JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh: Bernadus Jebatu, S.Ag
Guru SMA Santo Antonius Jakarta
Â
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena atas rahmat dan berkatnya, saya masih diberikan kesehatan dan tetap bahagia sampai saat ini. Terlebih khusus saya masih bisa bertemu dengan teman-teman calon guru penggerak yang hebat, fasilitator yang luar biasa dan pendamping individu yang sangat sabar dan penuh pengertian.
Ketika membaca modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik perasaan yang muncul adalah tertarik. Saya tertarik untuk mencari tahu tentang isi modul ini secara mendalam. Mengapa tertarik? Selama ini pemahaman saya tentang supervise akademik lebih condong ke penilaian atau evaluasi atas kinerja guru oleh kepala sekolah. Selain itu, supervisi akademik hanya untuk memenuhi instrumen yang diminta oleh pemerintah. Hasilnya yang didapatkan dari supervisi akademik tidak maksimal, belum sampai pada tahapan rencana perubahan yang dilakukan.
Dalam modul 2.3 ini, hal menarik yang disampaikan adalah metode coaching dalam supervisi akademik. Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas.
Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Setiap kepala  sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):Â
1) Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru, 2). Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri, 3). Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran. Beberapa prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
- Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
- Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
- Terencana
- Reflektif
- Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
- Berkesinambungan
- Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik
Dalam proses supervisi akademik dilakukan melalui siklus:Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi. Pra-observasi: Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri. Observasi: Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor. Pasca-observasi: Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi.Â
Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan. Lewat kegiatan kolaborasi dengan teman-teman CGP, fasilitator  dalam ruang kolaborasi saya menemukan hal-hal baik dalam proses pembelajaran di kelas. Apalagi ketika diadakan praktek Coaching dengan teman sejawat lebih seru lagi. Selain itu, video-video yang ditampilkan berkaitan pelaksanaan Coaching memberikan insight bagi saya sebagai calon guru penggerak dalam proses pembelajaran di kelas.
Apa kaitan materi ini dengan diri saya sebagai seorang guru penggerak? Bagaimana saya akan menggunakan materi ini untuk murid saya? Materi ini sangat membantu saya sebagai guru dalam melakukan Coaching terhadap para murid di sekolah saya. Berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh para murid bisa terbantu dengan metode Coaching. Tentunya dengan memahami langkah-langkah yang ada dalam coaching, misalnya bagaimana kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, mendengar dengan aktif, kehadiran.Â
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan ketrampilan komunkasi guru dan murid  dengan menggunakan pendekatan coaching. Oleh sebab itu, ada 4 (empat) cara berpikir yang dapat melatih guru (Coach/pamong) untuk menciptakan semangat Tut wuri Handayani dalam setiap perjuampaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran: 1). Coach dan Coachee adalah mitra belajar, 2). Kasih persaudaraan, 3). Emansipasif, 4). Ruang Perjuampaan Pribadi. Selain itu, materi ini sangat berguna bagi saya dalam melakukan Coaching terhadap teman sejawat, khususnya dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H