Respon manusia sangat beragam dalam menghadapi ancaman mulai dari bersikap waspada, takut, cemas, panik, nekat, berani, melawan, lari, pingsan dan lain sebagainya yang secara umum dapat disederhanakan menjadi lawan atau lari. Respon manusia terhadap ancaman juga sangat tergantung dengan jenis ancaman yang dihadapinya, apabila ancamannya berupa mahluk hidup seperti manusia lainnya maka responnya bisa dengan melawan atau melarikan diri.Â
Namun apabila ancamannya berupa bencana alam maka manusia tidak akan bisa melawannya sehingga responnya akan berusaha melarikan diri. Dan apabila lawannya virus covid-19 maka responnya juga bisa berbagai macam bisa waspada, takut atau malah tidak peduli.
Waspada
Sikap waspada merupakan cara yang paling sehat dan paling alami dalam menghadapi ancaman. Berawal dari sikap waspada maka manusia bisa memutuskan untuk lari atau lawan dalam menghadapi ancaman. Berdasarkan kerja otak maka kewaspadaan itu sendiri merupakan kerja dari adrenalin yang fungsi awalnya untuk menyiapkan energi dalam menghadapi ancaman untuk dilawan atau dihindari. Kemudian energi ini akan meningkatkan kemampuan berpikir otak sehingga kemampuan berpikir menjadi meningkat untuk berpikir lebih jernih dan cepat ketika mencerna informasi yang diterima oleh indera.Â
Ketika menghadapi ancaman covid-19 maka sikap "lari" atau menghindar merupakan tindakan paling umum yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Sikap menghindar ini dimaksudkan agar tidak terinfeksi covid-19. Proses menghindar dari ancaman covid-19 ini dilakukan sesuai dengan informasi yang ada mengenai covid-19 terutama informasi yang berasal dari pemerintah. Diharapkan dengan sikap kewaspadaan yang disertai dengan kemampuan berpikir jernih maka bisa mencerna informasi yang tepat mengenai covid-19, misalnya bersikap menghindar sesuai dengan anjuran pemerintah yakni social distantcing atau physical distancing guna mengurangi potensi penyebaran covid-19.
Apabila masyarakat menghindar atau "lari" maka pemerintahlah yang akan melawan covid-19. Bentuk pertama perlawanan pemerintah tentu saja dengan kebijakan-kebijakan yang membatasi penyebaran covid-19. Kemudian bentuk perlawanan pemerintah berikutnya bisa berupa penelitian mengenai covid-19 terutama untuk mengobati dan menciptakan vaksin. Selain itu penyemprotan disinfektan secara berkala di tempat-tempat umum yang dikoordinasi oleh pemerintah juga merupakan bentuk perlawanan terhadap virus covid-19.Â
Namun tentu saja yang berada di garis terdepan dalam melawan covid-19 adalah petugas-petugas kesehatan di Rumah Sakit maupun di fasilitas kesehatan lainnya. Merekalah orang-orang yang bisa disebut "berani" melawan langsung virus covid-19 mewakili pemerintah dan masyarakat. Para petugas yang tidak menghindar atau "lari" dari virus covid-19. Sementara itu masyarakat umum sudah saatnya untuk mendukung kerja dari para petugas dengan cara menghindar atau "lari" dari virus covid-19 bukan dengan cara menantang covid-19 karena masyarakat awam tidak memiliki pengetahuan khusus untuk melawan pendemi, hanya petugas medis yang mampu menghadapinya.
Â
Selain waspada ada juga sebagian masyarakat yang memiliki respon berupa rasa takut terhadap ancaman covid-19. Pada dasarnya rasa takut dan sikap waspada memiliki pola reaksi fisik yang sama pada tubuh ketika menghadapi ancaman yakni jantung berdebar dan tubuh menjadi siaga untuk menghadapi ancaman namun yang berbeda adalah pada kemampuan berpikir.Â
Ketika waspada maka otak mampu berpikir lebih cepat dan jernih untuk mencari solusi, kebalikannya pada rasa takut maka otak akan kehilangan kemampuan berpikirnya. Ketakutan bisa menghasilkan kepanikan karena pada dasarnya seperti waspada, ada energi yang terakumulasi untuk menghadapi ancaman yang sayangnya tidak dibarengi dengan kemampuan berpikir jernih melainkan ketidakmampuan berpikir jadilah tindakan yang muncul adalah panik. Apabila merasa takut namun mencoba memberikan perlawanan terhadap ancaman maka namanya nekat yaitu bentuk perlawanan akibat rasa panik.
Ketidakmampuan berpikir ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertama bisa karena stress atau berada di dalam situasi tertekan terus menerus dimana kondisi ini terjadi karena otak merasa lelah terus menerus bekerja akhirnya kemampuan berpikir menjadi berkurang bahkan hilang yang mengakibatkan munculnya rasa takut ketika menghadapi ancaman. Selain itu banyaknya pengalaman masa lalu yang buruk dari masalah yang tidak mampu terselesaikan atau adanya trauma psikologis juga membuat otak kehilangan kemampuan berpikir jernih ketika menghadapi ancaman.
Pada kasus covid-19 maka orang yang takut akan menjadi panik yang biasanya disamakan dengan kepanikan membeli barang berlebihan. Selain itu rasa takut juga akan membuat kesulitan dalam menyaring informasi yang tidak benar baik itu berupa berita bohong maupun informasi menakut-nakuti. Ketidakmampuan menyaring informasi karena ketidakmampuan berpikir jernih akan membuat rasa takut semakin membesar dan bisa mengarah ke bentuk gangguan psikologis lainnya.
Tidak peduli
Ketidakpedulian merupakan sikap yang menganggap covid-19 bukanlah ancaman. Berangkat dari situ maka tidak ada bentuk kewaspadaan maupun rasa takut terhadap covid-19. Ada beberapa bagian dari masyarakat yang tidak merasa covid-19 sebagai ancaman dan tetap melakukan kegiatan aktivitasnya sehari-hari seperti melakukan kegiatan sosialisasi ataupun tetap bepergian ke tempat umum tanpa ada keperluan khusus. Mungkin kelompok masyarakat ini belum mendapatkan informasi yang cukup sehingga tidak menganggap covid-19 sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan sikap waspada.
Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang tidak melihat covid-19 sebagai ancaman namun melihatnya sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan yakni para oknum penimbun kebutuhan medis seperti masker dan hand sanitizer untuk kemudian dijual lagi dengan harga yang sangat tinggi. Para pelaku penimbun ini adalah orang-orang yang serakah yang berusaha memanfaatkan ketakutan di masyarakat untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Ada juga sebagian kelompok masyarakat yang sebetulnya merasa takut dengan covid-19 atau mampu bersikap waspada terhadap ancaman covid-19 namun bagi sebagian masyarakat ini merasa ada ancaman lainnya yang lebih berbahaya daripada covid-19 yang membuat mereka tetap harus beraktivitas, tidak berusaha menghindari tempat umum atau keramaian yang menjadi tempat resiko penyebaran covid-19. Kelompok masyarakat yang merasa terdesak oleh kebutuhan ekonomi. kelompok masyarakat yang perlu menjadi perhatian pemerintah untuk dibantu secara sosial ekonomi sebagai bagian penanggulangan pandemi covid-19 di Indonesia.
Rumah Kewaspadaan
Membangun kewaspadaan bersama itu menjadi tugas masyarakat dan pemerintah yakni membentuk kewaspadan kolektif sebagai bentuk perlawanan terhadap covid-19. Sikap waspada membuat kemampuan berpikir lebih jernih dan logis sehingga apabila segala tindakan pencegahan sudah dilakukan seperlunya dan sewajarnya maka resiko ancaman covid-19 diharapkan akan berkurang dan kewaspadaan pun bisa dikurangi sehingga masyarakat bisa kembali melakukan aktivitas dalam batas-batasan yang diperlukan.Â
Sebab kewaspadaan terus menerus juga akan membuat masyarakat bisa mengalami kelelahan mental akibat dorongan adrenalin yang membuat otak terus-menerus bekerja dan akibatnya rasa takut akan menggantikan rasa waspada sebuah kondisi yang sangat berbahaya. Butuh gerakan bersama baik dari pemerintah maupun elemen masyarakat untuk menjaga rumah kewaspadaan agar tidak ambruk dan berubah menjadi ketakutan massal.
Perlu langkah-langkah strategis dari pemerintah beserta elemen masyarakat untuk membangung rumah kewaspadaan
- Memulihkan kondisi psikologis masyarakat yang sudah terlanjur panik dan dikuasai rasa takut agar bisa bersikap rasional dan menumbuhkan sikap waspada menggantikan rasa takut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengurangi informasi hoax dan informasi yang menakut-nakuti, apabila rasa takut sudah mulai berkembang menjadi bentuk gangguan psikologis lainnya maka diperlukan bisa didampingi oleh tenaga ahli di bidang psikologi. Peran ilmuwan psikologi sangat penting untuk menenangkan masyarakat dan membantu membentuk kewaspadaan kolektif.
- Merubah pemahaman masyarakat yang masih tidak peduli terhadap ancaman covid-19 melalui informasi-informasi yang faktual dan akurat sehingga yang tadinya tidak peduli berubah menjadi waspada agar tingkat kewaspadaan di masyarakat meningkat.
- Mengurangi ruang gerak oknum-oknum serakah yang berusaha mengambil keuntungan di tengah bencana sehingga tidak menimbulkan ketakutan dan kepanikan yang lebih meluas.
- Menjamin kebutuhan kelompok masyarakat yang terdesak oleh kebutuhan ekonomi sehingga ancaman tidak semakin meluas.
- Menjaga masyarakat yang sudah waspada tidak terjatuh ke dalam rasa takut melainkan menjadi lebih tenang sehingga tetap bisa berperan dan berkarya baik untuk membantu penanggulan covid-19 maupun untuk keselamatan dan keberlangsungan bangsa. Termasuk menjaga kesehatan psikologis para petugas kesehatan agar tetap bisa menjaga kewaspadaannya dalam melawan covid-19 sehingga para petugas medis tidak menjadi stress karena beban kerja yang berlebihan, kondisi sangat berbahaya apabila garda terdepan dalam melawan covid-19 sampai tumbang
Karena sebetulnya naluri dasar manusia terhadap ancaman bukanlah rasa takut melainkan sikap waspada. Namun kewaspadaan yang terus-menerus akan membuat manusia menjadi lelah dan akhirnya jatuh ke dalam rasa takut.
Semoga kita bisa menjaga rumah kewaspadaan tetap berdiri dalam menghadapi ancaman covid-19,
Eling lan Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H