Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Gedung Kwarnas Gerakan Pramuka, Riwayatmu Dulu

16 Juni 2016   12:16 Diperbarui: 16 Juni 2016   14:21 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedai Pramuka Kwarnas yang terletak di samping gedung lama. Sekarang kedainya terletak di bawah auditorium Kwarnas yang baru saja terbakar. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)

Gedung Kwarnas terbakar!”, “Kwarnas kebakaran!”, “Api di gedung Kwarnas!”, begitu pesan masuk beruntun ke layar telepon genggam saya. Baik melalui pesan layan singkat (SMS), pesan di Whastapp, maupun pesan lengkap dengan foto-foto di beragam media sosial lainnya, mulai dari Facebook, Twitter, Path, sampai Instagram.

Memang, Rabu (15/6) petang, terjadi kebakaran di gedung Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur nomor 6, Jakarta Pusat. Untunglah api segera dapat dipadamkan, setelah datang sekitar 11 mobil pemadam kebakaran ke lokasi itu. Api pun tak sempat meluas, hanya bagian atap auditorium yang terbakar. Auditorium itu terletak di bagian depan gedung utama Kwarnas, sebagian lantainya digunakan juga oleh PT Pertamina (Persero).

Auditorium di bagian depan itu memang sudah lama lapuk. Beberapa bagian bahkan sudah runtuh atapnya. Sehingga ruang auditoriumnya praktis tak dapat digunakan lagi. Kini, dengan terbakarnya auditorium itu, tampaknya upaya perbaikan harus segera didahulukan, dan tak dapat ditunda lagi. Di dekat auditorium itu ada juga ruang kantor Majalah Pramuka dan Balai Penerbit PT Pustaka Tunas Media. Sedangkan di bawah auditorium terletak ruang Kedai Pramuka, ruang Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Tingkat Nasiona (DKN)l, serta ruang Himpunan Pramuka dan Pandu Wreda (Hipprada). Sampai pagi ini (Kamis, 16/6), ruangan-ruangan tersebut belum dapat digunakan, karena masih dipasang police line.

Kembali ke gedung Kwarnas tersebut. Sudah disebutkan, sebagian digunakan sebagai kantor oleh PT Pertamina (Persero). Khususnya gedung utama atau tower yang terdiri dari 17 lantai. Lantai dasar ditempati oleh penerima tamu dari pihak Pertamina dan Kwarnas, serta di bagian belakang ada beberapa ruang untuk Kwarnas. Lantai 1 dan 2 digunakan oleh Kwarnas, sementara lantai 3 sampai 17 ditempati Pertamina. Pertamina memang mempunyai hak menempati tower itu, karena pembangunan gedung Kwarnas itu adalah atas bantuan Pertamina.

Sebelum gedung Kwarnas terlihat dalam arsitektur seperti sekarang ini, sebenarnya gedung itu mempunyai sejarah yang cukup panjang. Saya pun menggali kembali riwayat tempo dulu dari gedung Kwarnas yang mempunyai luas tanah sekitar 5.750 meter persegi di kawasan 'Ring Satu', karena letaknya di segi empat Jalan Medan Merdeka. Tak jauh dari Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Balai Kota DKI Jakarta, dan gedung-gedung penting lainnya.

Tadinya, di tempat itu berdiri gedung kantor N.V. Nationale Handelsbank, sebuah perusahaan perbankan pada masa Hindia-Belanda. Ketika Indonesia merdeka, gedung itu pernah ditempati oleh Front Nasional Badan Pembina Potensi Karya. Gedung itu tersebut akhirnya dijadikan aset Bank Bumi Daya.

Ketika Gerakan Pramuka berdiri, maka walaupun masih merupakan milik Bank Bumi Daya, Presiden Soekarno kemudian mengizinkan Kwarnas untuk menempatinya. Selanjutnya, pada masa Orde Baru, atas restu Presiden Soeharto kepemilikan tanah dan gedung itu diserahkan sepenuhnya oleh Bank Bumi Daya kepada Kwarnas Gerakan Pramuka, pada 16 Mei 1979. Belakangan, Ibu Tien Soeharto membantu mengurus kepemilikan sertifikat tanah di situ, menjadi milik Gerakan Pramuka.

Kedai Pramuka Kwarnas yang terletak di samping gedung lama. Sekarang kedainya terletak di bawah auditorium Kwarnas yang baru saja terbakar. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Kedai Pramuka Kwarnas yang terletak di samping gedung lama. Sekarang kedainya terletak di bawah auditorium Kwarnas yang baru saja terbakar. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Saya masih ingat, ketika kecil sampai dewasa, sering datang ke gedung Kwarnas itu. Baik untuk membeli barang-barang perlengkapan Pramuka di Kedai Kwarnas dan sering ditemui langsung oleh pimpinan kedai yang akrab dipanggil Kak Pelor, maupun saat aktif membantu menjadi anggota Sangga Kerja kegiatan yang dilaksanakan DKN, serta ketika sudah menjadi pewarta/jurnalis yang meliput kegiatan-kegiatan kepramukaan. Di bagian depan ada gedung utama yang di bagian dalam ada ruang cukup luas semacam aula, di sampingnya ada Kedai Kwarnas, lalu memanjang ke belakang, terdapat ruang-ruang perkantoran.

Ruang Humas Kwarnas terletak di bagian kiri depan, sedangkan ruang DKN ada di bagian belakang aula. Terus berjalan ke bagian belakang terdapat beberapa kamar, yang bisa ditempati oleh tamu atau undangan yang datang dari daerah. Di dekat kamar-kamar itu terdapat patung dari budaya Tionghoa dalam ukuran cukup besar, mungkin setinggi orang dewasa, kalau tidak salah patung Dewi Kwan Im. Saya mencoba mencari tahu, tapi tidak jelas kenapa patung itu ada di situ.

Belakangan, karena jumlah anggota Gerakan Pramuka yang semakin banyak –tadinya hanya sekitar 5 juta melonjak menjadi 20 juta karena ada semacam 'kewajiban' semua siswa sekolah 'harus' menjadi anggota Gerakan Pramuka– maka kegiatan di Kwarnas pun semakin sibuk. Ruang-ruang yang ada terasa kurang memadai.

Gedung lama Kwarnas, di samping sebelah kiri adalah gedung Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Gedung lama Kwarnas, di samping sebelah kiri adalah gedung Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Maka, dengan dorongan dan bantuan Presiden dan Ibu Tien Soeharto, dicapailah kesepakatan dengan PT Pertamina untuk membangun gedung baru di lahan yang sama. Pada 26 Maret 1992, ditandatangani perjanjian kerja sama antara Kwarnas dan Pertamina, dalam Akta Notaris Ny. Sulami Mustafa SH No. 79 tertanggal 26 Maret 1992 perihal Perjanjian Kerjasama Pembangunan Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Setahun kemudian, tepatnya 15 April 1993, dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Ibu Tien Soeharto selaku Penanggungjawab Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Gedung Kwarnas Gerakan Pramuka. Dilanjutkan dengan acara penanaman kepala kerbau oleh Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dan Direktur Utama Pertamina.

Tepat Hari Pramuka ke-34 pada 14 Agustus 1995, gedung baru Kwarnas diresmikan oleh Presiden Soeharto. Gedung baru di atas tanah sekitar 5.750 meter persegi, mempunyai luas bangunan 26.000 meter persegi. Sesuai kesepakatan, maka Pertamina yang membantu pembangunan gedung itu dapat memanfaatkan lantai 3 sampai 17 selama 25 tahun. Belakangan, terjadi beberapa revisi tentang lama pemakaian tersebut. Bila saya tak salah ingat, ditambah 5 tahun lagi, karena Pertamina juga membantu penyediaan peralatan ruangan dan sebagainya.

Gedung baru Kwarnas ketika baru saja diresmikan pada 1995. Bagian depan itulah auditorium yang atapnya terbakar baru-baru ini. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Gedung baru Kwarnas ketika baru saja diresmikan pada 1995. Bagian depan itulah auditorium yang atapnya terbakar baru-baru ini. (Foto: koleksi R. Andi Widjanarko, ISJ)
Begitulah sedikit riwayat gedung Kwarnas. Satu hal yang disayangkan oleh beberapa sahabat pencinta bangunan kuno, adalah gedung utama lama yang terletak di depan dan dapat dilihat dari jalan ikut dihancurkan. Di tempat itu kini, berdiri auditorium yang baru saja atapnya terbakas. Padahal, kalau ikut dilestarikan dan hanya bagian belakang yang dibangun dalam bentuk tower 17 lantai, tentu bisa menjadi “cerita sejarah” tersendiri.

Saya sendiri merasa beruntung, bersama R. Andi Widjanarko, sesama anggota Indonesia Scout Journalist (ISJ), komunitas yang terdiri dari para Pramuka yang senang kegiatan jurnalistik dan jurnalis yang menggemari kegiatam kepramukaan, beberapa waktu lalu berhasil menyelamatkan foto-foto lama gedung lama Kwarnas. Ditambah dari data yang terdapat pada leaflet/brosur lama yang dibagikan saat peresmian gedung baru Kwarnas pada 1995 dan masih disimpan oleh Andi Widjanarko, kami berhasil menyusun keping-keping sejarah gedung Kwarnas itu. Ya, gedung Kwarnas itu, riwayatmu dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun