumi perkemahan tersebut.

Saya pun merasa berkali-kali kehujanan, mulai dari gerimis kecil sampai hujan deras yang membuat celana basah walaupun bagian atas tubuh saya tertutup jaket hujan yang mempunyai penutup kepala.  Untuk kepala, selain penutup dari jaket hujan, saya juga melengkapi dengan topi yang memang dibagikan kepada semua anggota panitia pelaksana.

Saya menyerahkan setangan leher Indonesia Scout Journalist kepada Ketua Kwarnas, Kak Adhyaksa Dault. (Foto: ISJ)
Saya menyerahkan setangan leher Indonesia Scout Journalist kepada Ketua Kwarnas, Kak Adhyaksa Dault. (Foto: ISJ)
Topi memang menjadi pelengkap penting selama di arena Jamnas. Saat cuaca panas, yang oleh beberapa teman pernah diukur suhunya mencapai 34 bahkan 35 derajat Celcius, berjalan ke sana ke mari menggunakan topi cukup membantu menahan terik matahari. Berjalan ke sana ke mari? Ya, karena ada peraturan bahwa kendaraan bermotor dilarang memasuki arena perkemahan, hanya sejumlah kendaraan dengan stiker khusus yang boleh melewatinya.

Itulah yang membuat saya cukup sering berjalan ke sana ke mari. Dari lokasi lapangan upacara utama di bagian depan perkemahan, sampai ke lokasi Perkemahan Putra (Kempa) V yang terletak di bagian belakang, dan untuk mencapainya perlu berjalan kaki sekitar 15-20 menit. Saya memang bertugas di di lapangan Kempa V, tempat diadakannya kegiatan Global Development Village (GDV), suatu kegiatan yang memberi tambahan pengetahuan dan wawasan para peserta Jamnas tentang isu-isu terkini, baik di Indonesia maupun di dunia. Mulai dari isu-isu yang menyangkut perdamaian global, hak asasi manusia, lingkungan hidup, sampai isu-isu kesehatan.

Berjalan kaki di tengah cuaca panas, kadangkala saat hujan turun, menjadi aktivitas rutin yang saya lakukan saat berlangsungnya Jamnas. Sampai-sampai saya terkagum-kagum dengan kemampuan diri saya. Sebagai orang yang bisa dibilang sangat jarang berolahraga dan kondisi tubuh yang agak rawan terhadap penyakit lambung serta sering pula terkena influenza, ternyata saya mampu mengatasi aktivitas selama di Cibubur sepekan penuh.

Padahal pula, saat hari pertama, kami – saya bersama teman-teman – sempat terlambat makan, karena kiriman makanan terlambat datang. Padahal pula, saat cuaca panas dan sehabis beraktivitas, saya cukup sering kehausan. Untung saya ingat, dan berusaha menjaga diri untuk tetap minum cairan agar tubuh tidak dehidrasi.

Saya pun sering larut ikut bergerak bersama peserta menari berbagai macam tarian. Mulai dari Messengers of Peace (MoP) dance yang bisa dibilang merupakan tarian “wajib”di kegiatan GDV, sampai tarian yang mengikuti gerak lagu Gemufamire, bahkan Pinguin dance. Ada-ada saja. Saat diputar lagi ketika istirahat kegiatan, para peserta serempak mengatur barisan dan mulai menari. Saya pun ikut-ikutan menari.

Memeriksa tekanan darah di arena Jamnas X-2016. Hasilnya normal. (Foto: ISJ)
Memeriksa tekanan darah di arena Jamnas X-2016. Hasilnya normal. (Foto: ISJ)
Heran, di usia yang sudah lebih dari 50 tahun dan bisa dibilang saya anggota panitia tertua di kegiatan GDV, ternyata hampir sepuluh hari di Cibubur dengan kegiatan yang dilaksanakan sejak pagi – paling tidak mulai pukul 07.30 – sampai malam hari, saya tetap bisa menyelesaikan tugas dengan baik.  Saya bahkan sempat mengecek kondisi tekanan darah di salah satu sanggar di arena kegiatan GDV. Ternyata normal, yaitu 118/81. Rahasianya? Saya juga tak tahu, namun dijawab oleh beberapa teman, ketika saya mengungkapkan keheranannya mengapa saya bisa bertahan berhari-hari di Cibubur, walaupun aktivitas padat dari pagi sampai malam dan cuaca panas hujan berganti-ganti.

Hampir semua teman yang saya tanya mengungkapkan hal yang sama. “Kalau kita melakukan kegiatan yang disenangi, maka adrenalin, endorphin, juga state of mind, pikiran bawah sadar, membantu kita untuk melaksanakan semua aktivitas dengan baik”, begitu jawaban mereka. Bahkan satu lagi menambahkan, “Karena cinta mengalahkan segala-galanya, aktivitas yang kita lakukan dengan penuh cinta mampu membuat kita tetap sehat”.

Cinta, senang, dan sehat. Itulah tampaknya tiga kata kuncinya. Pelajaran berharga untuk tetap sehat. Tidak perlu merasa terpaksa melakukan olahraga kebugaran untuk tetap sehat, tetapi usahakan kegiatan-kegiatan fisik yang dapat dilakukan dengan perasaan cinta dan senang. Berjalan kaki bersama keluarga tercinta atau teman-teman, itu sudah saya buktikan selama sepuluh hari di Cibubur.

Bermain bersama burung di arena pengenalan satwa di salah satu booth di arena Jamnas X-2016. (Foto: ISJ)
Bermain bersama burung di arena pengenalan satwa di salah satu booth di arena Jamnas X-2016. (Foto: ISJ)
Ada lagi banyak cara lainnya. Hanya saja ada hal lain yang tak kalah pentingnya. Usahakan agar aktivitas fisik yang sehat dan menyenangkan itu dilakukan secara cukup teratur. Bila tidak, maka akan terjadi seperti yang saya alami. Begitu selesai acara di Cibubur, dan bersantai di rumah. Maka mulailah tubuh dan kaki terasa pegal, serta timbul batuk-batuk.  Tampaknya, tubuh memang perlu istirahat, tetapi jangan terlalu tanpa aktivitas fisik.

Kembalilah melakukan kegiatan fisik yang sehat dan menyenangkan. Ingatlah tiga kata kunci, cinta, senang, dan sehat. Yo, ayo, juga ajakan bagi diri saya sendiri.

Foto-foto: Indonesia Scout journalist (ISJ) Community

Akun Facebook: https://www.facebook.com/berthold.sinaulan

Akun Twitter: @BertSinaulan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun