Â
Pringsewu, Setelah berbulan-bulan dilanda kemarau panjang, hujan banyak dinantikan oleh banyak manusia di Bumi. Â Banyak mengalir doa dari bibir manusia memohon turunnya hujan. Kini hujan mulai tiba dengan segenap rindunya yang menggebu untuk membasuh bumi yang lama tidak bersua.
Pertengahan tahun 2021 menjadi awal hadirnya banjir, seiring dengan wabah Covid yang masih melanda.  Hujan besar dan kecil turun di sejumlah wilayah dan langsung diikuti oleh sahabat karibnya yakni  banjir.
Hujan adalah sebab dan banjir adalah akibat, tapi apa dan bagaimana, sebab dan akibat itu bertautan secara ilmiah, biarlah para pakar yang mengkajinya. Realitanya, hujan banyak dinantikan jutaan umat manusia. Petani menunggu waktu untuk menyebar benih dan memulai menanam di lahan.Â
Ibu-ibu menanti untuk memenuhi kebutuhan aktivitas rumah tangga yang selama kemarau kemarin banyak yang menjerit kekurangan air, dan berbagai aktivitas lainnya yang sangat menunggu turunnya hujan.
Banjir menjadi perbincangan yang seksi saat ini selain PPKM yang tentunya tetap menjadi Tranding Topik terutama di  sejumlah wilayah terutama di beberapa kota besar di Indonesia.Â
Banyak orang yang berteriak, menjerit karena banjir yang melanda. Hujan deras turun terus - Â menerus seolah melampiaskan hasrat kerinduannya setelah sekian lama tak pernah mengguyur bumi.
Sebenarnya banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari hujan dan banjir. Hujan turun terus menerus mengajarkan kita bahwa sesuatu yang berlebihan juga tidak benar.Â
Suka berlebihan, benci berlebihan akhirnya menghujat dan mencaci juga tidak baik. Hujan mengajarkan kita untuk senantiasa bersyukur dengan keadaan kita. Ingat bahwa setelah turun hujan biasanya akan hadir juga pelangi di ujung langit yang memberikan keindahan.
Banjir mengajarkan kita bahwa peribahasa duduk sama rendah berdiri sama tinggi berlaku adanya. Banjir tidak peduli istana Presiden, rumah Pengusaha, Bangsawan, Konglomerrat, rumah tukang becak ataupun rumah pengemis, semua dilibas tidak pandang bulu.