Mohon tunggu...
Bertha Aurellia
Bertha Aurellia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi FPB UKSW

Mari masuk Agroteknologi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dari Lahan hingga ke Piring, Gimana Sih Prosesnya?

29 Juni 2024   21:11 Diperbarui: 29 Juni 2024   21:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haiii... Haiii... Sobat Pembaca!

Kali ini kami akan ajak anda untuk mengikuti proses kelompok kami dalam mempersiapkan sayur-sayur terbaik untuk memenuhi piring dan perut anda. Baca sampai akhirr yaaw!

Hmmm sebelumnya kalian tau nggak sih kalau sayur-sayur yang kalian makan itu adalah hasil jerih payah petani di lahan? Kalau nggak tau, sini sini kami akan ceritakan. 

Dari pengalaman kelompok kami dalam menanam jagung manis, dan timun di lahan terbuka, persiapan dari lahan ke piring ini memiliki proses yang sangaaaaattt panjang dan melelahkan. 

Bagaimana bisa? Hmm kalian bayangkan saja lahan yang belum siap tanam hingga siap untuk ditanami saja butuh proses yang panjang. Setelah lahan ditanami lalu kami juga harus merawatnya supaya sayur yang kami tanam memiliki kualitas yang baik. 

Ditambah Lokasi kebun kami berada di sekitar 3,5 ha di wilayah lereng gunung merbabu, tepatnya pada ketinggian 900 m dpl, berada di desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, a.k.a "Kebun Salaran". Jadi sudahh terbayang yaa effort nya? Hehehe


Effort kami yang paling awal dari semuanya adalah persiapan lahan. Lahan yang lebat akan gulma ini kami semprot dengan herbisida. Setelah itu kami harus mengolah lahan dengan traktor dibantu dengan elemennya yaitu rotary. 

Fungsi dari rotary ini adalah untuk menggemburkan tanah serta menghilangkan sisa-sisa tanaman. Setelah tanah sudah diolah semuanya, kami lanjutkan dengan proses discflow yaitu membuat bedengan dengan cara meninggikan tanah di setiap jalurnya. 

Siapa sangka hasil kerja traktor ternyata belum memenuhi kriteria untuk bedengan media tanam kami? Yupp, kami tetap harus mencangkul dengan tenaga kami ini untuk membuat bedengan menjadi lebih tinggi, lebar dan rapi. 

Setelah bedengan kami oke, kami segera menaburkan pupuk kandang yang sudah matang diatas bedengan kami, lalu menutupnya dengan mulsa plastik agar tanah bedengan tidak longsor. 

Tidak lupa juga kami untuk membolongi mulsa sesuai jarak tanam yang sudah kami rencanakan untuk tumpang sari jagung manis dan timun yaitu dengan lebar tengah bedengan antara jagung dan timun adalah 40 cm serta jarak tanam 50 cm per tanaman.

3 hari setelah pembolongan mulsa, kami segera menanam benih jagung dan timun dengan cara tabela atau tanam benih langsung. Cara tabela ini kami terapkan karena sedehana dan praktis serta menghemat waktu dan tenaga. 

Bedengan kami sangat panjang sehingga tabela ini cocok digunakan karena mempermudah dalam menanam pada jumlah yang besar tanpa perlu ruang tambahan untuk pembibitan.  Setelah benih jagung dan timun sudah tertanam, kami menyiraminya dengan air supaya benih tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribasi
Dokumentasi Pribasi

Effort kami yang selanjutnya adalah pada hari setelah tanam tersebut kami secara bergantian setiap harinya harus naik ke kebun salaran untuk perawatan tanaman seperti menyirami dan menyiangi gulma bila perlu. Tentu saja mager rasanya untuk ke salaran setiap harinya. 

Karena kami masing-masing juga berkuliah dengan jadwal yang berbeda-beda dan kesibukan yang berbeda juga sehingga harus ada rasa rela berkorban, azek.

Jagung manis dan timun yang kami tanam dan rawat seperti anak sendiri ini tentu saja bertumbuh subur. 

25 hari setelah tanam, timun sudah mulai besar sehingga dibutuhkan pengajiran agar tanaman dapat merambat dengan baik. Kami membuat ajir dengan sanggah bambu lalu kami beri tali zigzag ditengahnya. Hehe kami mencari inovasi dari youtube kok.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Setelah pengajiran, kami mulai memikirkan untuk membuat POC agar timun dan jagung ini bisa lebih cepat pertumbuhannya. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat POC dari kulit pisang.

 Hmm gak usah kaget, iya kulit pisang. Jadi gini, kulit pisang ini mengandung berbagai nutrisi penting seperti kalium, fosfor, kalsium, dan magnesium yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kalium, misalnya, dapat membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan memperkuat batang, sementara fosfor penting untuk perkembangan akar yang kuat. 

Penggunaan POC kulit pisang dapat meningkatkan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan vegetatif, serta mempercepat pembentukan bunga dan buah pada tanaman timun dan jagung manis. 

Selain itu, aplikasi POC kulit pisang juga merupakan metode ramah lingkungan dan berkelanjutan, karena memanfaatkan limbah organik yang sering kali terbuang begitu saja. 

Dengan demikian, penggunaan POC kulit pisang tidak hanya meningkatkan produktivitas tanaman tetapi juga mendukung praktik pertanian yang lebih hijau.

Pada tanggal 22 Juni, timun di lahan kami sudah banyak yang berbuah beeesaaar. Iya, BESAR! Nihhh spill....

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Tentu saja timun yang sudah besar-besar ini tidak akan kami biarkan di lahan. Kami segera memetiknya, lalu kami jual hehehe. Kami jual timun ini dengan harga Rp 8.000/kg, hmmm lebih murah daripada di pasar dengan ukuran timun pasar lebih kecil.  

Siapa sih yang gak ngilerr? Namun sayang, jagung manis kami belum panen karena belum berbunga. Tidak usah bersedih! Timun yang awalnya hanya panen 4 buah ini sudah memiliki pembeli hehehe. Lumayan, cuan.

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Tenang aja, panennya gak cuma 4 kok. Sabarrr... kami menyimpan beberapa timun yang akan matang untuk beberapa hari kedepan. Jadi memang sengaja tidak kami panen semuanya. Hmmm kenapa ya kira-kira? 

Jadi gini, tanggal 25-27 Juni di kampus ada expo gitu loh, jadi timun lainnya itu  menyusul untuk dipanen lalu bisa dijual di expo dehh. Mantepp kann? Nah, di expo hari yang ke-2 kami panen 6 buah timun.

Iya tau sedikit. Kami jual di expo hanya 2 pack karena 1 pack nya berisi 3 timun/1 kg. Jangan salah, 2 pack timun ini udah ada yang pesan lohh. Jadi tidak sempat dipamerkan di meja expo, tapi sudah sold out xixixi.

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Oiya lupa, kami menanam mint dalam greenhouse juga lohh! Nahh kalau mint yang di greenhouse ini bertumbuh dengan baik sekali. Karena daunnya lebar dan besar. Daun mint ini langsung kami panen pada tanggal 26 Juni 2024. Dapet banyakkkk bangett! 

Setelah panen, daun mint ini kami packing dengan wadah mika yang kami isi daun mint sampai penuh, lalu kami beri sticker untuk pemanis packaging sehingga menarik konsumen untuk beli. 

Satu pack daun mint ini kami jual dengan harga Rp 5000. Hmmm wajar kan yaa? Karena budidaya hidroponik boss wajar dong... buktinya 26 pack daun mint terjual habissss!! Kerenn banget pengunjung expo 3 hari ini. Pulang bawa banyak sayur sehat dari stand expo kami, hahaha.

Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Dokumentasi Pribadi 
Banyak yang bilang, sayur di stand kami segar-segar dan murah meriah. Senang rasanya melihat antusias pembeli di stand kami. Rasa lelah dan segala effort kami di lahan berbuah manis saat melihat sayur hasil panen kami habis terjual. Kami benar-benar merasakan perjuangan "dari lahan ke piring", nyata adanya. Thankyou, FPB UKSW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun