Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memulung, Menyelamatkan Sejarah Kepramukaan

1 Juni 2016   23:40 Diperbarui: 8 Juni 2016   15:52 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera WOSM ukuran besar yang kami selamatkan.

Anda mungkin telah menonton tayangan televisi bertajuk The Pickers (American Pickers) dan The Australian Pickers, salah satu tayangan yang termasuk saya sukai. Menceritakan dua sahabat – baik di Amerika Serikat maupun di Australia – mengendarai mobil van untuk memulung barang-barang bekas, yang bisa dibersihkan atau diperbaiki, menjadi koleksi yang bernilai tinggi.

Bukan hanya itu. Barang-barang yang dipungut di gudang tua, kebun, bahkan di pekarangan rumah dalam kondisi telah tertimbun tanah, banyak di antaranya yang merupakan benda-benda bersejarah yang sangat pantas diselamatkan.

Siapa sangka, saya pun mengalaminya baru-baru ini. Saya juga menjadi pemulung (the picker), mengambil barang-barang bekas yang terserak di reruntuhan. Semuanya bermula dari pesan Andi

Andi Widjanarko, seorang teman anggota komunitas Indonesia Scout Journalist (ISJ). Andi memberitahu saya bahwa ketika dia bersama Mutiara Adriane, teman sesama anggota ISJ, dengan menggunakan skuter Vespa miliknya berkunjung ke Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, dia melihat ada reruntuhan Gudang Perkemahan Putra (Gudang Kempa). Tampaknya reruntuhan itu kemungkinan akan segera diratakan dengan tanah, agar lokasi di situ menjadi lebih rapi.

Lambang Tunas Kelapa dari besi cor seberat 10 kilogram yang sudah berkarat, namun merupakan benda bersejarah dari tahun 1980-an.
Lambang Tunas Kelapa dari besi cor seberat 10 kilogram yang sudah berkarat, namun merupakan benda bersejarah dari tahun 1980-an.
Ketika mendekati reruntuhan itu, sepintas Andi dan Ane – nama panggilan Mutiara Adriane  –  melihat ada sejumlah memorabilia kepramukaan yang berserakan di reruntuhan itu. Dia lalu menghubungi Fachry Makassau, Wakil Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Nasional Gerakan Pramuka, dan disarankan untuk mencoba mencari apakah ada memorabilia yang bisa diselamatkan.

Andi yang selain seorang fotografer professional juga aktif di komunitas "Jadul”, kolektor dan penjual barang-barang kuno serta vintage, sempat mengambil beberapa badge (lambang dari kain) dan juga bendera yang tergeletak kusut di tengah reruntuhan pada Minggu, 29 Mei 2016. 

Selanjutnya, dia menghubungi saya, dan kami sepakat untuk menyelamatkan memorabilia yang masih mungkin diselamatkan. Paling tidak untuk dibersihkan dan disimpan dulu, sehingga nantinya bisa dijadikan barang koleksi Museum Pramuka bila museum itu kelak berdiri.

Andi sengaja memberitahu saya, karena di situ ada beberapa benda yang cukup berat. Di antaranya lambang Tunas Kelapa dari besi cor yang beratnya mungkin sekitar 10 kilogram, maupun lambang Gerakan Pramuka yang juga terbuat dari besi dalam bentuk bundar yang beratnya kemungkinan sekitar 2 kilogram. Ada juga batu prasasti, dan beberapa benda lainnya, dalam ukuran yang cukup besar dan panjang. 

Di antaranya sejumlah busur panah, yang menurut informasi pernah digunakan dalam kegiatan memanah di Jambore Nasional (Jamnas) 1981 dan 1986. Saya pun lalu memanfaatkan kendaraan keluarga, sebuah Honda CR-V untuk mengangkut benda-benda itu, mengingat cukup sulit dibawa Andi yang menggunakan skuter Vespa.

Dua badge Saka Dirgantara versi lama yang ditemukan di reruntuhan gudang.
Dua badge Saka Dirgantara versi lama yang ditemukan di reruntuhan gudang.
Telah disebutkan bahwa benda-benda itu kebanyakan berasal dari tahun 1980-an. Hal itu kami yakini baik dari informasi lisan di sana, maupun dari badge-badge yang kami temukan. Ada badge dengan tulisan tahun 1980, 1982, 1983 dan 1986. 

Contohnya, badge Jambore Daerah (Jamda) DKI Jakarta yang merupakan badge resmi Jamda DKI Jakarta 1980. Ada juga badge Satuan Karya Pramuka Dirgantara yang bentuknya agak bulat lonjong dan masih dipakai sampai akhir 1970-an dan awal 1980-an, sebelum berubah bentuk menjadi segilima.

Badge-badge itu ada yang masih dalam kelompok cukup banyak terbungkus kantung plastik. Ada beberapa kantung plastik yang sudah robek dan isinya dipenuhi bekas-bekas air hujan, tetapi ada juga yang masih terbungkus rapi. Hanya bagian luarnya saja yang kotor. Namun tidak sedikit badge yang harus kami ambil dari tanah, ada yang dibalik bongkahan batu, tertutup kayu bekas, dan sebagainya.

Andi Widjanarko mengangkat bekas busur panah yang pernah digunakan pada Jambore Nasional 1981 dan 1986.
Andi Widjanarko mengangkat bekas busur panah yang pernah digunakan pada Jambore Nasional 1981 dan 1986.
Kegiatan memulung itu kami lakukan dua hari, 30 dan 31 Mei 2016, di sela-sela aktivitas saya mengikuti Pertemuan Pimpinan Kontingen Daerah Jamnas X-2016 di Buperta Cibubur. Pada Jamnas kali ini saya menjadi salah satu anggota Panitia Pelaksana, khususnya di salah satu seksi pada Bidang Kegiatan Jamnas X-2016.

Bendera WOSM ukuran besar yang kami selamatkan.
Bendera WOSM ukuran besar yang kami selamatkan.
Di antara sejumlah memorabilia yang diselamatkan adalah bendera World Organization of the Scout Movement (WOSM) berukuran besar, mungkin sekitar 4 x 6 meter atau bahkan lebih. 

Saat menemukan bendera WOSM itu, kami sebenarnya telah selesai mengambil beberapa benda bersejarah yang dapat kami selamatkan. Kami sudah akan berangkat meninggalkan lokasi, tetapi tiba-tiba mata saya melihat kain berwarna ungu di balik bekas kotak yang sudah tak terurus.

Saya memberitahu Andi, dan Andi kemudian mengambilnya. Ternyata itu adalah bendera WOSM – organisasi kepanduan sedunia yang awalnya hanya untuk putra namun sekarang terbuka untuk semua – yang  berukuran besar. 

Bila dilihat dari sejumlah benda lain yang kami selamatkan, diperkirakan bendera WOSM itu berasal dari awal tahun 1980-an. Kemungkinan bendera itulah yang dikibarkan di lapangan utama Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur, saat berlangsungnya Jamnas dan Jambore Asia-Pasifik 1981.

Selain bendera WOSM dan WAGGS, kami juga menemukan beberapa badge WAGGS versi lama.
Selain bendera WOSM dan WAGGS, kami juga menemukan beberapa badge WAGGS versi lama.
Sebagai orang yang pernah mengikuti Jamnas 1981 sebagai salah satu anggota panitia pelaksana, saya mengingat bahwa saat pembukaan jambore dikibarkan juga bendera WOSM di tiang pada lapangan upacara arena Buperta Cibubur, Jakarta Timur. Di sampingnya ada bendera World Association of Girl Guide and Scout (WAGGS) yang sekarang disebut World Association Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS), organisasi kepanduan puteri sedunia.

Kami juga berhasil menyelamatkan bendera WAGGS di lokasi yang sama, tak terlalu jauh dari bendera WOSM tersebut. Selain bendera ukuran besar, sehari sebelumnya, Andi telah lebih dulu menyelamatkan bendera WOSM dan WAGGS yang ukurannya lebih kecil, sekitar 1 x 2 meter.

Sayangnya, kami terlambat tiba. Menurut informasi, di tempat itu tadinya juga ada ratusan foto kegiatan Pramuka berbagai ukuran. Termasuk foto Presiden Soeharto berseragam Pramuka serta foto tokoh-tokoh Pramuka lainnya. 

Namun ketika kami tiba, semuanya telah dibakar habis. Bisa jadi karena kondisinya juga sudah tidak baik lagi, tidak terawat dan terkena hujan. Untung Andi masih bisa menyelamatkan beberapa foto ukuran 3R, yang menggambarkan gedung lama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka di Jalan Medan Merdeka Timur No.6 Jakarta Pusat. Gedung itu telah dihancurkan dan kini telah dibangun gedung baru bertingkat dengan bantuan PT Pertamina (Persero).

Mobil CR-V yang kami gunakan untuk mengangkut dan menyelamatkan benda-benda bersejarah kepramukaan Indonesia.
Mobil CR-V yang kami gunakan untuk mengangkut dan menyelamatkan benda-benda bersejarah kepramukaan Indonesia.
Kami pun mengangkut benda-benda yang kami selamatkan itu dengan Honda CR-V dan sementara disimpan di tempat Andi, sambil menunggu kemungkinan untuk dipamerkan atau dijadikan barang koleksi Museum Pramuka. Ya, Museum Pramuka yang sudah lama diidam-idamkan para Pramuka di Indonesia.

Uniknya, melihat foto-foto aksi kami memulung benda-benda bersejarah itu, maka muncul ide, kalau di Amerika Serikat dan Australia ada The Pickers yang memulung barang-barang berbagai jenis, mengapa tidak diupayakan saja ada The Scout Pickers, memulung benda-benda dan sekaligus menyelamatkan sejarah kepramukaan.

Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ #003 dan Mutiara Adriane ISJ #2828

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun