Mohon tunggu...
Bernadetha Melarosa
Bernadetha Melarosa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan SIKIA Universitas Airlangga 2022

Saya hobi membaca dan menulis. Selain suka membaca buku dan novel, saya juga suka mendengarkan musik, bernyanyi, dan memainkan beberapa alat musik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Potensi Kopi Lanang (Coffea canephora) Sebagai Studi Awal Pengobatan Penyakit Anemia Berdasarkan Jumlah Sel Darah Merah Mencit (Mus musculus)

17 Desember 2024   21:34 Diperbarui: 17 Desember 2024   22:41 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Dhenatra Rifqy Prasetyo, Melina Martupauli Sinaga, Aufa Hilma Sabrina, Bernadetha Melarosa Dwi Asmi, Akbar Dimas Herdiansyah, Erliza Kusuma Pratiwi

Mahasiswa Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam, Universitas Airlangga, Banyuwangi, Indonesia

ABSTRAK

Salah satu contoh kopi robusta yaitu kopi lanang dikenal memiliki senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan seperti polifenol dan flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Flavonoid telah terbukti berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah dan memperbaiki fungsi sistem peredaran darah. penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana konsumsi kopi lanang berdampak pada jumlah sel darah merah mencit Mus musculus, yang digunakan sebagai model hewan. Terdapat empat kelompok perlakuan yang diberikan infusum kopi lanang, yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan 5% kopi lanang, dan kelompok perlakuan 20% kopi lanang. Perlakuan dilakukan 7 hari, setelah itu diinduksi anemia dengan fenilhidrazin, yang terdapat kesalahan pemberian dosis (yang seharusnya diinjeksi 0,08 ml, tetapi kenyataannya diinjeksi 0,25 ml). Secara keseluruhan, kopi lanang dosis rendah (5%) tidak menunjukkan efek toksik terhadap sel darah merah dan berpotensi aman untuk studi awal. Namun, kombinasi kopi lanang dosis tinggi (20%) dan fenilhidrazin dalam dosis berlebihan menghasilkan kerusakan eritrosit yang sangat signifikan, memperparah kondisi anemia. 

Kata kunci: anemia, fenilhidrazin, mencit, infusum kopi lanang

PENDAHULUAN

Kopi merupakan komoditas perkebunan dengan nilai pasar relatif besar dibandingkan dengan tanaman perkebunan. Indonesia adalah produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah negara Brazil, Vietnam, dan Kolombia, dengan produksi kopi menyumbang sekitar 67% dari total keseluruhan. Kopi Arabika (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) adalah dua jenis kopi utama yang dibudidayakan di Indonesia. Kabupaten Banyuwangi sendiri terkenal sebagai kampung kopi dengan produksi 4.135 ton biji kopi. Jumlah produksi kopi ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya perkebunan kopi rakyat. Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, yang memiliki rasa sedikit asam, kopi Robusta memiliki rasa yang pahit dan lebih kuat. 

Diketahui bahwa biji kopi robusta mengandung berbagai senyawa bioaktif penting, antara lain alkaloid, tanin, saponin, dan polifenol. Di antara senyawa polifenol yang terdapat dalam kopi, asam klorogenat dan asam kafenat merupakan dua senyawa yang paling dominan. Secara khusus, jumlah asam klorogenat dapat mencapai hingga 90% dari total kandungan fenol yang ada dalam biji kopi. Dalam hal ini, biji kopi robusta mengandung asam klorogenat sekitar 9,0 gram untuk setiap 100 gram biji kopi. Selain itu, biji kopi robusta juga secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatile, termasuk aldehida, furfural, keton, alkohol, ester asam format, dan asam asetat. Selain senyawa volatile tersebut, biji kopi juga kaya akan kafein, senyawa fenolik lainnya, trigonelline, serta asam klorogenik yang telah dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba yang signifikan.

Tubuh sangat membutuhkan antioksidan karena merupakan bahan kimia yang berfungsi sebagai donor elektron dan memberikan salah satu elektronnya sedemikian rupa sehingga ada elektron dalam senyawa oksidan. Dengan demikian, antioksidan dapat menghambat proses oksidasi yang berpotensi merusak jaringan tubuh. Antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk melindungi efek berbahaya dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan seluler. Aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta yang ditanam dengan perkawinan silang di daerah Banyuwangi sangat menarik perhatian karena memiliki 4 jenis hibridisasi yang berbeda. Jenis-jenis hibridisasi ini meliputi kopi robusta konoga, kopi robusta Togosari, kopi robusta Kleres, dan kopi robusta Lanang. Kandungan antioksidan yang beragam dari hibridisasi ini dapat meningkatkan kualitas biji kopi dan memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar bagi petani. 

Salah satu masalah kesehatan yang paling umum di dunia adalah anemia, yang ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah, yang dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan masalah kesehatan lainnya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit dalam tubuh lebih rendah dari normal, sehingga membatasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dengan jaringan. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan nutrisi, infeksi, dan penyakit kronis. Di Indonesia, prevalensi anemia, terutama di kalangan wanita dan anak-anak, menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Kopi robusta dikenal memiliki senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan. Menurut penelitian sebelumnya, biji kopi robusta mengandung polifenol dan flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Flavonoid, khususnya, telah terbukti berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah dan memperbaiki fungsi sistem peredaran darah. Oleh karena itu, eksplorasi lebih lanjut mengenai potensi kopi lanang sebagai sumber pengobatan untuk anemia sangat relevan. Seperti yang telah disebutkan bahwa kopi lanang juga kaya akan asam klorogenat, yang diketahui memiliki sifat antioksidan dan dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan darah. 

Dengan mempertimbangkan potensi ini, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana konsumsi kopi lanang berdampak pada jumlah sel darah merah mencit Mus musculus, yang digunakan sebagai model hewan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui potensi kopi lanang (Coffea canephora) sebagai studi awal pengobatan penyakit anemia berdasarkan jumlah sel darah merah pada mencit (Mus musculus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghitungan sel darah merah sebagai parameter utama untuk menilai efek terapi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), di mana perlakuan yang berbeda dalam dosis ekstrak kopi lanang diberikan pada mencit, dan hasilnya dibandingkan dengan kontrol untuk menentukan efektivitas pengobatan.

Hewan Coba

Dalam penelitian ini, metode purposive sampling digunakan untuk menguji dua puluh mencit (Mus musculus), masing-masing diuji untuk mengetahui apakah kopi lanang dapat membantu meningkatkan jumlah sel darah merah pada mencit yang mengalami anemia. Menguji total 8 mencit dengan setiap perlakuan yang dilakukan selama 7 hari dan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan. Mencit yang digunakan dalam penelitian dalam kondisi sehat, aktif, dan memiliki mata jernih. Mencit berjenis kelamin jantan sesuai dengan kebutuhan penelitian serta usia mencit dewasa atau sesuai standar percobaan. 

Infusum dan Pemberian Kopi Lanang

Seduhan kopi lanang (Coffea canephora) yang digunakan sebagai alternatif dalam pengobatan anemia dibuat dengan menambah air yang telah dipanaskan hingga 92C, yang berat bubuk dan volume airnya telah disesuaikan dengan perhitungan dosis untuk perlakuan hewan coba, dan kemudian disaring. Dosis kopi lanang yang diterapkan adalah 5% dan 20%. Pemberian dosis pada mencit dalam penelitian ini menggunakan tabel perbandingan luas tubuh hewan coba dengan manusia, dimana dosis mencit dengan berat badan 20 gram adalah 0,0026 dosis manusia. 

Perlakuan

Mencit yang diberikan infusum kopi lanang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, yaitu:

  1. Kelompok kontrol positif: Kontrol positif merujuk pada mencit kelompok perlakuan yang dibuat anemia. Perlakuan ini digunakan sebagai acuan untuk membandingkan efektivitas dosis kopi lanang. Kontrol positif yang hanya diinjeksi fenilhidrazin.

  2. Kelompok kontrol negatif: : Kontrol negatif adalah mencit dengan kelompok perlakuan yang tidak menerima perlakuan apapun, yang berfungsi untuk mengidentifikasi perbedaan efek antara kelompok yang diobati dan yang tidak diobati. Kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan

  3. Kelompok konsentrasi 5% kopi lanang (5 g kopi dan 95 ml air). Kelompok perlakuan P1 (pemberian kopi lanang dosis 5% tanpa injeksi fenilhidrazin) 

  4. Kelompok konsentrasi 20% kopi lanang (20 g kopi dan 80 ml air). Kelompok perlakuan P2 (pemberian kopi lanang dosis 20% dan injeksi fenilhidrazin sebanyak 0,08 ml)

Sebelum mencit diberikan seduhan kopi, mencit pada kelompok perlakuan ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu, seduhan kopi lanang diberikan peroral melalui sonde yang dilakukan rutin selama 7 hari.

Setelah 7 hari, mencit diinduksi anemia dengan injeksi fenilhidrazin dengan dosis pemberian 0,08 ml untuk mengetahui apakah infusum kopi lanang yang diberikan memberikan pengaruh pada jumlah ertitrosit atau sel darah merah pada mencit. Sampel darah diambil melalui vena orbitalis dengan menggunakan pipet kapiler setelah hari ke-7 perlakuan. Darah yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam tabung EDTA untuk mencegah koagulasi sebelum diuji. Sampel darah dianalisis menggunakan hematoanalyzer otomatis untuk mengukur jumlah sel darah merah (RBC), kadar hemoglobin (Hb), dan hematokrit (HCT). Hematoanalyzer juga mengukur parameter lain seperti MCV (Mean Corpuscular Volume), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), dan RDW (Red Cell Distribution Width). Pengumpulan data hematologis mengenai jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin diukur menggunakan hematoanalyzer. Instrumen pengumpulan data hematoanalyzer digunakan untuk menganalisis sampel darah. Data yang diperoleh akan direkam dan dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik yang dianalisis dengan metode deskriptif untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak kopi lanang terhadap jumlah sel darah merah (RBC) mencit yang diinduksi dengan fenilhidrazin sebagai agen hemolitik. Empat kelompok perlakuan digunakan dalam penelitian ini, yaitu kontrol negatif (tanpa perlakuan), kontrol positif (diberikan fenilhidrazin), P1 (kopi lanang dosis 5% tanpa fenilhidrazin), dan P2 (kopi lanang dosis 20% dengan fenilhidrazin). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi jumlah RBC di antara kelompok perlakuan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam hematoanlyzer, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah sel darah merah (RBC) pada kelompok perlakuan, yang mencerminkan pengaruh dosis kopi lanang dan injeksi fenilhidrazin terhadap kondisi fisiologis mencit. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara pemberian kopi lanang dengan dosis tertentu dan induksi anemia hemolitik menggunakan fenilhidrazin.

Pada kelompok kontrol negatif, jumlah RBC sebesar 9,17 10/L menunjukkan kondisi baseline alami mencit yang sehat tanpa perlakuan apapun. Angka ini merepresentasikan produksi sel darah merah yang optimal, di mana proses hematopoiesis berlangsung normal dan sel darah merah tidak mengalami gangguan atau kerusakan. Kondisi ini menjadi acuan untuk mengevaluasi kelompok perlakuan lainnya. Kelompok kontrol positif, yang hanya diinjeksi dengan fenilhidrazin, mengalami penurunan jumlah RBC menjadi 6,23 10/L. Fenilhidrazin merupakan agen hemolitik yang dikenal mampu merusak membran sel darah merah melalui proses oksidasi hemoglobin, yang akhirnya menyebabkan anemia hemolitik. Mekanisme ini terjadi karena fenilhidrazin meningkatkan stres oksidatif yang mempercepat lisis sel darah merah, sehingga jumlah eritrosit menurun secara signifikan. Penurunan ini menunjukkan bahwa induksi hemolisis dengan fenilhidrazin berhasil dilakukan sebagai model anemia hemolitik dalam penelitian ini.

Pada kelompok P1, yang diberikan kopi lanang dosis 5% tanpa injeksi fenilhidrazin, jumlah RBC tercatat sebesar 8,26 10/L. Meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan kontrol negatif, nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk mencit. Hal ini menunjukkan bahwa dosis kopi lanang 5% tidak menimbulkan efek toksik yang signifikan terhadap produksi atau pemeliharaan sel darah merah. Penurunan kecil ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh senyawa aktif dalam kopi, seperti kafein dan polifenol, yang dalam konsentrasi rendah dapat meningkatkan metabolisme tubuh atau memicu sedikit stres oksidatif, tetapi masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh mencit. Oleh karena itu, pemberian kopi lanang dosis rendah cenderung aman dan tidak menyebabkan anemia atau kerusakan eritrosit.

Perbedaan respons antara P1 dan P2 menegaskan adanya hubungan dosis-respons dalam efek pemberian kopi lanang. Pada dosis rendah (5%), kopi lanang masih dapat ditoleransi oleh tubuh mencit dan tidak menyebabkan efek toksik yang berarti. Namun, pada dosis tinggi (20%), kopi lanang menunjukkan sifat toksik yang signifikan, terutama ketika tubuh sudah berada dalam kondisi anemia hemolitik akibat fenilhidrazin. Penurunan drastis jumlah RBC pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa kopi lanang dosis tinggi dapat memperburuk kondisi anemia dan berpotensi menyebabkan efek negatif serius terhadap sistem hematologi.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kopi lanang memiliki efek yang bergantung pada dosis terhadap sel darah merah. Dosis rendah (5%) relatif aman, sedangkan dosis tinggi (20%) memiliki efek toksik yang memperparah anemia hemolitik yang diinduksi oleh fenilhidrazin. Oleh karena itu, konsumsi kopi lanang dalam dosis tinggi harus diwaspadai, terutama pada individu yang sudah memiliki kondisi anemia atau gangguan hematologi lainnya. Untuk memahami lebih mendalam mekanisme toksisitas kopi lanang, penelitian lanjutan diperlukan, seperti analisis parameter hematologi lainnya (hemoglobin, hematokrit), pengukuran kadar stres oksidatif, serta evaluasi histopatologi sumsum tulang untuk menilai dampaknya terhadap proses hematopoiesis.

Namun, pada kelompok P2, pemberian kopi lanang dosis 20% dengan injeksi fenilhidrazin menghasilkan penurunan RBC yang sangat drastis hingga 0,01 10/L. Penurunan ini menunjukkan adanya efek sinergis negatif antara kopi lanang dosis tinggi dan fenilhidrazin yang memperparah kondisi anemia hemolitik. Fenilhidrazin meningkatkan stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan membran sel darah merah, sedangkan kopi lanang dosis tinggi dapat memperparah kondisi ini dengan menambah beban toksik pada tubuh mencit. Namun, perlu dicatat bahwa jika darah yang diambil terlalu sedikit pada kelompok P2, hal ini dapat memengaruhi pembacaan pada hematoanalyzer. Hematoanalyzer bekerja dengan prinsip menghitung jumlah sel darah dalam volume darah tertentu secara otomatis. Karena hematoanalyzer mengandalkan sampel dalam volume spesifik, sampel darah yang terlalu sedikit dapat menyebabkan perhitungan yang tidak akurat. Jumlah RBC yang sebenarnya mungkin lebih tinggi, tetapi karena volume sampel yang kurang, mesin akan memberikan hasil yang underestimated. Kondisi ini penting diperhatikan terutama untuk kelompok P2, di mana jumlah RBC tercatat sangat rendah (0,01 10/L). Penurunan drastis ini memang dapat disebabkan oleh efek sinergis toksik antara fenilhidrazin dan kopi lanang dosis tinggi. Akan tetapi, jika pengambilan sampel darah tidak mencukupi, maka hasil pengukuran pada hematoanalyzer dapat menjadi bias atau tidak valid. Dengan kata lain, volume sampel yang terlalu sedikit dapat memperparah kesan bahwa jumlah RBC lebih rendah dari nilai sebenarnya.

Dosis fenilhidrazin yang diberikan juga harus lebih diperhatikan. Pada penelitian ini terjadi kesalahan pemberian dosis fenilhidrazin yang seharusnya diberikan 0,08 ml tetapi yang diinjeksikan pada kenyataannya yaitu sebesar 0,25 ml. Karena kesalahan dosis fenilhidrazin yang digunakan adalah 3 kali lipat dari dosis yang seharusnya, maka hal ini dapat memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil penelitian. Fenilhidrazin dikenal sebagai agen hemolitik kuat yang bekerja dengan cara merusak hemoglobin melalui proses oksidasi dan merusak membran eritrosit, sehingga sel darah merah mengalami hemolisis. Dengan dosis yang berlebihan, seperti 3 kali lipat dari dosis standar, dampak yang ditimbulkan akan jauh lebih parah, di antaranya:

  1. Hemolisis Masif

Peningkatan signifikan dalam jumlah sel darah merah yang pecah akan menyebabkan penurunan tajam jumlah RBC. Fenomena ini terlihat jelas pada kelompok P2 dengan jumlah RBC hanya 0,01 10/L, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh dosis fenilhidrazin yang sangat tinggi.

  1. Stres Oksidatif Ekstrem

Dosis fenilhidrazin yang terlalu tinggi akan meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh, memicu stres oksidatif yang lebih berat. Stres oksidatif ini tidak hanya merusak sel darah merah, tetapi juga memengaruhi organ vital seperti hati dan ginjal, yang berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi tubuh.

  1. Gangguan Hematopoiesis

Hemolisis masif yang terjadi dalam waktu singkat dapat memberikan sinyal pada sumsum tulang untuk meningkatkan produksi eritrosit (kompensasi). Namun, dengan adanya efek toksik dari fenilhidrazin yang berlebihan, proses hematopoiesis dapat terganggu sehingga sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai.

KESIMPULAN

Pemberian seduhan kopi lanang (Coffea canephora) pada dosis rendah (5%) terbukti aman dan tidak memberikan efek toksik signifikan, tetapi tidak juga memberi efek signifikan dalam meningkatkan jumlah sel darah merah (RBC) pada mencit (Mus musculus), dengan hasil yang tidak berbeda jauh dengan kontrol negatif. Sebaliknya, dosis tinggi kopi lanang (20%) yang diberikan bersamaan dengan fenilhidrazin berlebih menyebabkan penurunan drastis jumlah sel darah merah akibat stres oksidatif yang meningkat, serta pengambilan sampel darah yang tidak mencukupi dapat memengaruhi akurasi pembacaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 5% aman untuk penelitian lebih lanjut, namun dosis tinggi bersama fenilhidrazin dapat memperburuk anemia, yang perlu perhatian lebih dalam penelitian lanjutan. Namun perlu perhatian lebih terhadap dosis dan prosedur penelitian yang tepat untuk menghindari efek samping. Penelitian lanjutan disarankan untuk mengeksplorasi dosis yang lebih variatif, memperbaiki teknik pengambilan sampel, dan menambahkan parameter hematologi lainnya guna memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai efek kopi lanang terhadap anemia.

 

 DAFTAR PUSTAKA

  1. Setyarini, E., Kuswahyuliawan, E., Hermayanti, D., & Sidharta, B. (2023). Pengaruh Pemberian Ekstrak Okra (Abelmoschus Esculentus) terhadap Peningkatan Eritrosit dan Hemoglobin (Hb) Darah Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Anemia yang Diinduksi Natrium Nitrit (NaNO2) (Vol. 4, Issue 3).

  2. Amalia, R. A. (2020). PERBEDAAN HASIL HITUNG JUMLAH ERITROSIT MENGGUNAKAN LARUTAN HAYEM DAN LARUTAN GOWER (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

  3. Yanuartono, Y., Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., Indarjulianto, S., & Raharjo, S. (2019). Recombinant Human Erythropoietin: Manfaat dalam Bidang Kedokteran. Jurnal Sain Veteriner, 37(1), 49.

  4. Wijayanti, T. R. A., & Retnaningsih, R. (2023). The Effectiveness of Roselle Kombucha Tea in Increasing Haemoglobin Levels Mice (Mus musculus) With Anaemic. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 9(2), 90-95.

  5. Kristiana, A. S., & Prastiwi, E. D. (2019). Efektivitas Seduhan Teh Rosela Kering Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Remaja Putri Di Kota Malang. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan, 6(1), 6-12.

  6. Prez, M., & Silva, D. (2021). "Premium pricing strategies in peaberry coffee: A global perspective." Global Coffee Market Review,

  7. Carter, D. B., & Liu, Z. (2021). Genetic insights into the evolution of the house mouse. Nature Reviews Genetics, 22(9), 566-579. https://doi.org/10.1038/s41576-021-00332-7

  8. Ribeiro, A., et al. (2021) "Flavonoid content and antioxidant activity in Coffea canephora: Implications for health benefits." Journal of Agricultural and Food Chemistry,

  9. Gomes, F., et al. (2021) "Effects of Coffea canephora peaberry extract on erythropoiesis in animal models." Journal of Coffee Research.

  10. Silva, J., & Prez, M. (2022) "The impact of flavonoids from Coffea canephora on blood health and erythropoiesis." Journal of Functional Foods.

  11. Marti, J. (2021) "Health benefits of robusta coffee: Beyond the caffeine." International Journal of Coffee and Health.

  12. Adawiyah, R. A., Handoyo, D. L. Y., Soka, B. G., Atiqah, S. N., & Susanto, F. H. (2023). Pengaruh Temperature Roasting Biji Kopi Robusta (Coffea caneophora Pierre) Terhadap Nilai IC50. Jurnal Farmasi Ma Chung: Sains, Teknologi, dan Klinis Komunitas, 1(1)), 1-7.

  13. Muharam, F. (2022). Potensi Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Dari Berbagai Aktivitas Farmakologi & Bentuk Sediaan Farmasi: Review: Potential Arabica Coffee (Coffea Arabica L.) From Various Pharmacological Activities & Pharmaceutical Preparation Forms. Medical Sains: Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 7(3), 395-406.

  14. Maulidia, A., & Jatmiko, S. W. (2021). Pengaruh Kopi terhadap Parameter Darah pada Tikus Putih Galur Wistar Diabetik yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 17(1), 35-43.

  15. Dewi, L. S., Yulihastuti, D. A., Wijana, I. M. S., & Narayani, I. (2023). Jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit pada tikus (Rattus norvegicus) yang diberi seduhan kopi arabika (Coffea arabica). Jurnal Biologi Udayana, 27(2), 204-214.

  16. Ferdian, A., Cakrawati, H., & Utami, P. (2020). Seduhan Kopi Robusta ( Coffea canephora ) Mengurangi Kadar Asam Laktat Darah Pasca Aktivitas Fisik Pada Mencit ( Mus musculus L .) Brewed Robusta Coffee ( Coffea canephora ) Reduces Blood Lactat Acid Levels. Jurnal Achives Pharmacia, 2(2), 112--122.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun