Berkaca dari data diatas, saat ini terutama dengan maju pesatnya China, China Taipei, Hongkong ditambah kuda hitam Jepang dan Singapura menjadi tidak mudah buat kita meloloskan tim ke Kejuaraan Dunia.
Peserta dari Zone VI hanya 11 negara dan hanya mencari 3 negara pada setiap nomor yang dipertandingkan.
Tapi faktanya di Hongkong, China meloloskan empat tim. Sementara itu untuk nomor open team masih ada China Hongkong, China Taipei, Jepang dan Singapura yang menjadi pesaing.
Di nomor ladies team hamper sama pesaingnya demikian juga mixed team malah di nomor mixed team ada Thailand sebagai kuda hitam.
Di nomor senior biasanya kita Berjaya, tapi semenjak kehilangan Henky Lasut perlu dicari kombinasi yang tepat agar bisa bersaing lagi.
Semoga dalam waktu yang tersisa tinggal sekitar 7-8 bulan ada usaha dari komunitas bridge untuk mengatasi agar Indonesia mampu mengirimkan tim yang bisa bersaing. Atau minimal ada usaha dari PB Gasbi untuk mengkoordinir agar ada tim kuat yang bisa mewakili Indonesia.
Untuk tim open,ladies dan mixed, pemain tersedia cukup banyak pilihan apalagi mereka telah berlatih cukup lama karena persiapan menghadapi PON Aceh-Sumut sehingga tinggal memulihkan kondisnya lagi. Jadi tidak perlu biaya pelatnas untuk mempersiapkan tim ini.
Cukup memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada pada bridge online seperti BBO dan lain-lain.
Tinggal problemnya siapa yang akan bersedia menjadi sponor tim-tim ini?
Di Open Team seandainya Pengprov Gabsi Sulut dan DKI bisa kolaborasi maka satu persolan telah teratasi.
Masih ada Djarum Bridge Club, Climanusa, BTC, Komunitas Bridge Mampang yang juga bisa menjadi sponsor atau kolaborasi. Kalau ada lebih dari satu peminat tinggal diadakan seleksi. Seleksi juga cukup kombinasikan online dan offline sehingga tidak membutuhkan biaya besar buat yang bersedia jadi sponsor.