Saat pelatnas offline kedua tim ini akan bergabung.
Baik tim putri dan tim mixed yang terpilih adalah para pemain yang keluar sebagai juara pada The 4th Asia Cup yang lalu. Â Hanya saja terjadi perubahan komposisi pemain.
Ladies team juga turun dengan pemain Conny E Sumampouw/Rury Andhani, Fera Damayanti/Ririn Riantini dan Roro Toffani TD yang kini berpasangan dengan Elsa S Ningtyas. Jadi ada pertukaran tempat dari Mixed pindah ke Ladies demikian juga sebaliknya. Kedua tim Ladies dan Mixed dipimpin pelatih Santje Panelewen dan asisten pelatih Syahrial Ali.
Pasangan andalan Lusje Bojoh/Taufik Asbi dan Kristina Wahyu Murniati tetap dipertahankan di kategori Mixed Team, sementara Robert Tobing mendapat partner baru Rachma Schaumi.
Perubahan ini bisa saja menjadi hambatan tersendiri karena jangka waktu turnamen berbeda. The 4th Asia Cup babak penyisihan hanya berlangsung 4 hari sedangkan di The 53rd APBF berlangsung 7 hari. Ini membutuhkan stamina yang prima sehingga tim yang bermain dengan 3 pasangan yang seimbang otomatis akan lebih diuntungkan.
Sebab mereka bisa mengatur pergantian pemain secara proporsional sehingga tidak ada pemain yang terlalu capek.
Pergantian pasangan di timnas Indonesia dalam jangka waktu pendek yang tersisa pasti ada pengaruhnya.
Apalagi kalau melihat dua saingan terberatnya China dan China Taipei turun dengan 3 pasangan yang cukup solid. Selain itu pemain kedua tim ini juga usia pemainnya masih cukup muda.
Tim putri China tinggal mempertahankan dua pemain dari tim yang mewakili China di Kejuaraan Dunia di Wuhan China. Tidak ada lagi pemain senior Wang Wen Fei. Di Wuhan China meraih peringkat dua The Venice Cup.
China Taipei turun dengan pemain yang sama seperti di The 4th Asia Cup dimana mereka keluar sebagai juara kedua.
Buat tim putri cukup berat untuk mempertahankan gelar kali ini, Apalagi ada kuda hitam India, China Hongkong dan Jepang.