Ini berakibat Indonesia harus menyiapkan 10 tim jika ingin mengikuti semua kategori.
Sebab dari sisi ketersediaan pemain untuk 10 kategori diatas, Indonesia siap karena program Bridge Masuk Sekolah sejak tahun 2004.
Persoalannya apakah kita sudah siap? Terutama juga menyangkut pembentukan tim nasional dan tentu saja yang paling utama adalah sisi biayanya?
Saat menulis artikel ini sudah tanggal 4 Nopember 2024 dan tidak terlihat tanda-tanda ada kegiatan dari PB Gabsi menghadapi event besar tahun 2025 diatas.
Betul juga kata sebagian orang, saat ini PB Gabsi sudah mati suri. Ketum PB Gabsi Syarif Bastaman sudah menyatakan mundur tapi tidak dibuat secara tertulis sehingga cukup menyulitkan posisinya.
Menurut tukang bridge untuk mengatasinya perlu didesak agar Ketum mengundurkan diri sekaligus mengadakan Kongres Luarbiasa untuk menunjuk formatur yang ditugaskan mencari Ketum baru dan membentuk susunan kepengurusan baru bersama tim formatur.
Sebab tidak mudah mencari Ketua Umum baru pada situasi seperti ini karena perlu dibentuk tim penjaringan dan lain-lain yang belum di atur dalam AD/ART Gabsi.
Jika ini bisa dilakukan di bulan Nopember kemudian formatur diberi waktu sebulan untuk mencari Ketua Umum dan sekaligus menyusun susunan kepengurusan PB Gabsi maka sekitar bulan Januari 2025 sudah bisa dilantik.
Mudah-mudahan dalam waktu singkat bisa mempersiapkan 10 tim untuk menghadapi dua even penyisihan zone VI.
Pertama Asia Pacific Bridge Youth Championships yang rencananya akan diadakan di Bangkok Thailand dan Asia Pacific Bridge Open Championship yang akan diadakan di Quangzhou, China.
Mengingat kondisi yang kurang ideal maka untuk 10 nomor ditawarkan kepada para penggemar bridge apakah ada yang bersedia bayar sendiri? Bisa berbentuk pasangan atau tim. Jika peminatnya melebihi kuota perlu diadakan seleksi.