Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Gigantik Ekonomi Berbasis Inovasi Teknologi di Era Bonus Demografi

21 September 2017   00:54 Diperbarui: 5 Oktober 2017   00:53 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bercermin pada fokus Korea Selatan dalam menggerakan ekonominya, kemajuan TIK digunakan dalam pengembangan industri manufaktur. Teknologi jelas lebih cepat, presisi, dan efisien. Kita ambil contoh, siapa sekarang yang tidak memakai smartphone merek Samsung dan produk lainnya seperti pendingin udara, laptop, dan televisi ? Laporan keuangan  yang di rilis perusahaan Samsung pada tahun 2016 pada kuartal pertama saja sekitar 49,78 Trilyun Won ( sekitar  578,8 Trilyun ). Ini hampir sama dengan 25 % APBN Indonesia tahun 2017 !

Solusi Lapangan Kerja

Pada kuartal pertama 2017, BPS memaparkan, peningkatan tertinggi ada pada sektor  Infokom tumbuh sekitar 9,10 % yang di sebabkan transaksi  dalam jaringan ( daring ) penggunaan data, dan media sosial. Transaksi daring sekarang menjadi sebuah solusi efektif pengembangan ekonomi Indonesia, karena banyak terjadi perpindahan transaksi pembelian dari sebuah toko, swalayan, atau Mall menjadi Online karena lebih murah dan cepat. Siapa saja bisa berjualan sekalipun jauh dari pusat kota. Ini juga akan membentuk industri kreatif, misal ; kerajinan, barang seni, desain dan lainnya. Yang sekali lagi, tentu saja akan lebih besar nilai ekonominya jika memamfaatkan TIK sebagai pemasaran  yaitu aplikasi di gawai ataupun sebuah laman. Bahkan, pada tahun 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kemenkominfo ) memprediksi, transaksi penjualan  daring  sekitar US$130 Miliar. Potensi itu di dukung dengan tingkat penetrasi internet sekitar 132,7 juta pengguna berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII ) tahun 2016.

Inilah jurus pamungkas yang bisa menampung banyak tenaga kerja yang kurang produktif di Indonesia.  Daya ungkit TIK dari paparan di atas tentu saja merupakan solusi yang harus segera di laksanakan lintas sektoral dalam pemerintahan. Pemerintah harus memberikan insentif pajak bagi yang ingin membangun industri manufaktur dan TIK agar partipasi lebih banyak dan produktif. Kepada kampus-kampus dan inventor juga di berikan dana hibah agar lebih memacu lagi Ristek yang berdaya guna untuk di mamfaatkan oleh perusahaan tersebut.

Perbesar Anggaran

Celakanya, pemerintah belum terlihat serius untuk memamfaatkan memajukan perekonomian masyarakat dengan berbasis  TIK. Kemajuan inovasi teknologi tidak bisa hanya dengan tutur kata, tapi juga di sertai dengan anggaran yang layak. Bercermin dari anggaran Ristek negara yang maju, anggaran tersebut minimal berkisaran sekitar 2,5% - 3% dari Produk Domestik Bruto ( PDB). . Mirisnya, negara kita hanya mengeluarkan sekitar 0,08 % tahun 2015 dan bertambah 0,2% tahun 2016 !

Pada tahun 2016, Indonesia meraih PDB sekitar 12.406,8 Trilyun. Kemenristekdikti mendapatkan anggaran 39,66 Trilyun dan menjadi 40,76 trilyun pada Anggaran Pendapatan & Belanja Negara Perubahan ( APBNP ) tahun 2017. Merujuk pada data anggaran Kementrian Keuangan, tentu ini masih sangat kecil.

Berdasarkan data yang di tampilkan Bank Dunia pada tahun 2015, Amerika yang tentu saja di jadikan kiblat dunia dalam inovasi teknologi, mengucurkan 2,81 % ( PDB USD 17,9 Trilyun ) , Jerman 2,85 % ( PDB USD 3,3 Trilyun ), dan tertinggi negara Korea Selatan dengan 4,15 %. ( PDB USD 1,3 Trilyun ). Kita bisa bayangkan berapa ratus triliun yang di kucurkan oleh negara tersebut dalam anggaran riset.

Kesimpulannya tentu saja, pemerintah harus mengintervensi kebijakan anggaran yang lebih berfokus pada pendidikan dan TIK. Keberpihakan pemerintah tentu harus di ejawantahkan dalam bentuk perubahan anggaran  pendidikan & Ristek  yang setiap tahun harus menjadi prioritas utama, paling tidak mengacu pada anggaran negara-negara maju diatas, kalau memang  pemerintah serius menjadikan Indonesia raksasa baru ekonomi  baru di dunia industri, yang tentu saja inovasi teknologi sebagai daya ungkitnya.

Sekali lagi, momentum bonus demografi yang akan segera di hadapi bangsa kita harus lebih cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Inilah jembatan solusi terbaik bagi kemajuan bangsa. Apalagi, lompatan daya ungkit TIK sekarang sudah terbukti menjadikan sebuah penduduk di sebuah negara lebih sejahtera. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun