Cabor Bridge Harusnya Terus Dipertandingkan di PON
Oleh : Bert Toar Polii
Cabor bridge memang bukan cabang olahraga yang dipertandingkan di Olympiade sehingga untuk saat ini tercoret ke ikusertaannya di PON NTB-NTT 2028 nanti.
Hal ini sungguh patut disayangkan karena sejarah panjang dan prestasi dunia yang pernah dicapai oleh atlet-atlet dari cabor ini.
Indonesia sampai saat ini masih terbaik di Asia bersaing dengan Taiwan sampai saat ini.
Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini, kedua Negara ini mulai tegeser oleh prestasi China yang memang sekarang sulit ditandangi karena populasi atlet bridge China terus bertambah sehingga popularitas olahraga ini meningkat pesat disana.
Organisasi bridge di Indonesia berdiri sebelum ada induknya World Bridge Federation.
Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi) berdiri tahun 12 Desember  1953 di Surabaya sedangkan World Bridge Federation baru lahir bulan Agustus 1958 atau 5 tahun setelah Gabsi berdiri.
Kejurnas bridge pertama diadakan di Jogja pada tahun 1957 dan resmi bergabung dengan World Bridge Federation pada tahun 1960.
Sementara keikutsertaan di Pekan Olahraga Nasional (PON) dimulai pada tahun 1969 di Surabaya. Kali itu yang baru dipertandingkan adalah nomor beregu putra. Tahun 1973 nomor pertandingan bertambah dengan beregu putri dan pasangan putra, Tahun 1977 barulah lengkap ditambah pasangan putri.
Jadi Kalau dihitung cabor bridge sudah 55 tahun ikut PON itu bukan waktu yang pendek.
Memang  Bridge kemudian tidak dipertandingkan di PON mulai tahun 1989 dan baru masuk kembali pada tahun 1996 di Jakarta. Beregu campuran baru masuk pada PON 2004 disusul pasangan campuran pada PON 2008. Jadi tahun 2008 sudah dipertandingkan 6 nomor.
Sayang sekali entah karena miskomunikasi sehingga kemudian menjadi hanya 5 nomor yang dipertandingkan.
Padahal seharusnya dengan quoata pemain dan waktu yang sama bisa menambah 5 nomor lagi sehingga menjadi 11 nomor pertandingan. Nomor yang bisa ditambah adalah butler putra, putrid an campuran serta individual putra dan putri. Malah bisa menjadi 12 nomor jika kita juga mempertandingkan nomor super mixed yang pernah dipertandingkan di Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Hal lain Indonesia adalah pelopor menjadikan cabor bridge dipertandingkan di multi event Sea Games dan Asian Games.
Pertama tahun 2011 di Sea Games Jakarta-Palembang dan kemudian pada tahun 2018 di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Berkat usaha Indonesia kemudian cabor bridge tetap dipertandingkan di Asian Games 2022 di Hangzhou masuk dalam kategori mind sports.
Sedang diusahakan agar terus dipertandingkan di Asian Games 2026 di Jepang.
Menurut selentingan, Thailand juga sedang berupaya untuk mempertandingkan cabor bridge di Sea Games 2025 di Bangkok dan juga melobi Malaysia dan Singapura tuan rumah tahun 2027 dan 2029 agar cabor bridge bisa dipertandingkan.
Kemungkinan ini akan berhasil karena Timor Leste telah mempunyai organisasi bridge setelah mereka meraih medali di Asean University Games yang berlangsung di Surabaya baru-baru ini.
Selain itu World Bridge Federation juga terus berusaha agar cabor bridge bisa dipertandingkan di Olympiade Musim Dingin.
Hampir berhasil karena tahun 2002 di Salt Lake City telah diadakan eksibisi.
Sayangnnya amandemen untuk merubah persayaratan peserta agar bridge ikut dipertandingkan walaupun tidak berhubungan dengan es dan salju gagal.
Semoga kedepannya bisa berhasil apalagi mind sports semakin popular di dunia saat ini.
Satu alasan yang jauh lebih penting karena  cabor bridge adalah cabor yang nyaris sempurna dalam membentuk karakter unggul bercirikan karakter seorang pemimpin adalah olahraga bridge, dimana melalui olahraga bridge seseorang akan dibentuk antara lain:
1. Peningkatan kecerdasan intelektual dan mempertajam daya ingat.
2. Peningkatan kecerdasan emosional dimana setiap pemain bridge memiliki kepekaan naluri dan empati maupun mitra terhadap teman.
3. Kemampuan bekerjasama serta setia dan loyalitas tinggi kepada partner/mitra karena olahraga bridge adalah permainan pasangan bukan individu.
4. Meningkatkan kecerdasan spiritual dan selalu menjunjung tinggi sportivitas, etika, sopan santun (etiket), jujur serta tidak mudah putus asa.
5. Mampu mengambil keputusan cepat, tepat, akurat dan benar didasari atas analisa yang akurat dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan (teori probabilitas, matematis, sistimatis dan lain-lain).
6. Peningkatan kecerdasan-kecerdasan lainnya
Memang kegagalan atlet bridge meraih medali di dua multi event sangat  mempengaruhi.
Namun tukang bridge yakin kita tidak kekurangan bibit unggul hanya saja perlu penanganan yang tepat.
Jika bridge bisa kembali masuk POPNAS sehingga program Bridge Masuk Sekolah berjalan serta Porda dan PON tetap berjalan beberapa tahun kedepan kita mampu kembali Berjaya di Asia dan masuk kembali di jajaran elite dunia bridge.
Semoga penggantian Ketum PB Gabsi dan sekaligus mengaktifkan kembali roda organisasi Gabsi yang sedang mati suri bisa berjalan mulus sesudah PON ini.
Karena kedepan akan banyak sekali event besar yang menanti. Ada Kejurnas Bridge yang harus kembali di gelar. Pembentukan tim nasional menghadapi APBF Championships agar bisa lolos mengikuti Kejuaraan Dunia Bridge serta kemungkinan bridge dipertandingkan di SEA Games Thailand 2025 dan masih banyak kegiatan lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H