Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Idealisme 3 Murid HOS Cokroaminoto

29 Mei 2016   11:21 Diperbarui: 6 Juni 2016   13:42 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: file sahabat"][/caption]

Sebuah idealisme dapat membakar semangat para pejuangnya untuk dapat mencurahkan segala daya upaya maupun keuangan demi mencapai tujuan idealismenya. Harta, waktu, kemampuan skill, bahkan keselamatan diri siap dikobankan demi tercapainya tujuan idealisme.

SEMAOEN

Sekitar tahun 1914 komunisme pernah masuk di Indonesia dengan tawaran idealisme yang begitu memikat rakyat. Ia menjanjikan kepada rakyat -yang sedang dilanda kemelaratan sosial ekonomi- dengan pemerataan kesejahteraan yang dikoordinir oleh komunisme. 

Tawaran itu banyak diamini oleh rakyat yang memang sedang digerus oleh ketimpangan sosial yang diciptakan oleh para penjajah dahulu. Bayangkan, seorang rakyat jelata dijanjikan bisa menikmati kesejahteraan sosial yang jauh dari jangkauannya. Bahkan seorang buruh tani dapat merasakan megahnya fasilitas pabrik-pabrik yang dikelola dengan sistem komunisme.

Namun idealisme komunisme ternyata dapat dipatahkan dengan pernyataan bahwa komunisme itu anti agama. Padahal salah satu murid dari HOS Cokroaminoto –Semaoen, pernah mendirikan SI Merah, Syarekat Islam Merah (haluan komunis). Sebuah organisasi Islam yang mengadopsi sistem sosialis-komunis sebagai idealismenya. Begitupula dengan presiden Rusia –Valadimir Putin- adalah seorang Kristen Ortodoks yang taat.

Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Semaoen sebagai ketuanya. Namun karena ia merencanakan demonstrasi besar-besaran buruh kereta api dan Trem Surabaya (VSTP) terhadap pemerintah Belanda, ia diasingkan ke Belanda. 

Kemudian ia hijrah ke Moscow, dimana Stalin meliriknya sebagai asset yang brilian dengan mengangkatnya sebagai Pimpinan Badan Perancang Negara (GOZPLAN). Setelah masa pengasingan, ia pun kembali ke Indonesia pada tahun 1953. Tapi ia malah ditolak oleh partai yang didirikannya.

System komunisme telah berakhir di Indonesia, sama seperti Negara Rusia dan China yang sudah menyadari bahwa komunisme tidak produktif untuk membangun rakyatnya dalam masa sekarang ini. Komunisme bukan aliran anti agama, tetapi ia sistem yang menjelma menjadi sebuah pemerintahan untuk dapat menerapkan pemerataan kesejahteraan. statusnya sama dengan kapitalisme, liberalisme, otorianisme, ataupun pancasilaisme. Pengetahuan akan system ini akan membuat kita bisa menyadari apa itu komunisme sehingga tidak salah tubruk dalam menyikapinya. 

Kalaupun akhir-akhir ini ada issue komunis bangkit kembali, itu hanyalah kabar yang dapat diperalat oleh secuil kelompok untuk tujuan tertentu. Issue komunisme kini sudah bagaikan Petasan Besar yang terendam air sampai ke merconnya. Ia besar, suaranya menakutkan, tetapi ketika dibakar tidak akan menyala dan hanya akan menghabiskan batang korek pembakarnya saja.

SEKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang merupakan orang kepercayaan HOS. Tjokroaminto menindaklanjuti usaha rekonstruksi khilafah Islam dengan menyusun brosur sikap hijrah berdasarkan keputusan kongres Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII ) tahun 1936. Kemudian pada 24 April 1940, Kartosoewirjo bersama para ulama mendirikan Institut Shuffah di Malangbong. Institut ini merupakan suatu laboratorium pendidikan tempat mendidik kader-kader mujahid, seperti di zaman Nabi Muhammad saw. Institut shuffah yang didirikan telah melahirkan pembela-pembela Islam dengan ilmu Islam yang sempurna dan keimanan yang teguh. 

Alumnus shuffah kemudian menjadi cikal bakal Laskar Hizbullah-Sabilillah. Laskar Hizbullah-Sabilillah tidak diizinkan ikut hjrah ke Yogyakarta mengikuti langkah yang diambil tentara RI, sebagai akibat dari kekonyolan tokoh-tokoh politiknya. Laskar inilah yang pada akhirnya menjadi Tentara Islam Indonesia (TII).

7 Agustus tahun 1949 ia memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di Malangbong, Jawa Barat. NII dianggap sebagai satu-satunya rumah alternatif kebebasan bagi muslim Indonesia disebabkan Negara Republik Indonesia dipandang tidak memiliki kekuasaan karena telah dibekukan oleh Belanda (Vacuum Power). 

Kartosoewirjo yang juga murid HOS Cokroaminoto -sebagaimana Soekarno, mengambil posisi dengan memproklamirkan kemerdekaan NII agar kaum muslimin siap bersatu melawan penjajahan Belanda di bawah kobaran api spiritual Islam. Namun Republik Indonesia dengan presiden Soekarno-Hatta yang ditangkap pada 19 Desember 1948, ternyata masih hidup setelah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) diamanahkan kepada Syafroeddin Prawiranegara, dan diserahkan kembali pada tanggal 14 Juli 1949 kepada Soekarno-Hatta yang berhaluan nasionalis.

Semangat NII melawan Belanda, harus berubah haluan menjadi melawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena NII dianggap sebagai pemberontak terhadap Negara RI yang sah pimpinan Soekarno-Hatta. Walhasil, pertempuran sporadis sering terjadi antara TII dengan TNI. Musuh NII bukan lagi belanda, tetapi RI. NII harus kandas secara de facto dan de jure setelah Kartosoewirjo ditangkap dan kemudian dihukum mati pada September 1962 oleh saudara seperguruannya sendiri, Soekarno.

SOEKARNO

Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawangoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin. Dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal berjudul "Indonesia Menggugat", hingga ia dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional, namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Setelah menjadi Presiden pertama RI, Soekarno harus dilengserkan dengan ditolaknya pertanggung jawaban di hadapan MPR pada tahun 1967. Ia dipenjara-rumahkan oleh bangsanya sendiri setelah mengorbankan segalanya demi terwujud idealisme menjadikan bangsa ini mandiri dan dihormati negara-negara lain.

Tiga murid brilliant HOS Cokroaminoto yakni Semaoen, Kartosoewirjo, dan Soekarno, adalah murid-murid yang telah membawa perubahan besar dalam perkembangan Negara ini. Ketiganya harus berakhir tragis setelah apa yang diperjuangkannya. 

Terlepas antara keberpihakan dari tiga idealisme diatas, ongkos mewujudkan idealisme ternyata tidak murah. Ia memerlukan pengorbanan dan kesiapan segala sesuatu dalam menghadapinya. Dipenjara, diasingkan, dipermalukan, hingga terancam keselamatan diri dan keluarganya, adalah resiko yang harus siap dibayar oleh para pengusungnya. Mereka tetap teguh tak berubah walau harus berakhir dengan keadaan yang tak diharapkan. Karena idealisme menjadi sebuah Ruh yang menghidupkan para pejuangnya. 

Inilah perbedaan antara idealisme dan Pelacuran, yakni keteguhan dalam menjalankan misi. Seorang idealis akan teguh menjalankan misinya walau harus berkalang tanah dalam memperjuangkannya. Namun seorang pelacur akan mudah berubah cara ketika keselamatan atau kepentingannya terancam. Ia siap "mengangkangkan paha" dihadapan orang yang melintas asalkan kebutuhan pribadinya terpenuhi.

Tanpa idealisme, mereka tidak memiliki arti apa-apa. Tak ubahnya bagaikan pelacur yang mudah berganti-ganti misi manakala fenomena dihadapannya berubah.

Tanpa idealisme, mereka akan seperti pohon besar berdiri namun tak memiliki akar. Mudah tumbang hanya karena hembusan angin semilir saja. Idealisme adalah sesuatu yang patut diperjuangkan demi tertorehnya kisah perjuangan.

“Lebih memilih menang gilang gemilang, atau hancur karenanya”

 

* Sumber rujukan: Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun