Satu hal yang dikatakan Pak Hardjanto adalah janji Pandu yang selalu diingatnya, untuk setiap saat berbuat kebaikan kepada orang lain. Dia sendiri mengaku bukan yang terlalu “hebat” dengan banyak tanda kecakapan di seragam seperti teman-temannya, tetapi memakai seragam Pandu saja, sudah menjadi kebanggaan buatnya.
Selepas ceritanya itu, saya pun pamit untuk bertemu dengan Andi dan Hamas. Sekitar 40 atau 50 menit kemudian, Andi datang dengan skuternya. Dia rupanya mengajak Mutiara Adriane, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia yang juga anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega (DK) Kwartir Cabang Tangerang Selatan. Ane, demikian panggilannya, juga salah satu anggota komunitas ISJ.
Mengingat Hamas belum tiba, kami masuk lebih dulu ke halaman museum yang sekaligus rumah kediaman Pak Hardjanto. Kali ini yang menyambut adalah Ibu dr. Happy, istri Pak Hardjanto yang juga anak Dr. Moewardi. Tak berapa lama Pak Hardjanto ikut bergabung. Ibu dr. Happy karena ada kesibukan lain meninggalkan tempat. Namun dia sempat memberitahu bahwa sekitar 10 menit lagi akan datang kakaknya, anak keenam Dr. Moewardi, yang bisa bercerita lebih panjang lebar mengenai apa dan siapa Dr. Moewardi.
Tak lama kemudian, Hamas datang juga. Dia mengajak temannya, Alivia Soraya, anggota DK Kwartir Daerah DKI Jakarta. Dan seperti dikatakan Ibu dr. Happy, datang juga kakaknya, Bapak Witjaksono Moewardi, yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Ya, memang demikian. Seperti di awal sudah saya sebutkan tentang hero atau pahlawan dalam negeri, Dr. Moewardi adalah salah satu pahlawan nasional Republik Indonesia.
Beliau telah dianugerahi gelar pahlawan melalui Surat Keputusan Presiden RI No 190 tahun 1964. Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Solo, Jawa Tengah. Selain itu, sejumlah nama jalan di Jakarta, Cianjur, Solo, dan Denpasar, juga menggunakan nama Dr. Moewardi dan Dr. Muwardi.
Betapa senangnya kami para anggota komunitas ISJ bisa berkunjung ke Museum Dr. Moewardi dan belajar sejarah bangsa, langsung dari anak pahlawan nasional itu sendiri. Suatu perjalanan yang sebenarnya tak direncanakan, tetapi ternyata menjadi pengalaman yang menambah wawasan kami.
(Kisah ini belum selesai, nantikan kisah berikutnya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H