Egocentric hypocrisy: kecenderungan alamiah untuk mengabaikan inkonsistensi. Misalnya inkonsistensi antara kata dan perbuatan atau standar yang kita terapkan pada diri sendiri dan orang lain.Â
Cara Mengoreksinya: secara berkala membandingkan standar yang kita terapkan pada diri sendiri dan orang lain Jika tidak menemukan inkonsistensi dalam pikiran atau perbuatan Anda, bertanyalah apakah Anda sudah menggali lebih dalam atau tidak.Â
Egocentric oversimplification: kecenderungan alamiah untuk mengabaikan kompleksitas masalah dengan memilih pandangan yang sederhana bila kompleksitas itu akan mengubah pendapatnyaÂ
Cara Mengoreksinya: Secara rutin memfokuskan pikiran pada kompleksitas masalah dan secara eksplisit memformulasikannya dalam kata-kata :Jika Anda tidak menemukan bahwa Anda telah menyederhanakan banyak masalah penting, bertanyalah apakah Anda telah benar-benar mengonfrontasikan diri pada kompleksitas dalam masalah yang dihadapi.Â
egocentric blindness:kecenderungan alamiah untuk tidak memperhatikan fakta atau bukti yang berlawanan dengan kepercayaan dan nilainilai yang diyakiniÂ
Cara Mengoreksinya: secara eksplisit mencari fakta dan bukti tersebut. Bila Anda tidak mendapati diri Anda mengalami keresahan dalam mencari fakta dan bukti ini, maka Anda perlu bertanya apakah Anda telah secara serius menanggapi fakta dan bukti ini. Bila Anda dapati bahwa semua kepercayaan-kepercayaan Anda benar sejak awalnya, maka mungkin Anda telah secara canggih "mengelabui diri sendiri.
Dalam konteks keberagaman di Indonesia khususnya berkaitan dengan Agama tentunya penting untuk secara terus menerus melatih diri untuk berpikir positif tentang orang  di luar diri kita. Pada umumnya kita dengan mudah memberikan sebuah kesimpulan, bakhan mengadili orang lain ketika melihat sebuah konten baik berupa gambar atau video di media sosial  tanpa melihat fakta yang sebenarnya. Maka kita perlu open mind, open heart and open will. Kita membuka pikiran kita untuk memahami lebih tentang oranglain. Membuka hati untuk menerima orang lain dalam kondisi apapun meskipun kita berbeda. Membuka tekad atau keinginan untuk berdialog, bertegur sapa agar menghindari salah paham. Untuk itu ada 9 kata kunci dalam moderasi beragama yang harus kita pahami dan hidupi dalam kebersamaan dengan orang lain: kemanusiaan, kemaslahatan,  Adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, penghormatan kepada tradisi.Â
Mari kita jaga negara kita tercinta dengan mengedepankan semangat kebersamaan, menyingkirkan ego sektarian.
Bernadus Jebatu
Guru SMA Santo Antonius Jakarta Timur