Banjir tidak peduli siapa dan bagaimana itu, semua digenangi. Mengingatkan kita juga bahwa semua manusia juga sama adanya di hadapan Allah tak peduli kaya atau miskin, ganteng atau jelek, pejabat atau rakyat jelata. Yang membedakan hanya amalan dan perbuatannya.
Banjir telah terlanjur melanda. Banyak yang benci. Namun tak sedikit juga yang menanti. Sang Korban menangis, relawan segera turun siap siaga memberikan bantuan. Banyak yang berzikir dan berdoa untuk keselamatan, para relawan yang sedang bekerja mengumpulkan bantuan dari berbagai lini.
Namun ada juga yang tersenyum sinis menanti realisasi Sang Pemangku kebijakan bergerak mewujudkan janjinya dulu. Tapi ada juga yang tersenyum lebar memutar otak untuk memainkan anggaran. Ada yang sembunyi, cuci tangan takut ditagih janji politiknya, saat berkoar di pesta demokrasi
Entah apapun alasan hadirnya banjir, sudah bukan waktunya lagi untuk saling menyalahkan. Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana saling bergandengan tangan mencari solusi terbaik. Pada intinya, bila kita melihat hal-hal di sekitar kita dengan cara yang positif, maka kita akan lebih bersyukur dan bahagia dalam kehidupan sehari-hari. (Niken)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI