Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Mekko, "Just Be Yourself"!

3 Mei 2019   11:26 Diperbarui: 3 Mei 2019   11:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ke Mekko pun dimulai kala panas begitu menyengat hingga tiba di sana. Magnetic, sebuah kapal milik wisatawan asing berlabuh di dekatnya. Seorang bule yang duduk di balik kemudi, melambaikan tangannya pada kami. "Hello there," ..

Mekko sendiri hanyalah sebuah pulau atol kecil berbentuk seperti buah alpokat, berhamparkan pasir putih halus, dengan laut jernih, dan panorama yang memikat di sekelilingnya. 

Dua pulau di bagian barat, dan dua pulau kecil lagi di bagian timur seolah mengapit dan mengawal Mekko yang berada di tengah. Kami pun turun dan mejelajahi tiap sudutnya. Om Bolang dan Valens sibuk mengoperasikan dronenya, sementara Om Rizal sibuk dengan ponselnya, mengabadikan setiap momennya di pulau ini.

dokpri
dokpri

Mata saya yang cukup bermasalah hari ini akibat mengendarai sepeda motor tanpa kaca helm membuat saya tak bisa berlama-lama di sana karena silau akibat sinar matahari yang begitu menyengat. Saya terpaksa kembali ke kapal bersama Om Hendri dan ABK-nya, Om Ali. Mereka menawarkan sepotong pepaya masak yang sudah dibelah. 

Hmm, namanya rejeki jangan ditolak ah! Setelah kenyang, saya pun tertidur hingga mesin kapal meraung-raung membangunkan saya. Om Hendri membawa kami memutari dua pulau kecil di sebelah timur yang dikenal dengan Nuha Watan Peni, pulau yang menurut mitos setempat tidak memiliki nyamuk dan serangga lainnya karena habis dimakan oleh seorang istri raja yang diasingkan oleh sang raja sendiri. Oh, kejamnya! Hehe ..

dokpri
dokpri

Belasan burung sejenis angsa berbulu putih dan hitam berterbangan dan nangkring di atas pohon, seolah menyambut kami. Dan, cekrek!

Kami pulang ke pesisir, tiga orang pengunjung sedang menunggu kapal untuk membawa mereka ke Mekko. Di atas pelabuhan, aktivitas nelayan yang sedang memindahkan gurita berukuran besar ke dalam sebuah mobil pick up menarik perhatian kami. Gurita yang malang, bakal berakhir di penggorengan! Nyumi!

Setelah membereskan semua perlengkapan, kami pun pulang, menyusuri jalan yang sama, namun dengan cerita yang bakal berbeda tentang Mekko yang sederhana, penduduk yang ramah menyapa, tentang kesahajaan yang alami. Dan saya tetap berharap, warga Mekko tetaplah menjadi diri mereka sendiri, menjalani hari tanpa beban dan tuntutan, menyambut pengunjung dengan ramah, menjaga selalu kebersihan, dan berbagi rezeki seadil mungkin.

So, Mekko: just be yourself!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun