Sementara tulisan berikut bukan sebuah artikel teoritis, bukan juga lanjutan dari puisi atau penggalan cerita sebelumnya yang ingin termuat dalam laman ini.
Biarkan beberapa waktu selanjutnya, seorang gadis yang senang menulis akan berbagi sebuah kisah penuh rasa yang teringkas dalam kata dan tanda.
Bermula dari doa yang terus ia suarakan perihal keresahan melanjutkan perjalanan akademis sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi dengan peminatan media massa yang ia ampuh agar dapat selesai lebih cepat.
Si gadis lebih nyaman menceritakan keresehannya pada Sang Pemiliki Semesta beserta segala isi. Menurut si gadis, Semesta tidak pernah menghakimi sebesar atau sekecil masalah yang diperbuat.
Berlanjut pada sebuah petunjuk yang datang, si gadis menyebut bahwa ini adalah keajaiban yang dimiliki Semesta.
"Merdeka Belajar" menuntun si gadis memilih program belajar di luar kampus atau sebut saja magang.
Petunjuk membawa si gadis menjumpai program dari pemerintah dengan tajuk "Merdeka Belajar" beserta segala macam bentuk dan kegiatan yang akan terlaksana.
Berbagai syarat dan kriteria yang diperlukan telah dipenuhi satu per satu tanpa terkecuali. Harapan yang muncul di benaknya pun semakin meluas.
Dari awal, ia tahu harapan perlu ada batas. Akan tetapi semenjak dukungan sekitar meluap-lupa, si gadis tak mampu menahan harapan yang dirakit.
Namun, entah bagaimana garis semesta bekerja, tetapi si gadis belum mendapatkan tempat yang telah ia harapkan.
Si gadis tidak merasa dunia hancur, runtuh pun tidak juga. Tetapi kesekian kali, semesta membuat dirinya terjebak dalam suatu situasi yang menuruh si gadis terdiam.
Hingga akhirnya, ia pun jatuh ke dalam harapan terang yang perlahan menjadi gelap. Si gadis mengambil waktu untuk mencari jawaban atas apa tujuan semesta memberikan petunjuk itu.
Atas waktu yang ia miliki, menunggu adalah jalan sementara untuk ditempuh selagi si gadis berjalan melewati hari-hari tanpa hati yang utuh.
Sekian minggu menunggu, kampus tempat ia menimba ilmu memberi penawaran magang di salah satu tempat yang tidak kalah baik.
Si gadis menerima. Tidak ada alasan lain untuk menolak tawaran tersebut, lantaran ia sudah bertekad penuh untuk selesai lebih cepat.
Tempat magang yang baik ini merupakan sesuatu hal yang bertolak belakang dengan apa yang telah diampuh beberapa semester terakhir di salah satu kampus ternama.
Ruang 412, nama perusahaan yang asing terdengar bahkan belum pernah si gadis jumpai. Ruang 412 sebagai bisnis inkubator adalah hal baru baginya.
Kemampuannya dalam dunia jurnalis, tidak membuat si gadis pantang menyerah. Tantangan dan hal-hal baru yang berbeda menjadi kegemaran tersendiri.
Kalau kata mas-mas Ruang 412, apa yang dibayangkan terus menerus perlahan akan datang menghampiri.
Namun hal tersebut sepertinya tidak ampuh untuk si gadis. Lantaran terjun ke dalam lingkaran bisnis dan pemasaran adalah gambaran yang tidak pernah ia lukis dengan baik.
Si gadis berada di awan yang mengharuskan ia terjun payung dan masuk ke dalam dunia baru.
Entah bagaimana di depan nanti akan seperti apa perjalanan si gadis ini. Hanya Sang Waktu bersama semesta yang mampu menjawab teka-teki dari doa dan harapan yang ia selipkan ketika beranjak tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H