Mohon tunggu...
Bernard Simamora
Bernard Simamora Mohon Tunggu... Jurnalis - Wiraswasta, dosen, guru, pendiri dan pengelola beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi di Bandung, Pengamat sosial politik dan pendidikan.

Wiraswasta, dosen, guru, pendiri dan pengelola beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi di Bandung, Pengamat sosial politik dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dibalik Melambungnya Harga Daging Sapi

11 Agustus 2015   18:43 Diperbarui: 11 Agustus 2015   18:43 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jenis barang kebutuhan pokok yang tidak dapat ditimbun adalah: beras medium, telur ayam ras, daging ayam ras, kedelai, susu, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, jagung pipi, garam beryodium, gula kristal putih, bawang merah, bawang putih, semua jenis cabe, ikan (ikan bandeng segar, ikan kembung segar, ikan tongkol), obat generik, vaksin, dan LPG 3 kg.

Untuk sedikit membatasi gerak mafia ini, sekaligus sebagai solusi jangka menengah, pemerintah perlu memberikan subsidi atau insentif kepada peternak sapi lokal sehingga produksinya meningkat. Peternak semestinya juga tidak menjual daging sapi dalam bentuk gelondongan kepada tengkulak. Tetapi, dalam bentuk daging segar secara langsung ke pasar. Dengan begitu sehingga kita tidak perlu impor, dan mampu berdaulat daging sapi. Tanpa subsidi dan insentif pada peternak sapi lokal, maka kita akan terus bergantung pada daging sapi impor.

Konsumen juga tidak perlu panik dengan melambungnya harga daging sapi. Sejatinya, masih banyak sumber-sumber protein lainnya yang bisa dikonsumsi menggantikan daging, seperti daging ayam, daging kambing, telur, tempe, tahu, atau mengikuti ajakan ibu Susi Pujiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan, “Ayo makan ikan!”

Bandung, 11 Juli 2015

Bernard Simamora/08122011524

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun