Mohon tunggu...
Berthy B. Rahawarin
Berthy B. Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen President University, Cikarang

Maluku (SD-SMA 1971-1983) - STF-SP Manado (1983-1992). Jakarta (1993 - sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Jokowi, Hati untuk Papua dalam Nomenklatur Sultan Nuku

9 September 2019   00:09 Diperbarui: 9 September 2019   01:02 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika member makna teks dan konteks kesultanan Tidore sebagai pelaku sejarah bagian awal Nusantara dalam kaitan dengan Pahlawan Nasional Sultan Nuku, jalan masuk pendekatan budaya pemerintahan RI terhadap kemanusiaan universal Papua dapat dilaksanakan bersama atau lewat kesejarahan keturunan Sultan Nuku di kesultanan Tidore. 

Tidak pula berlebihan untuk mengatakan, pendekatan budaya itu memiliki akar historis dan hokum yang jauh lebih tua di dunia internasional, daripada isu-isu ahistoris para pembonceng Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Negara-negara yang konon diisukan mau merebut Papua dari Indonesia.

Pesan Sultan Tidore Hussain Sjah (yang terpilih sebagai Anggota DPD Maluku Utara kini,  ketika penganugerahan itu, jika disimak dan dimaknai, bermakna implementatif: "Untuk terpeliharanya adat daerah, sebagai bagian (dari) meningkatkan ketahanan bangsa di bidang kebudayaan, perlu dikembangkan kerja sama yang sinergis antara pemerintah daerah dan pusat."

Hanya sedikit cendikiawan tahu dan sadar atau bwlum yakin, jika daerah indah Raja Ampat di Papua Barat, hanyalah salah satu monumen sejarah-alam kejayaan dan solidaritas kesultanan Tidore di bawah Sultan Nuku di Papua. 

Raja Ampat adalah nomenklatur Sultan Nuku yang berekspansi di bawah ideologi Fala-Raha pada masanya, seperti dengung NKRI di masa kita, ketika menyatukan kekuatan di wilayah Uli Siwa, berdampingan dengan Kesultanan Ternate yang berekspansi ke Wilayah Barat, Maluku Utara untuk mengusir penjajah Spanyol.

Nomenklatur ekspansi Sultan Nuku (1780-1820-an), jelas dengan kewilayahan "ber-kaki-empat" (fala-raha), seperti Kepala suku-suku Arfak (yang terdiri dari Empat Suku Besar) di Papua Barat, hingga kota Fak-fak juga di Papua Barat, sebagai salah satu Kerajaan bentukan Sultan Nuku, yang berubah cepat jadi kota modern di Papua di jama Indonesia merdeka.

Dalam konteks kebudayaan sedemikian, Presiden Jokowi dapat dengan relatif mudah, setidaknya punya alasan cultural approach lebih unggul untuk memenangkan "tirani public" yang a-historis, atau karena memang semuanya ini, belum kita nyatakan secara jelas dan terbuka belaka.

Akhirnya, saya mengidentifikasi hal ini sebahai salah satu jalan untuk agenda-aksi, sekaligus penelitian lapangan tentang kaitan antara budaya dan kebijakan keamanan nasional masa pemerintahan kedua, Presiden Jokowi terhadap Papua.

Presiden Jokowi dapat memenangkan hati rakyat Papua, dengan nomenklatur Sultan Nuku, pahlawan nasional yang dihormati melampaui batas paling timur pulau Papua. 

Legitimasi Presiden Jokowi untuk sebuah pilot project suatu cultural approach" Papua telah diberikan oleh keturunan pahlawan Nasional Sultan Nuku." 

Dan itu menancap lebih dalam di hati Saudara-saudara kita di Papua, bp Presiden, bisik seorang sahabatku yang menekankan cultural approach di Papua.   Dan, sebelum dunia akademis mengenal istilah "Cultural Security approach", dunia Sultan Nuku telah menjalankannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun