Langit yang cerah seolah mendukung untuk mencuri waktu berwisata disela perjalanan kerja
Saya tidak menyesal karena tidak mengunjungi pulau Komodo, tapi kalau sampai danau tiga warna Kelimutu ini terlewat, duh...
tapi tidak duh....
karena saya berhasil ke danau Kelimutu !
Tanpa pikir panjang dan seperti tersihir kata “Flores” saya langsung jawab : I do I do I do.. I want to ! Sakit kepala saya hilang seketika ketika membayangkan pantai dan keindahan alam pulau itu. dan malah bukan membayangkan bagaimana saya akan melakukan pekerjaan saya di Flores.
Saya pikir, next week itu 7 hari sejak tanggal terima tawaran ke Flores… ternyata … menurut tanggal yang tertulis di tiket pesawat, saya harus naik pesawat yang berangkat Minggu, 30 Agustus, jam 5.45.Hanya satu hari lagi!. Dengan persiapan yang sangat singkat, berangkatlah saya hari Minggu dari Bogor menggunakan bis DAMRI jam 03.00 pagi dan langsung check in di terminal 1B.
Penerbangan saya pertama kali ini menggunakan rute Jakarta – Maumere. Saya sebut "kali ini", karena saya yakin akan ada lagi kunjungan ke Flores yang berikutnya dan berikutnya lagi. Pesawat berangkat tepat waktu dan transit di Bali dan kemudian penerbangan dilanjutkan dengan menggunakan pesawat kecil. Sebelumnya saya tidak tahu bahwa semua penerbangan ke Flores hanya menggunakan pesawat kecil. Nama maskapai NAM air pun saya baru tahu ketika mau naik ke pesawat.
Hanya pesawat kecil seperti ini yang beroperasi untuk penerbangan ke bandara manapun di pulau Flores
Kurang lebih pukul 11.20 WITA, saya sampai di bandara Frans Seda, Maumere, Flores. Panas matahari yang galak tidak membuat saya marah karena pemandangan laut Flores dari bandara terlihat begitu sejuk menghibur. Saya baru terkejut ketika keluar dari bandara dan dikerubuti oleh para supir/ pemandu wisata. Lebih tidak nyaman lagi karena mereka terkesan agresif seperti memaksa. Mereka menawarkan jasa angkutan menuju obyek wisata di Flores atau sekedar mengantar ke penginapan. Karena keindahan Flores yang semakin dikenal sehingga makin banyak orang yang datang ke Flores dan makin banyak juga orang disana yang beralih profesi menjadi pemandu wisata.
Perjalanan saya sudah diatur sebelumnya sehingga saya bisa menjawab “sudah ada yang menjemput”. Tetapi itu belum membebaskan saya. Masih ada satu dua orang yang mendekat dan terus bertanya dimana saya menginap, kemana saya akan pergi dan sebagainya. Sejujurnya, agak seram berada diantara laki laki hitam berambut keriting yang bahasanya sama sekali tidak bisa saya tangkap artinya. Belum lagi nada bicara yang tinggi seperti marah dan berkesan berisik. Untunglah rekan saya di Flores segera datang menjemput.
Dari dia saya kemudian tahu, memang begitu gaya dan cara berbicara orang Flores, bukan marah bukan tidak senang. Justru orang Flores ini amat senang menyambut tamu dan bersikap amat bersahabat. Ya betul seperti yang dia katakan, selama 9 hari di Flores saya menerima keramahan yang luar biasa dari penduduk Flores.
Saya memang datang ke Flores dalam rangka kerja yang menyenangkan karena pekerjaannya mengharuskan saya mendatangi semua kabupaten yang ada di pulau ini. Dalam bayangan saya ketika menerima tawaran kerja ini adalah menjelajahi Flores dan mendatangi semua obyek wisata yang ada Tetapi, setelah berhitung tentang batas waktu yang hanya 9 hari ditambah dengan banyaknya tugas dan belum lagi jarak antara satu kabupaten ke kabupaten lainnya, nampaknya tidak ada waktu untuk saya menikmati perjalanan ini. Saya berpikir keras bagaimana dan kapan saya bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengunjungi begitu tempat - tempat menarik di pulau Flores ini.
Pada akhirnya… saya bisa menyelesaikan tugas mengunjungi 20 desa yang tersebar dari ujung barat Flores yaitu Larantuka sampai ke Ruteng di wilayah Timur dan tentu saja tak telewatkan mengunjungi danau Kelimutu dan beberapa tempat indah lainnya dan juga menikmati maskan ikan kuah asam khas Flores.
Kuah ikan asam ini rasanya lebih mantap jika ditambah irisan cabe rawit
Pemandangan yang indah di sepanjang jalur trans utara Flores
Kopi, kakao dan kemiri hampir selalu ada di setiap daerah di Flores
selalu berfoto bersama dengan kepala desa dan aparat desa yang saya kunjungi, penting sebagai bukti kunjungan kerja
bertemu langsung dengan anak Flores asli...mata mereka sungguh indah
Sungguh nikmat minum kopi yang pohonnya ada di dekat kita, perlu mesin pengolah kopi, mama Gaby dan penduduk di Flores biasa menumbuk dan membuat kopi secara tradisional untuk dikonsumsi sendiri
Tanggal 8 September 2015 saya meninggalkan Flores melalui bandara yang sama di Maumere. Saya check in awal untuk bisa minta kursi no 7 A karena ada yang menyebut tempat duduk ini paling strategis. Benar, kemudian dari pesawat saya bisa melihat jelas Flores dan menandai dengan yakin, tempat tempat yang kemarin baru saja saya datangi.
Gunung Inerie, Gunung Ebulobo, Larantuka, Kelimutu, desa Bena… semua seperti bisa saya lihat dengan jelas. Bahkan saya amat yakin ..melihat rumah mama Gaby di desa Liakutu.. saya melihat bale bambu di depan rumahnya….disitu saya duduk dan pertama kali mencicipi kopi alami yang tidak melalaui proses mesin pengolah kopi. Kopi hasil alam dan tangan mama Gaby.
Mama Gaby, suatu saat saya akan kembali datang ke Liakutu, duduk lagi minum kopi di bale depan rumahmu....
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini catatan yang saya buat untuk diri sendiri karena yakin akan ada lagi pekerjaan yang menghantar saya ke tempat yang indah. Yang membuat kegalauan bagaimana mencuri waktu kerja untuk bisa berwisata…
1. Membuat daftar tempat yang menarik untuk dikunjungi. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah kan?
2. Menentukan prioritas tempat yang ingin dan bisa dikunjungi – disesuaikan dengan jadwal dan waktu untuk melakukan pekerjaan .
3. Buat daftar gabungan antara jadwal pekerjaan dan agenda jalan-jalan. Termasuk di dalam jadwal tersebut adalah berapa lama bisa berada di tempat wisata.
4. Cari data yang lengkap tentang tempat yang akan dikunjungi :
- dimana lokasi tepatnya - tidak buang waktu mencari lokasinya.
- adakah waktu kunjungan khusus/ waktu beroperasi – pas udah sampai..eh..ternyata tutup.
- bagaimana cara tercepat mencapai lokasi tersebut – daripada waktu habis di perjalanan kan lebih baik untuk berlama lama di tempat yang indah.
- apa hal khusus dari tempat wisata tersebut yang tidak boleh dilewatkan.
5. Kalau dititipi oleh-oleh makanan , tentukan apakah perlu mendatangi tempat membelinya. Jika tidak, pikirkan siapa yang bisa dititipi membeli oleh-oleh makanan itu. Seorang satpam atau petugas lain di hotel tentu akan senang mendapatkan tips untuk tugas membeli oleh oleh. Atau cek jasa delivery ?
6. Terakhir dan terpenting adalah menepati jadwal yang sudah dibuat agar walaupun disela jalan-jalan, pekerjaan tetap tuntas.
Kalau tentang selfie di setiap tempat wisata yang dikunjungi ? tidak perlu diingatkan lagi ya…
Satu hal yang amat penting kalau akan mengunjungi Flores- dan masih mau menghubungi keluarga atau merasa harus update status di sosmed (ah…seringkali menghubungi keluarga adalah masalah ‘kemauan’ , sedangkan update status adalah sebuah ‘keharusan’), hanya ada satu operator selular yang beroperasi.
Saya sendiri merasakan sedikit kerepotan karena sampai di Maumere saya tidak bisa lansgung melaukan kebiasan mengontak anak-anak, karena sim card yang biasa saya gunakan langsung tidak bersinyal. Toko di bandara di sana ? Hanya ada 2 toko dan kebetulan tidak menjual sim card yang saya cari.
Lain kali, sim card tersebut sudah harus siap sebelumnya...
Lain kali, saya akan lebih pintar lagi mencuri berwisata disela waktu bekerja....
Menyiapkan tulisan sebagai warisan / 110615
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H