Selain mengadopsi Ultralight Hiking saya juga sudah lama mengadopsi membawa perlengkapan Tentara atau Polisi, terutama ransumnya.
MTP punya Polri ini sangat efektif, selain kandungan kalori dan gizinya, salah satu alasannya adalah praktis memasaknya, sudah ada KLP, BBP, alat makan, dan tidak perlu memasak bebarengan, cukup untuk makan sendiri dan kenyang sampai seharian.
Varian rasanya juga beragam. Ini tentu cocok untuk pendakian gunung di era "new normal" tinggal menunggu kalangan industri saja, mau bergerak untuk melayani konsumen umum diluar militer atau tidak?
“New normal” pendakian gunung ini seharusnya juga disikapi oleh dunia usaha di sektor kegiatan luar ruang seperti Consina, Avtech, Eiger, dan Cosmeed sebagai peluang baru untuk menciptakan gear baru yang bisa dipakai pendaki secara individu.
Syaratnya awet, ringan, ringkas, dan terjangkau harganya. Selain sebagai sebuah peluang usaha, menciptakan alat pendakian perorangan ini juga sebagai sebuah dukungan untuk para konsumennya dalam menghadapi “new normal” pendakian gunung.
Yang menjadi pertanyaan mendasar justru ke para pengelola gunung. Baik pemerintah seperti Balai Taman Nasional maupun para warga masyarakat yang mengelola base camp pendakian.
Apakah mereka sudah siap? Maukah mereka mengurangi kuota pendakian? Mengingat dengan penerapan tenda individual maka tentu space untuk mendirikan tenda akan berkurang.
Lalu bagaimana jika terjadi accident di gunung, siapa yang mau dan berhak menolong atau mengevakuasi? Bagaimana jika yang harus di rescue di gunung menunjukkan gejala terpapar SARS-CoV-2? Apakah perlengkapan seperti APD untuk tim SAR sudah siap?
Selamat Datang di di era baru dunia pendakian gunung.
Selamat bertemu kembali di hutan dan gunung dalam perubahan.
Salam Wildlife.