Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Jadi ke “Captain America’”, Memilih Belajar Sejarah Bangsa

3 Mei 2016   20:56 Diperbarui: 3 Mei 2016   21:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang dikatakan Pak Hardjanto adalah janji Pandu yang selalu diingatnya, untuk setiap saat berbuat kebaikan kepada orang lain. Dia sendiri mengaku bukan yang terlalu “hebat” dengan banyak tanda kecakapan di seragam seperti teman-temannya, tetapi memakai seragam Pandu saja, sudah menjadi kebanggaan buatnya.

Selepas ceritanya itu, saya pun pamit untuk bertemu dengan Andi dan Hamas. Sekitar 40 atau 50 menit kemudian, Andi datang dengan skuternya. Dia rupanya mengajak Mutiara Adriane, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia yang juga anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega (DK) Kwartir Cabang Tangerang Selatan. Ane, demikian panggilannya, juga salah satu anggota komunitas ISJ.

Mengingat Hamas belum tiba, kami masuk lebih dulu ke halaman museum yang sekaligus rumah kediaman Pak Hardjanto. Kali ini yang menyambut adalah Ibu dr. Happy, istri Pak Hardjanto yang juga anak Dr. Moewardi. Tak berapa lama Pak Hardjanto ikut bergabung. Ibu dr. Happy karena ada kesibukan lain meninggalkan tempat. Namun dia sempat memberitahu bahwa sekitar 10 menit lagi akan datang kakaknya, anak keenam Dr. Moewardi, yang bisa bercerita lebih panjang lebar mengenai apa dan siapa Dr. Moewardi.

witjaksono-5728acff197b610907c0ea3b.jpg
witjaksono-5728acff197b610907c0ea3b.jpg
Para anggota komunitas ISJ berfoto bersama Pak Witjaksono, anak keenam Dr. Moewardi (memakai topi pandu, nomor empat dari kiri). (Foto: koleksi ISJ)

Tak lama kemudian, Hamas datang juga. Dia mengajak temannya, Alivia Soraya, anggota DK Kwartir Daerah DKI Jakarta. Dan seperti dikatakan Ibu dr. Happy, datang juga kakaknya, Bapak Witjaksono Moewardi, yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia. Ya, memang demikian. Seperti di awal sudah saya sebutkan tentang hero atau pahlawan dalam negeri, Dr. Moewardi adalah salah satu pahlawan nasional Republik Indonesia.

Beliau telah dianugerahi gelar pahlawan melalui Surat Keputusan Presiden RI No 190 tahun 1964. Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Solo, Jawa Tengah. Selain itu, sejumlah nama jalan di Jakarta, Cianjur, Solo, dan Denpasar, juga menggunakan nama Dr. Moewardi dan Dr. Muwardi.

Betapa senangnya kami para anggota komunitas ISJ bisa berkunjung ke Museum Dr. Moewardi dan belajar sejarah bangsa, langsung dari anak pahlawan nasional itu sendiri. Suatu perjalanan yang sebenarnya tak direncanakan, tetapi ternyata menjadi pengalaman yang menambah wawasan kami.

(Kisah ini belum selesai, nantikan kisah berikutnya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun