Oleh: Dhenatra Rifqy Prasetyo, Melina Martupauli Sinaga, Aufa Hilma Sabrina, Bernadetha Melarosa Dwi Asmi, Akbar Dimas Herdiansyah, Erliza Kusuma Pratiwi
Mahasiswa Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam, Universitas Airlangga, Banyuwangi, Indonesia
ABSTRAK
Salah satu contoh kopi robusta yaitu kopi lanang dikenal memiliki senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan seperti polifenol dan flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Flavonoid telah terbukti berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah dan memperbaiki fungsi sistem peredaran darah. penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana konsumsi kopi lanang berdampak pada jumlah sel darah merah mencit Mus musculus, yang digunakan sebagai model hewan. Terdapat empat kelompok perlakuan yang diberikan infusum kopi lanang, yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan 5% kopi lanang, dan kelompok perlakuan 20% kopi lanang. Perlakuan dilakukan 7 hari, setelah itu diinduksi anemia dengan fenilhidrazin, yang terdapat kesalahan pemberian dosis (yang seharusnya diinjeksi 0,08 ml, tetapi kenyataannya diinjeksi 0,25 ml). Secara keseluruhan, kopi lanang dosis rendah (5%) tidak menunjukkan efek toksik terhadap sel darah merah dan berpotensi aman untuk studi awal. Namun, kombinasi kopi lanang dosis tinggi (20%) dan fenilhidrazin dalam dosis berlebihan menghasilkan kerusakan eritrosit yang sangat signifikan, memperparah kondisi anemia.Â
Kata kunci: anemia, fenilhidrazin, mencit, infusum kopi lanang
PENDAHULUAN
Kopi merupakan komoditas perkebunan dengan nilai pasar relatif besar dibandingkan dengan tanaman perkebunan. Indonesia adalah produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah negara Brazil, Vietnam, dan Kolombia, dengan produksi kopi menyumbang sekitar 67% dari total keseluruhan. Kopi Arabika (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) adalah dua jenis kopi utama yang dibudidayakan di Indonesia. Kabupaten Banyuwangi sendiri terkenal sebagai kampung kopi dengan produksi 4.135 ton biji kopi. Jumlah produksi kopi ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya perkebunan kopi rakyat. Jika dibandingkan dengan kopi Arabika, yang memiliki rasa sedikit asam, kopi Robusta memiliki rasa yang pahit dan lebih kuat.Â
Diketahui bahwa biji kopi robusta mengandung berbagai senyawa bioaktif penting, antara lain alkaloid, tanin, saponin, dan polifenol. Di antara senyawa polifenol yang terdapat dalam kopi, asam klorogenat dan asam kafenat merupakan dua senyawa yang paling dominan. Secara khusus, jumlah asam klorogenat dapat mencapai hingga 90% dari total kandungan fenol yang ada dalam biji kopi. Dalam hal ini, biji kopi robusta mengandung asam klorogenat sekitar 9,0 gram untuk setiap 100 gram biji kopi. Selain itu, biji kopi robusta juga secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatile, termasuk aldehida, furfural, keton, alkohol, ester asam format, dan asam asetat. Selain senyawa volatile tersebut, biji kopi juga kaya akan kafein, senyawa fenolik lainnya, trigonelline, serta asam klorogenik yang telah dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba yang signifikan.
Tubuh sangat membutuhkan antioksidan karena merupakan bahan kimia yang berfungsi sebagai donor elektron dan memberikan salah satu elektronnya sedemikian rupa sehingga ada elektron dalam senyawa oksidan. Dengan demikian, antioksidan dapat menghambat proses oksidasi yang berpotensi merusak jaringan tubuh. Antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk melindungi efek berbahaya dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan seluler. Aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta yang ditanam dengan perkawinan silang di daerah Banyuwangi sangat menarik perhatian karena memiliki 4 jenis hibridisasi yang berbeda. Jenis-jenis hibridisasi ini meliputi kopi robusta konoga, kopi robusta Togosari, kopi robusta Kleres, dan kopi robusta Lanang. Kandungan antioksidan yang beragam dari hibridisasi ini dapat meningkatkan kualitas biji kopi dan memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar bagi petani.Â
Salah satu masalah kesehatan yang paling umum di dunia adalah anemia, yang ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah, yang dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan masalah kesehatan lainnya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit dalam tubuh lebih rendah dari normal, sehingga membatasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dengan jaringan. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan nutrisi, infeksi, dan penyakit kronis. Di Indonesia, prevalensi anemia, terutama di kalangan wanita dan anak-anak, menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Kopi robusta dikenal memiliki senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan. Menurut penelitian sebelumnya, biji kopi robusta mengandung polifenol dan flavonoid, yang memiliki sifat antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Flavonoid, khususnya, telah terbukti berperan dalam meningkatkan produksi sel darah merah dan memperbaiki fungsi sistem peredaran darah. Oleh karena itu, eksplorasi lebih lanjut mengenai potensi kopi lanang sebagai sumber pengobatan untuk anemia sangat relevan. Seperti yang telah disebutkan bahwa kopi lanang juga kaya akan asam klorogenat, yang diketahui memiliki sifat antioksidan dan dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan darah.Â
Dengan mempertimbangkan potensi ini, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana konsumsi kopi lanang berdampak pada jumlah sel darah merah mencit Mus musculus, yang digunakan sebagai model hewan.