Oleh : Bert Toar Polii
Saya menyelesaikan sekolah hingga SMA di Tondano. SD saya selesaikan tahun 1965 di SDN II Rinegetan Tondano kemudian dilanjutkan di SMP Negeri I Tondano dan berlanjut ke SMANTO yang kebetulan pada waktu itu masih satu lokasi di dekat Gereja Sentrum. Nanti tahun 1971 baru pindah ke Menado ketika sempat kuliah di Unsrat.
Selama itu saya tidak pernah mendapat pelajaran Bahasa Tondano bahkan terkesan seolah-olah kalau kita berbicara Bahasa Tondano adalah kampungan. Namun, dirumah sedikit-sedikit mendapat pengetahuan tentang Bahasa Tondano dari Oma. Opa serta Ortu yang masih lancar ber Bahasa Tondano.
Selanjutnya saya merantau ke Jakarta tahun 1977 dan disinilah mulai terasa betapa menyesalnya tidak mempelajari Bahasa Tondano sebelumnya. Kenapa, karena dilingkungan saya penggemar olahraga bridge ada beberapa pemain yang berasal dari Tondano dan mereka sangat fasih menggunakan Bahasa Tondano. Ada Almarhum Bob Pangerapan, Frans Waleleng dan WD Karamoy dan lain-lain. Berkat pertemanan dengan mereka akhirnya bertambah perbendaharaan Bahasa Tondano yang saya miliki.
Ada kebanggaan tersendiri ketika mudik, membuat keluarga kaget karena saya menggunakan Bahasa Tondano padahal sebelumnya mereka tahu saya sangat sedikit menguasai bahasa ini.
Bahasa Tondano dan Facebook
Selanjutnya pada akhir tahun 2008 saya mulai berkecimpung aktif di Facebook dan kemudian membaca salah satu artikel yang menulis sebagai berikut : "Di Indonesia ada 109 bahasa daerah belum termasuk Papua dan sebagian besar terancam kepunahan. Menurut data UNESCO, setiap tahun ada sepuluh bahasa di dunia ini yang punah. Pada abad ke-21 ini, diperkirakan laju kepunahan bahasa akan lebih cepat lagi. Di antara 6.000 lebih bahasa yang ada di dunia pada abad ke-20, hanya tinggal 600-3.000 bahasa saja yang masih dapat bertahan menjelang abad ke-21 ini. Dari 6.000 bahasa di dunia itu, sekitar separuh adalah bahasa yang dengan jumlah penutur tidak sampai 10.000 orang, dan seperempatnya lagi kurang dari 1.000 penutur. Padahal, salah satu syarat lestarinya sebuah bahasa adalah jika penuturnya mencapai 100.000 orang. Salah satu bahasa daerah yang terancam punah adalah bahasa bahasa Tondano".
Kalimat terakhir sungguh menggelitik sanubari saya. Bahasa ibu saya akan punah? Apakah harus dibiarkan seperti itu? Padahal bahasa merupakan alat komunikasi yang berhubungan erat dengan budaya bangsa. Pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, secara cepat maupun lambat perubahan zaman telah banyak mengikis nilai-nilai budaya yang selama ini telah mengakar di masyarakat. Karena bahasa terkait erat dengan budaya maka otomatis hal ini berdampak pada bahasa daerah.
Tergelitik akan hal ini maka saya secara nekat mendirikan Group Lestarikan Bahasa Tondano di Facebook pada akhir Nopember 2008. Ternyata gayung bersambut terutama saat saya bertemu pakar Bahasa Tondano, Boeng Dotulong yang juga sudah mulai risau akan keberadaan Bahasa Tondano.
Berkat bantuan Bong Dotulong kita bisa mengetahui bahasa "makatana" istilah popular yang digunakan untuk bahasa daerah secara baik dan benar. Apalagi setelah melihat kegigihan saya melestarikan Bahasa Tondano ia terpacu menyelesaikan Kamus Bahasa Toundano yang sudah lama terbengkalai. Setelah terbitnya kamus ini maka pekerjaan melestarikan Bahasa Tondano selanjutnya menjadi lebih mudah.
Kenapa saya pilih Facebook? Karena, menurut pengamatan saya, salah satu keengganan anak-anak Tondano menggunakan bahasa daerahmya karena ada kesan menggunakan bahasa Tondano identik dengan kampungan.
Jadi, dengan adanya bahasa Tondano di Facebook mudah-mudahan generasi muda yang akrab dengan internet akan tertarik dan merasa bangga menggunakan bahasa Tondano. Melihat hanya dalam tempo kurang dari setahun, anggota group Lestarikan Bahasa Tondano telah mencapai sekitar 5000 orang maka rasanya misi saya cukup berhasil.
Bayangkan, kalau seorang punya teman 50 saja padahal dalam kenyataan umunya lebih bahkan ada beberapa yang telah mencapai limit 5000 teman berarti sudah ada minimal 250.000 orang yang mengetahu tentang Bahasa Tondano.
Sayang sekali pada akhir tahun 2009, Account FB saya di hack orang sehingga tidak bisa saya gunakan lagi. Akibatnya saya terhapus sebagai Admin dari Group Lestarikan Bahasa Tondano. Beruntung teman-teman yang saya ajak ikut membantu bisa mempertahankan Group ini. Selanjutnya saya membuat account FB baru dan membuat Group Belajar Bahasa Tondano yang bertahan sampai saat ini.
Lomba Pidato Bahasa TondanoÂ
Kerja keras selama kurang lebih 4 tahun pada tahun 2012 mulai bisa dipetik hasilnya. Berkat gagasan Fabian J Manoppo seorang ilmuwan muda Sulut yang juga peduli dengan pelestarian bahasa Tondano maka masyarakat peduli Bahasa Tondano yang tergabung dalam Group Belajar Bahasa Tondano di Facebook bersama LSM Toudano Waya dan Sulut Iptek bekerjasama dengan SMA Negeri I Tondano berinisiatif untuk mengadakan kegiatan Lomba Pidato Bahasa Tondano,
Berhubung semua penggagas berada diluar Tondano maka dibentuklah Panitia Pelaksana di Tondano dengan susunan sebagai berikut :
Penasehat : Paul Grw Senduk, Fabian J Manoppo, Bert Toar Polii,
Pembina : Kepala Sekolah SMA Negeri I Tondano
Ketua : Fentje Matheos
Sekretaris : Errol Mingkid
Bendahara : Silvana Polii
Kordinator : Lilian Makaenas
Dengan Tema Kegiatan
"Sa ri niki si padung si mo tare" (Kalau bukan kita yang perduli siapa lagi)
Mewujudkan siswa Yang Terampil Dalam Berbicara Bahasa Tondano
Ditetapkan tanggal penyelenggaraan, 3 Mei 2012 bertempat di Smanto I Rinegetan Tondano.
Ada 201 sekolah dari Minahasa yang diundang.
Berkat dukungan teman-teman yang peduli akhirnya kegiatan ini siap digelar dan rencananya akan disiarkan langsung ke selutuh dunia melalui internet. Secara khusus saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada para sponsor, Panpel dan juga Guru-gru SMANTO 1 Tondano serta semua pihak yang terlibat yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk dukungannya, mari kita wujudkan event ini menjadi event tahunan dan menjadi kebanggaan masyaraat Tondano.
Event ini kemudian berlanjut tiap tahun didukung oleh Alm. Jantje Sayow yang pada waktu itu Bupati Minahasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H