Mohon tunggu...
Bernadyta Anggyta
Bernadyta Anggyta Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Pemula

Hai aku Berna lulusan Ilmu Komunikasi yang berfokus pada bidang media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inilah Cara Mengemas Jurnalisme Multimedia Dengan Baik

7 Maret 2023   11:14 Diperbarui: 7 Maret 2023   12:28 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnalisme multimedia memiliki berbagai jenis elemen. Dari beberapa elemen ini disaat ingin menggunakan lebih dari 1 elemen maka jangan sampai mengulangi topik dari masing-masing elemen.

Hal ini sifatnya, dimasing-masing elemen harus saling melengkapi satu sama lain. Baiknya masing-nasing elemen digunakan dengan cara memaksimalkan kekuatannya.

Saat merencanakan suatu topik, jurnalis harus memilah mana yang perlu dimasukan atau dihilangkan dalam suatu elemen. Jika bagiannya terlalu panjang maka akan menambah kerumitan dan akhirnya tidak terbaca.

Jurnalisme multimedia terus berkembang karena mulai banyak jurnalis yang mengembangkannya. Jurnalisme multimedia juga membuka alat dan teknik digital baru.

oip-3-6406cb574addee115f25cce8.jpeg
oip-3-6406cb574addee115f25cce8.jpeg
Jurnalisme multimedia  merupakan produk konten berita yang menjadi sejarah baru pada era tahun 2000-an. Kemunculannya disebabkan oleh  banyak elemen penyebab di media online, yaitu:
  • inovasi teknologi, 
  • jurnalis foto, 
  • organisasi bisnis media, 
  • khalayak, dan 
  • kondisi politik, ekonomi, sosial, serta budaya.

Masing-masing elemen memberikan kekuatannya sendiri dan saling berkaitan.

Wartawan memiliki intepretasi yang luas untuk menunjukan hilangnya kendali yang mengganggu pengamatan. Masyarakat akan tertarik perhatiannya dengan menjaga alur dan tidak berlebihan.

download-6406cb424addee115f25cce6.jpeg
download-6406cb424addee115f25cce6.jpeg
Adanya jurnalisme multimedia ini membuat wartawan harus belajar untuk menyesuaikan lagi karena berbeda dengan jurnalisme multimedia lama. Karena perbedaan konten yang di rancang dan disebarkan di masyarakat.

Hal ini terjadi disaat perkembangan online mulai muncul dan wartawan bisa dengan lebih leluasa untuk membuat atau mengemas konten lebih menarik tetapi tidak keluar dari konteks atau aturan yang sudah ada.

Jurnalisme multimedia awalnya mengarah terhadap beberapa hal seperti :

  • Fotografi
  • Videografi
  • Audio

Serta konten lain yg bukan menggunakan teks.

Keterampilan multimedia ini tercantum dalam iklan pekerjaan yang mencakup pengembangan web hingga videografer.

Uniknya tidak semua jurnalis menganggap istilah multimedia ini harus di pakai. Eric Meierson seorang produser di MediaStorm sejak 2006 tidak menggukakan kata multimedia.

oip-4-6406cacd3788d4288a453db2.jpeg
oip-4-6406cacd3788d4288a453db2.jpeg
Adanya proyek besar yang memicu adanya diskusi tentang kemajuan multimedia dengan banyak elemen didalamnya. Memproduksi konten multimedia tidak boleh melupakan dasar konten media yaitu tentang pola pikir dan keterampilan.

Jurnalis harus mampu menyederhanakan sebuah berita yang layak dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.

Hal ini juga memudahkan masyakarat akibat banyak elemen yang bisa dibaca, didengar, dan diucapakan supaya masyarkat mampu dengan rata mengerti apa yang ingin disampaikan oleh jurnalis.

Membantu kaum berkebutuhan khusus juga seperti contoh audio/podcast membantu orang yang menyandang kebutuhan khusus maka dapat mendengarkan suara.

cara-bantu-orang-buta-5-678x381-6406cafd08a8b5138a3143e2.jpg
cara-bantu-orang-buta-5-678x381-6406cafd08a8b5138a3143e2.jpg
Multimedia biasanya menyediakan opsi untuk menavigasi cerita. Pilihan kontenya sangat fleksibel, tidak seperti berita cetak atau siaran.  Kita dapat melompat ke bagian mana saja yang kita inginkan.

print-media-online-cie-6406cb353788d444a64285e2.jpg
print-media-online-cie-6406cb353788d444a64285e2.jpg
Perbedaan sudut pandang dengan tema yang sama di berbagai elemen akan membuat masyarakat lebih tertarik dan penasaran untuk melihat. Namun, peristiwa dan situasi dalam kehidupan nyata selalu dilihat secara berbeda oleh orang yang berbeda

Cerita multimedia menawarkan kesempatan kepada para jurnalis untuk menunjukkan berbagai sisi cerita secara paralel, berlapis, disandingkan. Akan tetapi hal ini tidak perlu berlebihan karena menampakkan kesan yang bertele-tele.

Diharapkan jurnalis paham akan jurnalisme multimedia untuk mampu menggaet masyarakat supaya terupdate oleh sebuah berita yang mungkin penting bagi mereka.

qndbjqdj-6406cb293788d442e4349912.png
qndbjqdj-6406cb293788d442e4349912.png
Masyarakat dapat mengandalkan pemberitaan dengan jurnalisme multimedia supaya lebih terarah. Jurnalisme multimedia juga dikemas untuk mempermudah masyarakat.

Penilaian Jurnalistik juga tetap di perlukan yang menjaga ketertiban adanya persediaan organisaisi untuk para wartawan.

oip-2-6406cade3788d4365d29fdb2.jpeg
oip-2-6406cade3788d4365d29fdb2.jpeg
Tidak ada batasan di kalangan jurnalis tentang apa arti multimedia, tetapi bagaimana penggunakan kata multimedia ini masih bisa di gunakan untuk masing-masing orang.

Jurnalisme multimedia mulai berkembang baik di era digital ini dengan mudahnya masyarakat mengakses untuk kepentingan mereka. Hal ini dapat dilihat bahwa perkembangan jurnalisme bagus dan sangat pesat terutama di Indonesia.

Akses penjelasan lainnya melalui:

Link Tread Twitter

Link Video 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun