Walaupun demikian, sebenarnya sejak awal 1980-an, bendera WAGGGS telah berkibar di Indonesia. Terutama pada kegiatan-kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan kepanduan negara-negara sahabat. Termasuk ketika dilangsungkannya Jambore Nasional 1981 yang sekaligus Jambore Asia-Pasifik ke-6. Saat itu, bendera World Organization of the Scout Movement (WOSM), organisasi kepanduan sedunia yang awalnya hanya untuk putera namun sekarang terbuka pula untuk puteri, serta bendera WAGGGS dikibarkan bersama dengan bendera Tunas Kelapa, lambang Gerakan Pramuka, di lapangan utama Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur.
Uniknya pula, tiga anggota komunitas ISJ – R. Andi Widjanarko, Adriane Mutiara, dan saya sendiri – menemukan bendera WAGGGS dalam dua lambang yang berbeda. Lambang asli dengan warna biru lebih gelap, dan bendera dengan lambang WAGGGS yang telah diperbarui pada 1990 dengan warna biru yang lebih muda.
Bila bendera dengan lambang awal WAGGGS berukuran 2 Â x 3 meter, maka bendera dengan lambang WAGGGS yang telah diperbarui berukuran lebih kecil, yaitu 1,4 x 2,2 meter. Keduanya memang ditemukan di tempat yang berbeda, namun masih di satu lokasi di sekitar reruntuhan Gudang Kempa itu. Di tempat yang sama, ditemukan pula badge bundar lambang WAGGGS asli.
Berdasarkan temuan itu, saya memperkirakan bahwa bendera WAGGGS besar dengan lambang asli adalah seusia dengan bendera WOSM besar yang ditemukan di tempat berdekatan, dan pernah digunakan dalam Jambore Nasional 1981/Jambore Asia-Pasifik ke-6. Namun bendera WAGGGS yang berukuran lebih kecil dengan lambang telah diperbarui dan ditemukan di tempat agak berbeda, kemungkinan baru dipakai pada 1990-an.
Di luar itu yang sebenarnya menjadi pokok persoalan adalah kondisi keuangan Gerakan Pramuka. Seperti diketahui krisis moneter pada 1998 yang meluas menjadi krisis multi dimensi, menyebabkan kesulitan keuangan di mana-mana, termasuk di dalam Gerakan Pramuka. Tadinya, Gerakan Pramuka selalu didukung melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun belakangan, bantuan dana itu dihapuskan.
Bila menjadi anggota WOSM dan anggota WAGGGS sekaligus, berarti harus membayar iuran kepada dua organisasi. Untuk menghemat biaya, akhirnya sejak 2001 Gerakan Pramuka menyatakan ke luar dari WAGGGS, dan fokus bergabung dengan WOSM saja.
Walaupun demikian, hubungan dengan WAGGGS tetap terjalin. Apalagi belakangan ini, sudah beberapa kali perwakilan WAGGGS berkunjung kembali ke Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Untuk sementara, Gerakan Pramuka memang masih tetap hanya menjadi anggota WOSM, namun kerja sama dengan WAGGGS pun mulai terjalin. Bahkan kabarnya, dalam Jambore Nasional X tahun ini yang bakal digelar di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur pada 14-21 Agustus 2016, perwakilan WAGGGS juga diundang hadir. Di samping tentu saja perwakilan WOSM.
Besar harapan, semoga kedua bendera WAGGGS yang ditemukan di reruntuhan Gudang Kempa itu dapat kembali diperlihatkan kepada perwakilan WAGGGS yang hadir ke Cibubur. Agar dunia kepanduan puteri tahu, keberadaan dua bendera bersejarah WAGGGS yang pernah berkibar di Indonesia. Memang, pada intinya menyelamatkan kedua bendera WAGGGS itu tak ubahnya menyelamatkan kisah sejarah kepanduan puteri di Indonesia. Semoga kisah-kisah ini dapat terus diwariskan dengan bukti faktual berupa benda-benda bersejarah yang disimpan secara rapi.
Foto: Berthold Sinaulan, ISJ #001, dan R. Andi Widjanarko, ISJ #003