Setelah tahun 2000 semua orang bisa mengakses semua informasi semua gunung di dunia. Teknologi pendakian gunung pun berkembang pesat. Saya sudah tidak lagi memakai ransel tempur, plastik lembaran dan sarung serta sandal “Swallow” lagi ketika mengunjungi hutan dan gunung.
Saya harus membeli ransel besar minimal kapasitas 65 liter, membawa sleeping bag tebal, sepatu treking yang menutup mata kaki, gaiter, Trangia Cooking Set, bahan bakar, jacket anti badai, tenda dengan rangka alumunium, kompas, GPS, dan seabreg perlengkapan yang membatasi gerak di hutan dan gunung.
Tapi ini semua terpaksa saya lakukan demi keselamatan. Perlengkapan baru pendakian gunung ini juga wajib dibawa buat para wisatawan gunung, para pengunjung gunung dadakan di era jejaring sosial yang belum mendapat pendidikan dan latihan dasar mountaineering.
Para wisatawan gunung ini juga biasa memanfaatkan jasa travel agent yang mampu mengelola perjalanan mereka.
Awal-awal saya mengadopsi “new normal” dunia pendakian gunung ini tentu saja merasa risih dan aneh. Saya kadang naik Sindoro-Sumbing-Prau sekali jalan, hanya membawa tas kecil saja berisi makanan dan minuman, mungkin sama seperti ABG sekarang kalau mau main ke mal. Waktu itu saya sempat nyinyir, "gaya cuma naik Sindoro aja peralatan seperti itu,"
Tapi lama-lama, kerisihan dan keanehan membawa seabreg peralatan baru pendakian gunung ini jadi menjadi kebiasaan. Tidak ada masalah dengan “new normal” ini, karena normalnya mendaki gunung ya seperti ini.
Bukankah dulu kita juga risih dan aneh ketika berkendara diwajibkan memakai safety belt dan helm. Dan sempat menyinyirin yang memakai? Tapi toh sekarang jadi kebiasaan juga.
Di akhir masa-masa Covid-19, setelah kepanikan dunia agak mereda, muncul beberapa wacana “new normal” di dunia, di semua sektor, tidak termasuk dunia pendakian gunung.
Para pemangku kepentingan sedang merumuskan bagaimana “new normal” di kegiatan luar ruang. Namun dari beberapa diskusi dengan para pemandu gunung, pengelola pintu pendakian dan para petugas di kawasan Taman Nasional yang mengelola kawasan gunung, akan ada beberapa yang berubah di kegiatan pendakian gunung.
Salah satu wacananya adalah kegiatan wisata luar ruang perorangan akan segera diizinkan, termasuk pendakian gunung. Keputusan yang membuat bingung ini tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan di berbagai kalangan.
Paling banyak pertanyaan tentu saja dari para pendaki gunung, mengingat salah satu aturan baku mendaki gunung adalah dilakukan minimal oleh 3 orang.