[caption caption="Salam perdamaian seorang Pramuka Penegak Tangerang Selatan dengan memberi isyarat tangan "Messengers of Peace" . (Perhatikan judul foto dan keterangan pelengkap, perhatikan pula pohon di kiri dan kanan menjadi pembatas unik, seolah frame foto). (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)"]
Saat ini tengah berkembang komunitas pewarta Pramuka yang dalam Bahasa Inggris disebut Indonesia Scout Journalist (ISI). Komunitas ini terdiri dari para Pramuka dan non-Pramuka – baik yang pernah aktif di Gerakan Pramuka maupun yang sama sekali tidak menjadi anggota – yang bertujuan untuk membantu publikasi aktivitas kepramukaan di Indonesia khususnya, dan di dunia internasional umumnya.
Kenapa komunitas ini dibentuk? Ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masih sering dikemukakan, apakah Pramuka masih ada? Selain latihan di sekolah, kenapa tak terdengar atau terbaca aktivitas lainnya? Apakah kegiatan Pramuka hanya latihan baris-berbaris, berkemah, dan bernyanyi saja?
Padahal, kegiatan kepramukaan sungguh beragam. Mulai dari yang kecil, dilakukan di lingkungan gugusdepan, sampai kegiatan internasional yang melibatkan puluhan ribu bahkan jutaan Pramuka dan Pandu dari seluruh dunia. Komunitas ISJ mencoba membantu memberikan gambaran tentang kegiatan kepramukaan itu, baik melalui tulisan berita atau foto berita.
Untuk foto berita, sebenarnya tidak terlalu sulit. Saat ini, telepon seluler sudah sedemikian canggihnya, sehingga dapat dipakai untuk memotret, bahkan mengabadikan dalam bentuk film , beragam kegiatan kepramukaan.
Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam membuat foto berita. Pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Bureau), karena kegiatan kepanduan adalah kegiatan bagi kaum muda, maka sebaiknya foto-foto yang dimuat lebih banyak foto-foto yang menampilkan kaum muda. Bukan berarti mereka yang sudah berumur atau sudah tua tak boleh ditampilkan, tetapi sebaiknya proporsi penampilannya, lebih banyak foto kaum muda.
[caption caption="Seorang Pembina Pramuka mengamati seorang peserta pelatihan SAR di Tangerang Selatan. (Perhatikan judul dan keterangan pelengkap foto, perhatikan pula sudut pengambilan dari belakang tubuh si Pembina Pramuka, karena sasaran utamanya adalah peserta pelatihan SAR yang mengenakan kaus oranye). (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)"]
Kedua, foto-foto yang ditampilkan sebaiknya foto “action”. Di dalam lingkungan Gerakan Pramuka dan kepanduan sedunia umumnya, kegiatan dalam bentuk upacara atau apel bendera memang merupakan hal penting. Melalui kegiatan tersebut, kaum muda diberikan pendidikan tentang cinta Tanah Air, bela negara, disiplin, dan berbudi pekerti yang baik.
Jadi kalau ada foto upacara atau apel bendera, boleh-boleh saja. Tetapi sebaiknya diimbangi dengan foto-foto kegiatan lainnya, terutama kegiatan di luar ruangan. Sebagaimana ungkapan “Scouting is Outing” (Kepramukaan/Kepanduan adalah Keluar), maka foto-foto di luar ruangan, lebih bagus lagi di alam terbuka, sebaiknya sering ditampilkan.
Ketiga, hindari foto yang menampilkan para Pramuka berjejer dengan menghadap ke muka, apalagi kalau posenya statis dan kaku. Tampilkan foto “penuh gerak”, foto para Pramuka yang ceria, foto para Pramuka yang berbakti menolong orang lain.
Keempat, dalam memilih sudut pengambilan foto, tidak perlu selalu harus dari depan. Bisa juga dari samping atau bahkan dari belakang, dan bisa dari bawah serta dari atas sekali pun. Penggunaan kamera drone, memudahkan untuk mengambil foto-foto “mata burung” (bird eye), sebuah istilah untuk menunjukkan foto yang diambil dari ketinggian, sebagaimana burung menatap ke bawah.
Kelima, yang tak kalan penting adalah judul dan keterangan foto. Memang, ada ungkapan “satu gambar (foto) berarti seribu kata”, tapi untuk foto, khususnya foto berita, judul dan keterangan tertulis tetaplah penting. Hal itu agar yang melihat dapat langsung mengerti maksud foto berita itu, dan tidak perlu menebak-nebak, yang dapat mengakibatkan salah pengertian. Fotografer dan yang memuat foto berita bermaksud A, tetapi salah dimengerti yang melihat, dikira maksudnya B.
[caption caption="Pramuka Penegak Putri tersenyum penuh semangat, untuk mengikuti kegiatan pelatihan SAR di Tangerang Selatan. (Perhatikan judul yang terdiri dari tiga, keterangan pelengkap foto, dan wajah penuh semangat Pramuka Penegak itu). (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)"]
Itulah sebabnya diperlukan judul dan keterangan pelengkap. Apakah judul itu? Secara singkat, sebagaimana disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, judul adalah “nama yang dipakai…. yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud….”. Judul ini juga menjadi penting bagi suatu foto berita, dan sebenarnya untuk semua foto, bila ingin diberikan keterangan tertulis.
Judul bisa terdiri dari hanya satu kata, dua atau tiga kata, tetapi sebaiknya tidak terlalu panjang. Dibatasi paling banyak 4 atau 5 kata saja. Contoh judul satu kata, “Merdeka”, untuk menggambarkan foto seorang pemimpin sedang berteriak dan mengacungkan kepalan tangannya.
Setelah judul, maka perlu ada keterangan pelengkap. Ini bisa terdiri dari beberapa kalimat. Namun sebaiknya juga tidak usah terlalu panjang. Cukup satu alinea yang terdiri dari 3-4 kalimat saja. Ini terutama kalau judul dan keterangan pelengkap adalah sebagai ilustrasi tulisan berita atau artikel. Kecuali kalau ingin bercerita panjang lebar dengan menggunakan satu foto saja, dan tidak menjadi ilustrasi tulisan berita atau artikel.
Contoh foto, judul, dan keterangan pelengkap yang disertakan dalam tulisan ini, dapat menjadi panduan bagi mereka yang ingin membuat judul dan keterangan pelengkap foto berita. Foto-foto yang disertakan di sini, semuanya karya Kak R. Andi Widjanarko, seorang fotografer yang juga salah satu pendiri komunitas ISJ.
Tentu, teknik fotografi seperti komposisi, pengaturan terang dan gelap cahaya, serta hal lainnya menjadi penting pula. Tetapi paling tidak dengan lima hal tadi, diharapkan semakin banyak foto-foto aktivitas Pramuka yang menarik dan menjadi bahan publikasi positif bagi Gerakan Pramuka, sebagai organisasi pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan remaja.
[caption caption="Tiga Pembina Pramuka sedang berdiskusi ringan di sela-sela kegiatan kepramukaan di Tangerang Selatan. (Perhatikan judul dan keterangan pelengkap, foto orang dewasa dalam Pramuka tetap boleh, tetapi sebaiknya lebih banyak foto yang menampilkan kaum muda dalam Pramuka). (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H