Wanita tua masih mengandalkan cuaca
Memilah mana waktu yang baik dan percuma
Menimang segala saran meski harus membendungnya di mana
Bisa saja Ia acuh lalu tak menerima
Seuntai tali yang menopang hidupnya
Tetap Ia berjalan demi sekantong peluh yang mengucur
Senyum tulus juga terlihat pada punggungnya
Bahkan Ia tak peduli dandanannya akan luntur
Banyak keluh yang Ia dapat
Rugi pun mengguncang isi dompetnya
Masih bisakah Ia mengangkat hidup di tempat?
Perlukah wanita tua itu mengadu sangat berat?
Barisan demi barisan kain warna-warni
Menunggu matahari menghisap basah sabun itu
Meniup sial tanpa menangis
Menghitung yang bukan miliknya dengan dahi berkerut
Besi yang memeluk karat masih Ia sayang
Plastikpun memilih tidak rusak untuk menemaninya
Bertemanlah pada wewangi layaknya bunga melati
Dan menarilah bersama nota-nota putih kuning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H