Anda mungkin telah menonton tayangan televisi bertajuk The Pickers (American Pickers) dan The Australian Pickers, salah satu tayangan yang termasuk saya sukai. Menceritakan dua sahabat – baik di Amerika Serikat maupun di Australia – mengendarai mobil van untuk memulung barang-barang bekas, yang bisa dibersihkan atau diperbaiki, menjadi koleksi yang bernilai tinggi.
Bukan hanya itu. Barang-barang yang dipungut di gudang tua, kebun, bahkan di pekarangan rumah dalam kondisi telah tertimbun tanah, banyak di antaranya yang merupakan benda-benda bersejarah yang sangat pantas diselamatkan.
Siapa sangka, saya pun mengalaminya baru-baru ini. Saya juga menjadi pemulung (the picker), mengambil barang-barang bekas yang terserak di reruntuhan. Semuanya bermula dari pesan Andi
Andi Widjanarko, seorang teman anggota komunitas Indonesia Scout Journalist (ISJ). Andi memberitahu saya bahwa ketika dia bersama Mutiara Adriane, teman sesama anggota ISJ, dengan menggunakan skuter Vespa miliknya berkunjung ke Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, dia melihat ada reruntuhan Gudang Perkemahan Putra (Gudang Kempa). Tampaknya reruntuhan itu kemungkinan akan segera diratakan dengan tanah, agar lokasi di situ menjadi lebih rapi.
Andi yang selain seorang fotografer professional juga aktif di komunitas "Jadul”, kolektor dan penjual barang-barang kuno serta vintage, sempat mengambil beberapa badge (lambang dari kain) dan juga bendera yang tergeletak kusut di tengah reruntuhan pada Minggu, 29 Mei 2016.
Selanjutnya, dia menghubungi saya, dan kami sepakat untuk menyelamatkan memorabilia yang masih mungkin diselamatkan. Paling tidak untuk dibersihkan dan disimpan dulu, sehingga nantinya bisa dijadikan barang koleksi Museum Pramuka bila museum itu kelak berdiri.
Andi sengaja memberitahu saya, karena di situ ada beberapa benda yang cukup berat. Di antaranya lambang Tunas Kelapa dari besi cor yang beratnya mungkin sekitar 10 kilogram, maupun lambang Gerakan Pramuka yang juga terbuat dari besi dalam bentuk bundar yang beratnya kemungkinan sekitar 2 kilogram. Ada juga batu prasasti, dan beberapa benda lainnya, dalam ukuran yang cukup besar dan panjang.
Di antaranya sejumlah busur panah, yang menurut informasi pernah digunakan dalam kegiatan memanah di Jambore Nasional (Jamnas) 1981 dan 1986. Saya pun lalu memanfaatkan kendaraan keluarga, sebuah Honda CR-V untuk mengangkut benda-benda itu, mengingat cukup sulit dibawa Andi yang menggunakan skuter Vespa.
Contohnya, badge Jambore Daerah (Jamda) DKI Jakarta yang merupakan badge resmi Jamda DKI Jakarta 1980. Ada juga badge Satuan Karya Pramuka Dirgantara yang bentuknya agak bulat lonjong dan masih dipakai sampai akhir 1970-an dan awal 1980-an, sebelum berubah bentuk menjadi segilima.
Badge-badge itu ada yang masih dalam kelompok cukup banyak terbungkus kantung plastik. Ada beberapa kantung plastik yang sudah robek dan isinya dipenuhi bekas-bekas air hujan, tetapi ada juga yang masih terbungkus rapi. Hanya bagian luarnya saja yang kotor. Namun tidak sedikit badge yang harus kami ambil dari tanah, ada yang dibalik bongkahan batu, tertutup kayu bekas, dan sebagainya.
Saat menemukan bendera WOSM itu, kami sebenarnya telah selesai mengambil beberapa benda bersejarah yang dapat kami selamatkan. Kami sudah akan berangkat meninggalkan lokasi, tetapi tiba-tiba mata saya melihat kain berwarna ungu di balik bekas kotak yang sudah tak terurus.
Saya memberitahu Andi, dan Andi kemudian mengambilnya. Ternyata itu adalah bendera WOSM – organisasi kepanduan sedunia yang awalnya hanya untuk putra namun sekarang terbuka untuk semua – yang berukuran besar.
Bila dilihat dari sejumlah benda lain yang kami selamatkan, diperkirakan bendera WOSM itu berasal dari awal tahun 1980-an. Kemungkinan bendera itulah yang dikibarkan di lapangan utama Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur, saat berlangsungnya Jamnas dan Jambore Asia-Pasifik 1981.
Kami juga berhasil menyelamatkan bendera WAGGS di lokasi yang sama, tak terlalu jauh dari bendera WOSM tersebut. Selain bendera ukuran besar, sehari sebelumnya, Andi telah lebih dulu menyelamatkan bendera WOSM dan WAGGS yang ukurannya lebih kecil, sekitar 1 x 2 meter.
Sayangnya, kami terlambat tiba. Menurut informasi, di tempat itu tadinya juga ada ratusan foto kegiatan Pramuka berbagai ukuran. Termasuk foto Presiden Soeharto berseragam Pramuka serta foto tokoh-tokoh Pramuka lainnya.
Namun ketika kami tiba, semuanya telah dibakar habis. Bisa jadi karena kondisinya juga sudah tidak baik lagi, tidak terawat dan terkena hujan. Untung Andi masih bisa menyelamatkan beberapa foto ukuran 3R, yang menggambarkan gedung lama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka di Jalan Medan Merdeka Timur No.6 Jakarta Pusat. Gedung itu telah dihancurkan dan kini telah dibangun gedung baru bertingkat dengan bantuan PT Pertamina (Persero).
Uniknya, melihat foto-foto aksi kami memulung benda-benda bersejarah itu, maka muncul ide, kalau di Amerika Serikat dan Australia ada The Pickers yang memulung barang-barang berbagai jenis, mengapa tidak diupayakan saja ada The Scout Pickers, memulung benda-benda dan sekaligus menyelamatkan sejarah kepramukaan.
Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ #003 dan Mutiara Adriane ISJ #2828
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H