Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bantu Museum Perbaiki Koleksi Supaya Masyarakat Tidak Keliru Mengetahui

17 Juni 2016   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2016   18:46 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di pundak kanan patung Pandu Putera Hizbul Wathan itu seharusnya epolet itu berada. (Foto: ISJ)

Membaca judul “Memperbaiki Koleksi Museum”, mungkin yang langsung terbetik dalam pikiran banyak orang adalah tugas seperti yang dilakukan para ahli di Pusat Konservasi (dulu namanya Balai Konservasi) DKI Jakarta, yang memperbaiki artefak atau barang-barang koleksi museum yang rusak dan memerlukan perawatan untuk menjaga kelestariannya. Misalnya memperbaiki lukisan yang sudah rapuh, atau kain bersejarah yang robek, buku-buku lama, dan sebagainya.

Memperbaiki koleksi museum semacam itu jelas memerlukan keahlian khusus. Tidak bisa dilakukan sembarang orang. Apalagi perlu diingat, koleksi museum seringkali koleksi satu-satunya yang ada. Jadi kalau diperbaiki sembarangan, malah bisa-bisa tambah rusak dan akhirnya benda bersejarah itu bisa dikatakan punah atau tak bisa dinikmati lagi oleh pengunjung karena kondisinya semakin rusak.

Namun yang ingin saya ceritakan tidaklah serumit itu. Tentu saja, karena saya dan kedua teman saya sama sekali tidak memiliki keahlian dalam bidang konservasi seperti itu. Walaupun saya seorang sarjana Arkeologi dari Universitas Indonesia, tetapi untuk mengerjakan konservasi perlu keahlian yang lebih mendalam.

Kisahnya, dimulai ketika kami, R. Andi Widjanarko, Mutiara Adriane, dan saya, anggota Indonesia Scout Journalist (ISJ), suatu komunitas yang terdiri dari para Pramuka yang senang kegiatan jurnalistik dan jurnalis yang menggemari kegiatan kepramukaan, mengunjungi Museum Sumpah Pemuda yang terletak di Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat.

Teks lengkap putusan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Di bagian akhir tertulis jelas
Teks lengkap putusan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Di bagian akhir tertulis jelas
Tujuan kami ke sana adalah untuk memotret dan mendokumentasikan koleksi-koleksi museum tersebut yang ada hubungannya dengan kepramukaan atau kepanduan. Saya pribadi dibantu teman-teman ISJ, sedang menulis berbagai hal terkait sejarah kepanduan di Indonesia. Saya ingat bahwa Museum Sumpah Pemuda mempunyai koleksi sejumlah benda bersejarah yang terkait dengan sejarah kepanduan, apalagi kalau diingat lahirnya Sumpah Pemuda yang terkenal itu, sedikit banyak juga karena jasa gerakan kepanduan. Itulah sebabnya dalam teks lengkap putusan Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda, disebutkan pula nama kepanduan secara jelas.

Begitulah, ketika kami ke sana, yang menjadi tujuan utama adalah memotret benda-benda yang ada hubungannya dengan sejarah kepanduan di Tanah Air. Termasuk memotret reproduksi benda-benda kepanduan, bukan benda asli namun benda reproduksi yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Benda-benda reproduksi itu antara lain seragam para Pandu sebelum Indonesia merdeka dan sebelum seluruh organisasi kepanduan di Indonesia dijadikan satu dalam wadah Gerakan Pramuka pada 1961.

Dua di antaranya dipajang di salah satu ruangan Museum Sumpah Pemuda itu. Seragam Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang ditampilkan dalam bentuk patung Pandu Puteri KBI, serta seragam kepanduan Hizbul Wathan (HW) yang ditampilkan dalam bentuk patung Pandu Putera HW di dekat sepedanya. Dari foto-foto lama yang ada, sering kita saksikan bahwa para Pandu mengadakan petualangan baik berjalan kaki maupun bersepeda. Jadi tak salah bila sepeda kuno ditampilkan di dekat patung Pandu Putera HW.

Patung Pandu Puteri yang mengenakan seragam Kepanduan Bangsa Indonesia. Ada tambahan lambang di dasi atau setangan leher Merah Putih-nya. (Foto: ISJ)
Patung Pandu Puteri yang mengenakan seragam Kepanduan Bangsa Indonesia. Ada tambahan lambang di dasi atau setangan leher Merah Putih-nya. (Foto: ISJ)
Namun tunggu dulu, rasanya ada yang aneh pada seragam Pandu Puteri KBI itu. Apa itu yang terpasang di dasi atau setangan leher Merah Putih-nya? Saya yang pertama kali melihat benda itu. Setelah kami amati, itu seperti sebuah epolet, tanda yang seharusnya dipasang di pundak seragam Pandu. Belakangan, kami perhatikan patung Pandu Putera HW. Ternyata, epoletnya hanya ada di pundak kiri, dan epolet yang ada di setangan leher Pandu Puteri KBI itu bentuknya serupa dengan epolet di pundak Pandu Putera HW.

Kami segera sadar, bahwa telah terjadi kesalahan pemasangan epolet di setangan leher Pandu Puteri KBI. Bisa jadi, tadinya epolet di pundak kanan patung Pandu Putera HW terjatuh, dan tanpa sengaja ada yang memasangnya di setangan leher tersebut. Saya segera memanggil petugas keamanan yang ada di dekat ruangan itu, meminta izin untuk melepas epolet itu dari setangan leher Pandu Puteri KBI dan memasangnya di pundak kanan patung Pandu Putera HW.

Di pundak kanan patung Pandu Putera Hizbul Wathan itu seharusnya epolet itu berada. (Foto: ISJ)
Di pundak kanan patung Pandu Putera Hizbul Wathan itu seharusnya epolet itu berada. (Foto: ISJ)
Petugas keamanan meminta saya menunggu, lalu memanggil petugas museum yang memang bertugas mengurus koleksi itu. Saya beritahukan persoalannya, bahwa telah terjadi kesalahan pemasangan tanda kepanduan. Dia setuju dengan pendapat saya dan mengizinkan saya memperbaiki penampilan seragam kedua patung Pandu itu.

Dengan seizin petugas museum, saya dan teman-teman memperbaiki koleksi Museum Sumpah Pemuda itu. (Foto: ISJ)
Dengan seizin petugas museum, saya dan teman-teman memperbaiki koleksi Museum Sumpah Pemuda itu. (Foto: ISJ)
Maka dengan bantuan kedua teman ISJ, saya memperbaiki koleksi yang ada, agar pengunjung yang datang mendapatkan gambaran yang tepat mengenai bagaimana seharusnya seragam kepanduan dari masa lalu itu. Epolet itu saya lepaskan dari setangan leher patung Pandu Puteri KBI dan saya pasang di tempat seharusnya, di pundak patung Pandu Putera HW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun