Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manik Kayu yang Masih “Baru” dan (Mungkin) Membingungkan

30 Agustus 2016   21:34 Diperbarui: 1 September 2016   08:12 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kak Andi Fachry Makassau, Wakil Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pramuka tingkat Nasional menerima pengalungan manik kayu. (Foto: ISJ)

Jamnas sendiri adalah kegiatan berupa perkemahan besar untuk Pramuka Penggalang. Acara lima tahunan kali ini diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur, 14 sampai dengan 21 Agustus 2016. Para Pramuka Penggalang dari seluruh Indonesia dan sejumlah negara tetangga, didampingi Pembina Pendamping. Di samping itu ada juga Pimpinan Kontingen (Pinkon), baik Pinkon Kwartir Daerah (Kwartir Gerakan Pramuka di daerah tingkat I atau provinsi) maupun Pinkon Kwartir Cabang (Kwartir Gerakan Pramuka di daerah tingkat II atau kotamadya dan kabupaten).

Bila para Pembina Pendamping memang langsung mendampingi para pesertanya, maka Pinkon biasanya mempunyai waktu luang yang lebih banyak. Itulah sebabnya diadakan pula kegiatan untuk orang dewasa. Ini juga yang dipertanyakan oleh sebagian orang. Mulai dari mempertanyakan kurikulum sampai mempertanyakan metoda belajarnya.

Padahal acara Indaba bukan kursus, jadi tentu tidak ada kurikulum. Ini adalah kegiatan untuk mengisi waktu orang dewasa di arena Jamnas X yang tidak sibuk terlibat dalam kepanitiaan atau mendampingi peserta didik. Kegiatannya mulai dari ceramah, latihan praktis, dan tentu saja diiringi permainan dan nyanyian a la Pramuka.

Peserta acara Indaba di Cibubur beberapa waktu lalu itu juga tidak serta-merta mendapatkan satu set manik kayu. Baik acara inaugurasi manik kayu maupun Gilwell Reunion, diadakan hanya untuk mereka yang paling sedikit telah lulus KML. Gilwell Reunion, merujuk pada nama Gilwell Park di Inggris, adalah pertemuan yang dari, oleh, dan untuk Pembina Pramuka Mahir yang minimal telah lulus KML. Jadi sekali lagi, peserta acara Indaba di Cibubur, belum tentu ikut inaugurasi dan ikut Gilwell Reunion.

Hanya mereka yang telah memenuhi syarat, dapat ikut serta. Untuk itu, sejak jauh hari, panitia acara Indaba telah membuat pengumuman, termasuk di media sosial, agar yang ingin ikut Gilwell Reunion maupun inaugurasi manik kayu, mendaftarkan diri lengkap dengan salinan ijazah-ijazah kursus yang pernah diterimanya.

Hormat sikap sempurna. (Foto: ISJ)
Hormat sikap sempurna. (Foto: ISJ)
Berbeda dengan peserta acara Indaba. Sebagaimana di negara lain, acara Indaba terbuka untuk semua Pembina Pramuka, termasuk Asisten Pembina Pramuka yang dulu dinamakan Pembantu Pembina Pramuka. Mereka mungkin masih merupakan seorang Pramuka Penegak atau Pandega tetapi bisa jadi telah menyelesaikan Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar dan Narakarya I, jadi kehadiran mereka – kalau pun ada – dalam acara Indaba adalah dalam status sebagai Asisten Pembina Pramuka.  Bukan dalam kapasitas sebagai Pramuka Penegak atau Pandega.

Dari sini timbul pula pertanyaan lain, kenapa namanya Indaba? Bukankah di Indonesia sudah ada Karang Pamitran? Apakah acara Indaba ini untuk mengganti Karang Pamitran? Tentu saja tidak demikian kenyataannya. Acara Indaba bukanlah untuk mengganti Karang Pamitran yang di tingkat nasional – Karang Pamitran Nasional (KPN) – diadakan setiap lima tahun sekali. Bila mengingat KPN sebelumnya digelar 2013, maka KPN berikutnya bakal tetap ada pada 2018.

Karang Pamitran adalah pertemuan besar para Pembina Pramuka dalam bentuk perkemahan, dan perkemahan itu hanya diisi oleh para peserta dan panitia yang umumnya adalah Pembina Pramuka itu sendiri. Bukan seperti sekarang, di mana Jamnas X pesertanya adalah Pramuka Penggalang, sedangkan acara Indaba pesertanya adalah Pembina Pramuka.

Agaknya itulah yang menyebabkan acara Indaba di Cibubur  walau diikuti oleh Pembina Pramuka dari berbagai daerah di Indonesia tidak dinamakan KPN. Panitia tampaknya menyadari bahwa KPN seharusnya lebih baik dalam segala hal dibandingkan acara Indaba yang hanya merupakan acara sampingan Jamnas. Itu sebabnya, tidak digunakan nama KPN, justru untuk menjaga “kebesaran” nama acara KPN itu sendiri. Paling tidak itu tafsiran saya sendiri, mengingat peserta acara Indaba tidak sebanding dengan peserta KPN sebagaimana biasa dilakukan, terutama dari segi jumlah dan mata acaranya.

Foto bersama selesai acara Inaugurasi Manik Kayu. (Foto: ISJ)
Foto bersama selesai acara Inaugurasi Manik Kayu. (Foto: ISJ)
Lalu kenapa dinamakan Indaba? Indaba adalah istilah dari bahasa Zulu, salah satu suku di Afrika, untuk menamakan sebuah pertemuan penting para pemimpin suku. Istilah itu kemudian diadopsi oleh gerakan kepanduan sedunia, untuk menamakan pertemuan dalam bentuk perkemahan untuk orang dewasa dalam gerakan kepanduan. Di tingkat dunia Indaba telah beberapa kali diadakan, dan salah satu yang paling terkenal adalah Indaba yang diselenggarakan bersamaan Jambore Kepanduan Sedunia di Inggris pada 1957. Hampir “senada” dengan acara Indaba di Cibubur yang diselenggarakan bersamaan jambore juga, yaitu Jambore Nasional X Gerakan Pramuka. Jambore yang berakhir dengan sukses, keren, gembira, dan asyik.

Foto-foto: Indonesia Scout Journalist (ISJ) Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun