Kemajuan teknologi tanpa diikuti dengan kesiapan penggunanya bagaikan bola bekel dilempar tanpa pemain. Ia akan terpental liar kemanapun sesuai gaya awal dari lemparannya.
Sedikit terkejut saya ketika memesan makanan melalui platform ternama, dimana setelah saya klik pesan Drivernya mengirim pesan chat dengan bertanya:
"antar kemana ya kak??"
Ooo Mak... Terkejut saya, kenapa drivernya masih bertanya diantar kemana. Bukankah sudah ada map di aplikasi nya?
Walaupun Saya sudah tahu hal ini terjadi karena faktor penguasaan teknologi yang minim dari drivernya. Atau karena ia ingin membuat matanya percaya bahwa ia dapat orderan Ojol. Maklum, masih dalam kondisi PPKM.
Saya menjawab tidak ingin merendahkan dan mengajak driver ojol itu untuk mengecek map yg sudah ada di aplikasi nyaÂ
Tapi kemudian jawabannya buat saya makin melotot:
"Aya cmn matiin aja"
Waduh.. ini jawaban kalau yg tidak mengerti keadaan pasti sewot. Tapi saya tahu, ini pasti salah ketik. Saya menjawab dengan  niat berseloroh padanya: "Mau matiin siapa Kang"
Akhirnya dia sadar kalau dia salah ketik.Â
Itu salah satu contoh yang membuktikan bahwa kemajuan teknologi digital yang berupa aplikasi untuk memudahkan pengguna untuk belanja online via ojol, harus diikuti dan diimbangi oleh kesiapan pengguna, pelaksana, maupun perusahaan platform-nya.
Hampir setiap saya memesan makanan maupun ojol, chating dari driver selalu menutup dengan kata 'mohon ditunggu"., Dan anehnya hour semua driver menutup chating sebelum pelaksanaan tugasnya selalu dengan kata itu. Seolah-olah pemesan akan kabur dan lari dari kenyataan.
Bisa jadi ini dilakukan untuk merespon banyaknya kasus order kuliner via ojol yang fiktif/palsu, sehingga driver harus memastikan. Namun kalau saya lihat jawaban itu merupakan auto respon dari perusahaan ojol tsb. Artinya berarti perusahaan ojolnya yang tidak memeriksa auto reply yang akan digunakan.Â
Secara efektivitas bahasa, jawaban auto-reply seperti ini tidak efektif, karena pemesan lah yang memesan ojol, sehingga ia akan menunggu tanpa perintah dari driver ojolnya.
Mungkin juga karena budaya bangsa kita yang nyaman dengan basa-basi untuk mengisi waktu dan memenuhi sisi etika dalam berinteraksi.
Tapi, saya kurang nyaman untuk berbasa-basi. Dengan basa basi lah bangsa kita terlalu banyak merasa tidak enak pada lawan bicaranya. Sehingga apa yang ditampilkan berbeda dengan apa yang direncanakan.
Bukan kah dengan basa-basi lah. Negeri ini menjadi salah satu sarang penjilat di era orde baru kemarin. Karena banyaknya proyek-proyek yang tidak berkualitas tetapi dapat terlindungi dengan basa basi.
Mudah-mudahan generasi penerus bangsa tidak akan berbasa-basi sehingga bisa memutuskan yang benar walaupun itu berat diambil. Dan tidak lagi terjadi pemesanan ojol tetapi masih ditanya mau diantar kemana, sudah gitu pakai mau matiin lagi.....
sesampai driver ojol mengantarkan makanan, saya celetuk: "saya jangan dimatiin ya mas.."
 HA HA HAAA... Jawabnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H