Saya bermain bersama Alm. Memed Hendrawan sedangkan Alm. Jeldy Tontey berpasangan dengan Santje Panelewen dan Alm. Donny Tuerah berpasangan dengan Juniarto Hadimartono. Bertindak sebagai Non Playing Captain adalah Ir. Arifin Halim.
Jeldy Tontey adalah seorang pemain berbakat yang diterima bekerja di BNI 46 karena prestasi di olahraga bridge bersama Ricoh Matindas.
Sayangnya ketika sudah mulai bekerja ia sangat sulit untuk mengembangkan hobinya karena kesibukan kerjanya. Ia akhirnya lebih memutuskan untuk konsentrasi ke pekerjaanya.
Untungnya BNI 46 juga ikut menjadi salah satu sponsor bridge sehingga almarhum masih bisa menyalurkan hobinya terutama untuk turnamen bridge tertentu.
Pada Liga Bridge Indonesia tahun 2003 BNI 46 keluar sebagai juara dan berkat hasil ini dikirimkan untuk mengikuti turnamen terbesar di Australia.
Turnamen yang diikuti adalah Summer Bridge Festival 2004 di Canberra Australia, turnamen bridge terbesar di benua Kanguru.
Tim kami waktu itu BNI 46 adalah juara Liga Bridge Indonesia terdiri dari Bert Toar Polii II, Jeldy Tontey, Noldy George, Giovani Watulingas, Ferdy Waluyan dan Madja Bakara sebagai PC.
Kami kemudian jadi juara dari sekitar 300 tim lebih yang mengikuti event ini,
Salah satu yang membanggakan tukang bridge  ketika dua orang pakar bridge Australia secara gamblang menggambarkan kehebatan tim Indonesia waktu itu.
Nick Hughes menulis di Gold Coast Bulletin No. 1 tanggal 22 Februari 2004: The Indonesians, Last month in Canberra, 1000+ Australians in 250 teams took on a team from Indonesia and lost, again.
Tim Bourke menulis di ABF Newsletter No. 106 Maret 2004 Finally let me say something about this Indonesian as opponents. My team played 20 boards against them in the preliminary rounds of the South West Pacific Teams (SWPT) and further 64 boards in a losing semi-final of the National Open Teams. We believe it should be recorded that all members of the Indonesian team displayed wonderful sportmanship. They all played a fair, fast and no-nonsense game. This made it a distinct pleasure to play against all members of the team, despite losing to them. They are wonderful ambassadors for their country and our game. Indeed, a good many experts could learn from them that nice guys can finish first.